34

3.3K 333 5
                                    

Mobil Bima berhenti di depan pagar rumah yang menjulang. Kara memastikan ulang bahwa alamat rumah yang diberikan oleh Zain sesuai dengan titik lokasi. 

"Pantes aja Tuan Ardha berani kasih duit gede, rumah adeknya aja segede ini, apalagi rumah Tuan Ardha." Bima berdecak kagum.

"Kamu bilang apa, Bim?" Kara bertanya dengan nada terkejut.

"Bilang apa?" Bima malah mengulang pertanyaan Kara tanpa mengalihkan pandangannya dari rumah yang berdiri megah di hadapannya.

"Bima!"

Terkejut akan suara Kara yang tiba-tiba meninggi, Bima kemudian sadar kalau dia sudah salah bicara. Apalagi tatapan Kara yang mengintimidasi dan menuntut penjelasan lebih dari Bima, membuat Bima terpaksa menceritakan kejadian saat Ardha, Alva dan Very mengobrak-abrik rumah sakit ilegal Baron yang pada saat itu Bima pun berada di sana sebagai dokter yang bertanggung jawab untuk membuat obat penawar racun Kara.

***

"Saya tidak menyangka, Dokter Bima bisa bergabung dengan seorang Mafia kejam!" kala itu Very yang mengenali dirinya menemukan Bima sedang membuat ramuan obat sementara untuk Marta.

"Tutup mulutmu, Dokter Very! Anda tidak tahu apa-apa tentang hidup saya!"

Alva yang sedang murka lalu mencekik leher Bima dan mendorongnya hingga membentur tembok.

"Katakan di mana wanita hamil yang sedang disekap oleh Baron!" Alva berkata dengan penuh amarah.

Ardha mendekati Bima dan berkata, "Akan kuberikan kau uang satu milyar untuk informasi di mana Marta berada, dan juga untuk penawar racun itu." 

Mendengar uang satu milyar, Bima berubah haluan. Bima pun dengan senang hati memberikan informasi kepada Ardha tentang racun yang disuntikkan di tubuh Marta. Racun yang dibuat Kara tidak bisa Bima buat penawarnya, Bima hanya bisa membuat ramuan penawar untuk melemahkan racun dalam sementara waktu.

"Apa tidak ada penawar yang bisa melawan racun itu? Mustahil racun dibuat tanpa ada penawarnya," kata Very, ia tidak puas dengan jawaban dari Bima.

"Ada," jawab Bima.

"Katakan siapa dia. Akan ku bayar mahal orang itu. Bila perlu akan kuserahkan seluruh hartaku kalau dia bisa menyembuhkan Marta," ucap Ardha.

Bima menatap Ardha dengan seksama, kemudian bibirnya menyunggingkan senyum.

"Anda mengenalnya, Tuan."

"Aku?"

Bima menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dia Kara."

Ardha mengingat-ingat siapa Kara yang dimaksud Bima, sedetik kemudian Ardha melihat Very dan berkata, "Si santan?" 

Very mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, menyetujui bahwa Kara yang dimaksud Bima adalah Kara yang pernah mereka kenal sebelumnya.

"Di mana dia sekarang?" Ardha bertanya lagi kepada Bima.

"Saya tidak tahu, karena tepat pada hari pernikahan Kara dan Sam, batal Baron membawa Kara pergi. Dan itu terjadi setelah Kara pergi ke apartemen Anda, Tuan."

Ardha masih tidak mengerti dengan cerita Bima. Kara ke apartemennya, lalu esoknya Kara pergi karena pernikahanya batal?

"Kenapa pernikahan Kara dibatalkan?" giliran Very yang bertanya karena tertarik dengan cerita Bima.

"Bukankah Tuan Ardha yang lebih tahu?"

"Karena aku?" Ardha meyakinkan dan Bima menganggukkan kepala.

"Karena Kara mencintai Anda."

Racikan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang