21

2.5K 310 23
                                    

Pagi-pagi sekali Kara terbangun karena mendengar suara dering ponselnya. Kara mengerjapkan matanya melihat siapa yang meneleponnya pagi ini.

"Fira?" gumamnya.

Tanpa menunggu lama, Kara menggeser ikon hijau pada layar ponsel. Belum juga Kara sempat menjawab, suara Fira yang cempreng membuat Kara harus menjauhkan ponsel dari telinganya. Melindungi telinganya sendiri dari polusi suara di pagi buta.

"Ngomongnya bisa pelan-pelan gak?" Kara sedikit kesal karena suara heboh Fira di ujung telepon.

"Gak bisa, Ra. Aku udah nahan ini semua dari semalam dan aku harus menyampaikan ke kamu pagi ini juga atau nyawaku yang jadi taruhannya."

"Gak usah lebay pake bawa-bawa nyawa segala. Ada apa memangnya?"

"Tadi malam, ada cowok ganteng banget nyariin kamu di rumah sakit. Aku udah jelasin kalau kamu sudah mengundurkan diri dari tiga hari yang lalu, tapi dia tetap ngotot mau ketemu sama kamu," jelas Fira.

"Siapa?" Kara penasaran.

"Gak tau, Ra. Yang jelas orangnya ganteng banget. Kakiku sampe lemes pas ngomong sama dia. Tampangnya sih kaya familiar gitu deh, tapi aku lupa siapa,"  jelas Fira.

Kara coba menebak-nebak siapa yang mencarinya.

"Oh iya, dia pesan katanya kamu harus menemuinya di kantornya habis jam makan siang gitu," sambung Fira.

"Kantornya? Siapa sih dia? Memangnya aku tau di mana kantornya. Ada-ada saja."

"Ya, mana kutahu, dia cuma pesan kaya gini. 'Bilang sama temanmu, waktunya sudah habis hari ini, jadi jangan coba-coba kabur.' Begitu."

Kara melebarkan matanya, tangannya dengan cepat meraih kalender meja yang berada di meja riasnya.

"Aaaaaa, Tuan Rentenir nagih lagi!!" teriak Kara spontan.

"Gimana ini? Kenapa aku bisa lupa kalau masih punya hutang sama dia. Duh." Kara bergumam dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar.

"Kara! Kamu kenapa? Kamu berurusan sama rentenir? Kok bisa?" Fira semakin heboh setelah mendengar teriakan sahabatnya.

"Eh bukan-bukan. Aku hanya punya hutang sedikit dan hari ini mau berniat melunasinya," elak Kara. Padahal dia tidak punya uang sama sekali sekarang.

"Oh gitu, mau aku temenin gak nanti? Aku kan mau ketemu dia lagi." Fira menawarkan dirinya.

"Gak usah, Fir. Makasih ya," tolak Kara. Bisa berabe urusannya kalau Fira ikut.

"Iya sama-sama. Salam ya buat cogan," sahut Fira.

Kara menghembus nafas. Apa yang harus dia lakukan? Uangnya belum cukup untuk membayar kekurangan hutangnya dan hari ini adalah hari terakhirnya.

Nego lagi bisa gak ya?

Akhirnya dengan tekat kuat, Kara pergi menemui Ardha ke kantornya. Ternyata kedatangannya kali ini tidak sulit, resepsionis sudah mendapatkan pesan kalau Kara bisa langsung ke atas menuju ruangan Ardhana.

"Tuan Ardha marah gak ya? Kan aku menginjak kakinya kemarin waktu terakhir kali kami bertemu."

Kara menjadi ragu untuk mengetuk pintu.

Racikan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang