Awal

1.8K 99 14
                                    

Seorang laki-laki dengan wajah datarnya selalu menjadi pusat perhatian bagi para siswi yang ada di sekolahnya. Lelaki yang berwajah tampan namun selalu bersikap dingin. Di balik sikapnya yang dingin pasti tersimpan cerita di baliknya.

"Gib ntar balik sekolah lo ikut ga?"

"Ga. Gue mau langsung balik."

"Yaelah gib, ikut aja ngapa. Lagian kan di rumah lo gada siapa-siapa."

Gibran menatap jengah marvin, sahabat nya dari awal masuk SMA.

"Yaudah biaran aja sih. Lagian gibran mungkin pengen istirahat." Ucap alden.

Gibran dan Alden memang sudah bersahabat lama, dari jaman SD. Gibran yang merupakan murid baru pada masa itu dan Alden yang lebih dahulu mengajak berkenalan membuat mereka mudah akrab bahkan terlihat seperti saudara sendiri.

Selain Alden dan Marvin, ada Keenan si orang yang selalu memberi nasihat kepada teman-temannya. Mereka berempat mulai menjalin pertemanan sejak awal SMA. Berada di kelas yang sama tentunya yang membuat mereka bisa berteman.

"Gib, shasa tuh." Ucap keenan saat melihat shasa dan alina yang sedang berjalan menuju meja mereka.

"Hai gibran." Sapa Shasa dengan senyuman membuat matanya nyaris tidak terlihat.

"Oh gibran doang nih yang di sapa, yang lainnya batu ya? Makanya ga keliatan."

"Hai vin, kee, den."

"Kamu udah makan?"

"Belum. Kan aku baru nyampe kantin ya jelas belum makan dong."

"Tolong alden sama alina jangan mulai bucinnya, gue sebagai jomblo merasa ga kuat."

"Makanya cari cewe buruan. Muka cakep masa ga di gunain."

"Jangan harap deh lin, keenan mah bisanya ngagumin doang."

"Apaan sih lo." Ucap keenan lalu melempar lap yang ada di depannya ke wajah marvin.

"Woy lah, muka cakep gue ternodai ini. Eh btw Rania mana? Biasanya kalian bertigaan mulu kaya salak."

"Kenapa vin? Lo kangen sama Rania?"

"Kaga sha. Ngapain juga gue kangenin orang berisik kaya rania."

"Dih lo juga berisik kali." Ucap Alden.

"Gibran aku buatin bekal buat kamu, nanti di makan ya."

"Thanks sha."

"Iya sama-sama. Kalo gitu aku balik ke kelas dulu ya." Gibran hanya membalas dengan anggukkan kepala.

"Ayo lin balik kelas."

"Jangan dulu ngapa, baru aja ketemu sama ayang gue."

"Nanti lagi aja ya den, aku ke kelas sama shasa. Dadah."

Shasa menggandeng tangan alina untuk bergegas ke kelas mereka.

"Cewe suka gitu ya."

"Gitu gimana maksudnya?" Tanya Keenan karena tidak paham apa yang di maksud oleh Marvin.

"Kalo pergi suka gandengan gitu, coba kalo kita kaya gitu."

"Dih najis"

"Gib, lo gada perasaan gitu ke shasa? Kalo shasa sih jelas banget ada perasaan ke lo." Ucap Keenan.

"Gatau. Kee, makan nih, gue udah kenyang."

"Asik makanan gratis."

"Padahal lo banyak duit kee tapi kaya ga pernah di kasih makan aja." Heran Alden.

Antara Jingga & Biru ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang