Jangan membohongi dirimu sendiri, kamu juga butuh kebahagiaan
.
.
.
.
.
.
.
."Untuk Annette?"
"Ya benar, ayo kita jalan"
"Wait!" gadis itu menahan laju perginya Juan, ia terdiam sesaat.
"Hadiah? Cewek itu? Buat apa"
"For her birthday"
"Buat apa lagi emangnya?"
Youna menghela napas, membuang muka nya masam. Ia berdecak, memutar matanya "Lo pergi aja sana sendiri"
"Gausah ajak gue, apa peduli gue sama dia"
"Eh, nggak! nggak!"
"Ssttt, kalau gue ngomong gitu yang ada Juan beneran pergi"
"Gue harus baik-baikin perempuan jalang itu"
"Tunggu saja, Anne"
"It's just the beginning"
"Yaudah, ayo jalan" senyum nya.
⚪⚪⚪
"Main licik ya lo?"
"Dia ga sebodoh itu, ahahah" gadis itu menggebu-gebu masih dengan ponsel nya, menonton episode lanjutan dari sebuah judul drama.
Ia terduduk di sofa, matanya menyorot kearah layar ponsel dengan fokus. Terbawa suasana.
"Seru banget? Nonton apa sih?"
"Mau tau?"
Everest mengerinyit "Apa mau tau banget?" Annette meledek.
Lelaki itu berdecak, lalu menggeleng masih dengan pisaunya memotong kue. Ia kemudian menoleh, tersenyum smirk. "Ah engga, yakali ni anak gue gorok" Ia tertawa. Annette menoleh heran, kemudian bersikap tak perduli.
Everest tertawa kecil lalu mengalihkan pandangan nya ke gadis itu yang sekarang kembali fokus pada tontonan nya.
"Ini drama bagus, lo harus nonton juga sih"
Everest mengangguk, mengiyakan saja biar cepat.
I mengambil sepotong kuenya dan meletakkan nya diatas piring kecil "It looks good, huh?" ia mengangkat alisnya, tersenyum.
"Yaa? Lumayan lah buat pemula"
"Cobain!"
"Nanti dulu, lagi seru ini Rest!"
"Cobain dulu" gadis itu tetap saja menggeleng, matanya terfokus pada layar. Bibirnya bergeming menunggu scene selanjutnya, hingga tiba-tiba "Hap"
Annette menoleh kaget, ia terpaku. Kue itu tiba-tiba saja masuk kedalam mulutnya, ia tidak berbicara sepatah kata pun. Mencerna rasanya, Everest disana menunggu jawaban masih berharap. Annette lalu mengangguk saja, tersenyum memberi pertanda baik, kue itu enak.
Gadis itu selesai mengunyah, kue akhirnya tertelan. Everest berjalan menaruh tubuhnya duduk diatas sofa, kemudian ia menyuap kuenya sendiri. Lalu Annette kembali mengalihkan pandangan kearah ponsel.
"Ayo!! Bantai!"
"Bagus! Bagus!! Tampar!"
"Ah lembek banget, kurang kenceng!"
"Sukurin lo"
Lelaki itu reflek menoleh melihat Annette yang menggebu-gebu disana, terduduk sila di sofa.
Everest hanya bisa menggeleng saja.
Tas lama berselang...
Drrtt Drrtt
"Anne" suara itu bergeming dari ujung telepon.
"Halo?" Annette masih kebingungan, ia tidak tau panggilan ini berasal dari nomor siapa.
"Siapa Anne?" Everest menoleh, berbisik sesaat.
Gadis itu mengangkat bahunya "Gatau"
Hingga suara itu kembali muncul, daya ingat nya terangsang, suara diujung telpon sana mirip sekali dengan "Paman Fez?"
Lelaki diujung telpon berdeham pelan, seperti tersenyum. "Gadis kecil ku sudah tau ya?"
Annette ikut tersenyum "Paman apa kabar? Sekarang dimana?"
"Kenapa sudah lama sekali tidak menelpon Anne?"
"Paman baik disini, kamu bagaimana? Maafkan paman ya sudah lama tidak menelpon, Paman seringkali disibukkan pekerjaan"
"Bagaimana dengan Bi Seo?"
"Bibi mengurusku dengan sangat baik"
"Oh iya, rencana nya Paman akan berangkat ke Seoul, menjenguk kamu dan Bibi"
"Kan sudah lama Paman tidak berkunjung"
"Beneran? Kapan?" gadis itu excited.
"Besok Anne.
Annette, Kamu bahagia tidak bersekolah di sana?"Annette terdiam sesaat, kenapa paman tiba-tiba menanyakan hal itu "Bahagia, kehidupan Annette berjalan dengan baik"
"Syukurlah, pertahan kan ya Anne? Jangan melamun terus menerus, jangan tidur malam-malam, jaga tubuhmu, jaga pikiran mu agar tetap sehat ya?"
"Iya Paman"
Hingga akhirnya sambungan telepon itu terputus, Annette beranjak pulang dari tempat Everest, kembali kerumahnya.
⚪⚪⚪
"Apa menurutmu parfum ini cocok untuknya?"
"Najis, parfum bau sampah, sesuai dengan si pemakai nanti"
"Cocok-cocok saja Juan, itu wangi sekali" Youna membalikkan badan nya, mengumpat dengan kesal. Cowo macam apa mengajak mantan membeli hadiah untuk wanita lain? Dasar brengsek!
"Udah belum? Aku lapar" tanya gadis itu dengan nada malas.
"Udah kok, tinggal nunggu dibungkus aja"
Youna mengangguk, lalu sesaat setelah Juan mendapat kotak bewarna tosca berpita kecil, mereka akhirnya jalan keluar dari toko Parfum, berniat untuk mampir ke kedai makanan.
"Bagaimana kita makan burger hari ini? Sepertinya disana enak" tawar lelaki itu.
Youna menggaguk saja, berjalan dengan malas. Moodnya sudah hancur dari awal, lelaki itu seakan tidak peka dan terus berjalan gembira tanpa dosa. Tapi bagaimana? Ini adalah satu-satunya cara agar Youna bisa dekat lagi dengan Juan.
⚪⚪⚪
#To be Continued
gak banget sie, Juan redflag banget gasie🚩🚩🚩🚩
masa iya ajak mantan buat beli parfum cewe yang mau di gebet😋😋
awowkwokw gimana menurut kalian?
see you!
luvv -cheeseylis
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk, Everest
General FictionPrinsip nya tinggi seperti namanya, Everest. Berlatar belakang di sudut kota Seoul, kehidupan remaja Everest tak pernah semulus sesuai rencana. Menjalani hari tanpa orangtua, ia hanya tinggal di rumah dengan bangunan sederhana, sendirian. Dirinya ta...