Pukul delapan pagi Sam dan keluarganya sudah berada di rumah Kara. Rumah yang sengaja disulap menjadi tempat untuk melangsungkan akad nikah itu telihat meriah dengan dekorasi bunga warna-warni di setiap sudut ruangan.
Sam sengaja ingin melangsungkan akad nikah di kediaman Kara terlebih dahulu, resepsi rencananya baru akan digelar satu minggu setelahnya di tempat yang sudah dipersiapkan oleh keluarga Sam. Mengingat Kara adalah seorang yatim piatu, Sam tidak mau Kara terlalu repot mengusuri pesta pernikahan yang sebenarnya memang tidak diinginkan Kara sedari awal.
Sudah satu jam lebih Sam dan para tamu menunggu, Sam gelisah karena sang calon pengantin wanita tidak juga keluar dari dalam kamar. Keluarga dan para tamu undangan yang tak lain hanya kerabat terdekat dari Sam terlihat sudah kasak-kusuk karena posisi tempat duduk pengantin wanita masih saja kosong.
Geram dengan semua ini, Baron berdiri dan segera menghampiri Kara ke kamar. Menjemput adik semata wayangnya. Tapi belum juga Baron mengetuk pintu kamar, sang calon pengantin wanita sudah terlebih dahulu membuka pintu dan ke luar dari kamar dengan berbalut kebaya warna putih tulang dan juga sanggul di kepalanya. Selendang putih yang menjuntai di belakang kepala menambah anggun penampilan Kara pagi ini. Harumnya bunga melati yang digunakan sebagai hiasan kepala yang menggantung dari kepala hingga sebatas perut itu membuat semerbak khas pengantin. Riasan wajah yang tidak terlalu tebal tapi menawan membuat Kara menjadi pengantin yang sangat cantik hari ini.
Tapi kecantikan dan penampilan Kara, tidak sebanding dengan dengan raut wajah yang sama sekali tidak memancarkan kebahagiaan. Mata yang sedikit sembab, menandakan Kara memang tidak bahagia dengan pernikahan ini.
Baron tersenyum menatap Kara, adiknya ini sudah dewasa. Adik perempuan ini, adalah satu-satunya keluarganya yang tersisa.
"Kara."
"Aku sudah siap dan akan menuruti apa permintaan Abang. Aku akan menikah dengan Sam. Itukan yang Abang mau? Aku bahkan tidak punya hak atas diri ini. Aku tau, sekuat apapun aku melawan, aku tidak akan pernah menang melawan Abang."
Baron menahan lengan Kara saat Kara akan berlalu, "Abang mau bicara," ucap Baron.
"Abang sudah mengabulkan permintaan Sam untuk membebaskanmu setelah kalian menikah. Abang tidak akan memaksa kamu lagi untuk bergabung dengan bisnis Abang. Abang ingin kamu bahagia, Ra. Abang tidak bisa menjagamu selamanya dan memberikanmu nafkah yang halal, tapi Sam bisa. Sam sudah bersumpah akan meninggalkan dunianya dan bekerja pada perusahaan keluarganya. Sam juga berjanji tidak akan kasar lagi sama kamu, dia akan menjagamu dengan nyawanya. Sam akan membuatmu bahagia dengan kasih sayangnya." Baron berkata dengan suara lembut. Tidak seperti biasanya.
"Abang menjodohkanmu dengan Sam karena Abang menyayangimu, Ra. Hanya Sam yang abang kenal sebagai pria baik selama ini, Abang tidak bisa menyerahkanmu kepada sembarang orang karena Abang takut kalau kamu akan disakiti dan tidak bahagia."
Kara kembali menangis mendengar kata-kata Baron. Padahal sedari tadi Kara sudah menahan diri untuk tidak menangis lagi. Kara kini menyesal kenapa terlalu curiga dengan Abangnya sendiri. Memang awalnya niat Baron tidak baik pada dirinya, tapi ternyata Baron merubah niat jahatnya.
Penyesalan selalu datang terlambat, seperti polisi di sinetron yang datang ketika penjahat sudah berhasil dilumpuhkan oleh para jagoan. Tapi apa gunanya penyesalan itu? Kesucian yang sudah hilang tidak akan pernah kembali lagi. Kara terlalu takut menghadapi jalan hidupnya bersama Sam, tapi Kara juga terlalu cinta pada Ardhana hingga begitu mudahnya ia menyerah begitu saja atas nama cinta. Bodoh. Memang Kara bodoh. Tapi apa saat itu Kara punya pilihan?
Seandainya saja Kara mengaktifkan ponsel, seandainya saja Baron bicara padanya sehari sebelumnya, seandainya saja ... ah, beradai-andai juga tidak ada gunanya. Nyatanya Kara saat ini malah takut akan dirinya sendiri. Takut kalau Baron dan Sam murka pada dirinya kalau tau apa yang sebenarnya telah terjadi dengannya tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Racikan Cinta
عاطفيةIni adalah kisah dari seorang wanita bernama Karamina Alma. Wanita yang merelakan kesuciannya kepada pria yang diam-diam dicintainya agar calon suaminya membatalkan pernikahannya. Seperti apa kisah mereka? 🌺🌺🌺 Hay pemirsa kesayangan, ini adalah...