33

2.6K 307 103
                                    

Rencana yang sudah dibuat dengan persiapan yang matang, gagal karena markasnya diserang oleh Alva dan anak buahnya. Baron lupa menyelidiki siapa istri Zain, dan latar belakangnya. Kalau saja Baron tahu Marta adalah adik Alva, Baron akan mencari cara lain untuk membalas Ardha.

"Dari mana Ardha mendapatkan pasukannya ini?"

Jangankan Baron, Ardha saja tidak mengetahui kalau anak buah Alva ada di mana-mana. Yang Ardha tahu tidak lebih dari sepuluh orang Alva mempekerjakan orang-orang sebagai bodyguard Ardha.

Rupanya mereka selama ini menyamar sebagai tukang tambal ban, pedagang asongan, juru parkir, bahkan ada pula yang menjadi pengemis. Alva membayar mereka sebagai pekerja panggilan yang akan dibayar apabila pekerjaannya selesai. Pantas saja Alva dengan mudah dan cepat mendapatkan segala informasi apapun mengenai dirinya. 

Baron melihat Ardha dengan sangat marah, pria itu harus mati di tangannya. 

Tetapi belum juga Baron bisa menyentuh Ardha, Alva sudah menyerangnya dengan beringas. Perkelahianpun semakin sengit saat Alva dibantu oleh Zain.

"Ardha, kau lebih bajingan dariku! Baron berteriak "Aku akan membunuhmu!"

Dan ....

BUG!

Pukulan dari Alva kembali Baron terima.

"Lalu kenapa kau menyakiti saudaraku!" ucap Alva, marah.

"Karena aku membenci orang yang dia cintai!" Baron berkata dengan menahan sakit.

Alva mengendurkan tangannya. Zain yang melihat kejadian itu juga terperangah, ternyata apa yang dilakukan Baron bukan untuk dirinya, tetapi karena membalas Ardha.

"Tapi aku tidak bermaksud mencampakkan Kara. Dia yang pergi meninggalkanku." Ardha membela diri.

"Dan kau tidak mencarinya? Kau malah bersenang-senang dengan banyak wanita. Bajingan!"

Baron maju dan akan menyerang Ardha, tetapi Alva dengan cepat melindungi Bos nya dan melawan Baron kembali. Alva masih membutuhkan informasi tentang di mana keberadaan Karmina, untuk mendapatkan penawar racun.

"Katakana di mana Karamina!!!" teriak Alva.

"Sekalipun aku mati, aku tidak akan mengatakannya."

"Katakan, berengsek!!!" Alva lalu mendaratkan pukulannya lagi.

"Katakan di mana Kara, aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku kepadanya." Ardha yang kini bicara.

Baron tersenyum kecut. "Kau mencari Kara hanya karena ingin wanita itu hidup kembali 'kan?"

"Aku sungguh-sungguh, Baron! Di mana Kara?" Ardha menjadi tidak sabar.

"Percuma kau mencarinya, Ardhana. Kara saat ini sudah punya orang lain. Dia sudah tidak membutuhkanmu lagi."

"Baron!"

"Habisi dia pakai ini kalau dia tidak mau bicara!" seru Very lalu melemparkan jarum suntik tertutup yang sudah berisi cairan racun berwarna merah. Racun yang sama yang bersarang di tubuh Marta yang didapatkannya dari dokter yang sempat mereka lumpuhkan saat menyelamatkan Marta.

Alva menangkap jarum itu dari Very kemudian memukul Baron kembali hingga terjatuh. Alva lalu membuka penutup jarum, dan berjongkok di depan Baron.

Baron tersenyum kecut melihat racun mematikan di tangan Alva. Menurut Baron, mati di tangan Alva atau di tiang gantungan sama saja. Mengingat bisnisnya sudah tidak dapat dimaafkan kalau sampai ia tertangkap polisi.

Racikan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang