Masih seperti yang dulu, Ardha belum berhenti dari gemerlapnya dunia malam. Seolah lupa dengan Karamina yang sudah tiga tahun lebih tidak diketahui di mana keberadaannya, dan Ardha pun tidak berniat untuk mencarinya.
Ardha kemarin malah sempat jatuh cinta saat melihat saudara kembar Alva. Sebelum pernikahan ini, mereka sempat bertemu secara tidak sengaja di toko buku. Tetapi kala itu Marta kabur karena salah paham dengannya, yang salah menyodorkan kartu nama, tapi malah memberikan kartu ATM.
Setelah hari itu, Ardha tidak pernah bertemu Marta lagi. Dan kini, mereka malah bertemu di acara pernikahan Zain, sebagai adik ipar. Jatuh cinta sekaligus patah hati di waktu yang bersamaan, membuat Ardha semakin menggila dengan kelakuannya.
Ardha lebih sering tidur di apartemen ditemani oleh wanita-wanita cantik dan seksi, alasannya karena kalau ia pulang ke rumah, Ardha akan semakin pusing saat melihat adik iparnya. Gejolak nafsunya tiba-tiba bangkit saat Ardha tanpa sengaja melihat betis Marta yang tersingkap dari gamisnya. Dari itu Ardha lebih memilih tinggal di apartemen daripada ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Hari ini, tanpa diduga Zain mengunjungi apartemennya dan mememergoki kalau Ardha sedang berada di atas tempat tidur bersama seorang wanita.
"Astagfirullah!! Kak Ardha!!"
Ardha yang terkejut karena aktivitasnya terganggu langsung menarik diri dan dengan cepat memakai celananya. Ardha berlari ke luar kamar dan menarik lengan Zain yang sudah sampai di pintu apartemen.
"Tunggu, Zain. Kita harus bicara." Ardha masih menahan Zain.
"Berapa banyak wanita yang sudah Kakak tiduri?" tanya Zain penuh selidik. Ia ingin tau sejauh mana Ardha bermain dengan wanita.
Adha menggelengkan kepala, "Aku tidak ingat."
Zain merasa sangat kecewa dengan Ardha, tapi juga sedih saat tahu alasan Ardha melakukan hal ini disebabkan oleh perceraian kedua orang tuanya dulu, serta beratnya beban yang ditanggung oleh Ardha di umur yang masih sangat muda.
Zain meminta Ardha untuk bertobat dan meninggalkan kebiasaannya itu. Tetapi berat bagi Ardha, tidak semudah itu ia keluar dari lubang hitam yang telah menjerumuskannya dalam kubangan dosa.
Hingga kata-kata dari Marta, mampu membuatnya sedikit tersadarkan. Saat itu Ardha pulang ke rumah dan bertemu dengan Marta.
"Kalau kita menginginkan pendamping yang baik, kita harus menjadi baik dulu. Karna jodoh itu cerminan diri kita."
"Apa aku bisa mendapatkan wanita baik?" tanya Ardha kepada Marta.
"Jawabannya ada pada diri Kak Ardha." Marta tersenyum manis.
Melihat Marta tersenyum, hati Ardha semakin diselimuti perasaan cinta yang mendalam. Semakin ia berusaha untuk menghilangkan perasaannya pada Marta, semakin besar pula perasaan itu padanya.
Mencintai secara diam-diam ternyata menyakitkan. Ardha pun melakukan hal di luar nalar dengan diam-diam mengikuti Marta. Entah kenapa melihat Marta yang tertawa, terasa begitu menggemaskan bagi Ardha. Memastikan keselamatan adik iparnya kala Marta pergi sendirian, sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi Ardha.
"Anda menguntit saudara saya?" Alva sedikit marah setelah mendapat laporan dari anak buahnya kalau selama ini Ardha sering mengikuti Marta.
"Hanya melihat dari jauh, aku tidak akan mengganggunya," jawab Ardha.
"Tapi saya yang merasa terganggu, Bos. Sekarang saya bisa menyerahkan surat pengunduran diri saya, kemudian saya akan membuat Anda tidak bisa lagi untuk melihat Marta!" ancam Alva.
"Oke, aku gak akan mengikuti Marta lagi." Ardha mengalah untuk meredam kemarahan Alva.
"Kalau kau berani mengundurkan diri, siapa yang akan menjagaku. Gila kau!" gantian Ardha yang marah.
"Anda sudah dewasa untuk menjaga diri Anda sendiri. Bukankah selama ini nasihat saya tidak Anda terima dengan tidak pernah lagi dengan tidak pernah membawa wanita ke apartemen Anda lagi?"
"Kau tahu aku butuh kepuasan, Al!"
"Harusnya Anda menikah, Bos!"
"Aku tidak mau!" Ardha tetap pada pendiriannya.
"Lalu Anda akan mengganggu rumah tangga saudara kita selamanya?"
"Pergi kau, Al! Jangan campuri urusanku!" usir Ardha.
"Baik, tapi jangan pernah menyesal kalau hati Anda akan terluka karena aku tahu seberapa besar cinta Marta kepada Zain. Saya akan tetap mengawasi Anda, agar Anda tidak berbuat curang." Alva berbicara dengan nada serius.
Ardha melemparkan map yang berada di depannya secara asal. Ia merasa frustasi berada di situasi sekarang. Perasaan cinta pada Marta tidak bisa ia hentikan. Rasa itu tumbuh begitu saja tanpa bisa Ardha kendalikan.
Malam ini seperti biasa, Ardha pulang ke apartemennya dalam keadaan mabuk. Dalam pikirannya yang gaduh, Ardha bermimpi bertemu dengan seorang anak kecil yang menangis saat melihat Ardha menangkap seekor burung merpati.
"Jangan ditangkap, burung Merpati Papa bukan yang itu," ucap anak kecil itu di dalam mimpinya.
Ardha terkejut dengan mimpi yang mendatanginya, terlihat sangat jelas dalam penglihatannya. Terdengar jelas pula saat anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa.
Ardha mengacak rambutnya frustasi, ingin menelpon Alva dan bertanya perihal mimpinya, tetapi terlalu gengsi untuknya. Akhirnya Ardha meminta Very untuk menemui setelah memastikan kalau Very sedang tidak ada visit di rumah sakit.
"Ver, gua mimpi ketemu anak kecil dan manggil gue papa. Artinya apa?" tanya Ardha.
"Lo nyuruh gue dateng cuma mau tanya itu, Men? Gue kira lo sakit parah tadi." Very sedikit kesal karena ia fikir Ardha kenapa-kenapa mengingat tadi malam mereka habis pesta.
"Apa gunanya gue punya temen dokter kalau gak guna."
"Lo sakit dibawa sendiri. Gue udah peringatin lo jangan banyak-banyak minum semalam, kalau lo sekarat bagaimana?Perusahaan lo bisa bangkrut." Very mengingatkan.
"Gak usah ceramah! Lo jawab aja apa artinya mimpi gue tadi?"
"Artinya lo jangan sembarangan nanem benih," jawab Very lalu tertawa.
Puas membalas Ardha. Lalu dengan segera ia menyambar tas kerjanya dan pergi meninggalkan kamar apartemen Ardha.
"Brengsek lo, Ver. Dasar dokter gak guna!" teriak Ardha sambil melempar bantal kursi ke arah pintu. Orang yang dilempar malah tertawa semakin keras.
"Cewek yang mana yang gue hamilin? Perasaan gue selalu pakai pengaman." Ardha bergumam dan mencoba berpikir, tetapi tidak juga Ardha mengingat siapa saja wanita yang pernah Ardha seret ke tempat tidurnya
***************
KAMU SEDANG MEMBACA
Racikan Cinta
Lãng mạnIni adalah kisah dari seorang wanita bernama Karamina Alma. Wanita yang merelakan kesuciannya kepada pria yang diam-diam dicintainya agar calon suaminya membatalkan pernikahannya. Seperti apa kisah mereka? 🌺🌺🌺 Hay pemirsa kesayangan, ini adalah...