2. Dia Tahu?

5.6K 520 100
                                    

Karena ada yang suka baca dua duanyaa jadii Jee up Soree ajaa wkwkwwk..

Selamat membaca yaaa^^

.
.

Hari ini Hanan bangun tepat pukul 6, seperti hari-hari sebelumnya, Hanan memang selalu terbangun di jam tersebut. Hal pertama yang ia cari adalah handphone miliknya yang ia letakkan di meja belajar samping tempat tidurnya, mengecek ada notifikasi apa saja yang masuk dengan mata yang menyipit karena belum biasa dengan cahaya yang masuk.

Setelah membuka aplikasi WhatsApp miliknya, hanya ada dua pesan yang masuk dan selebihnya hanya grup kelas yang ribut membahas masalah yang tak penting saja. Hanan bangkit, berjalan kearah kamar mandi yang berada di kamarnya juga, untuk membasuh muka lalu segera mandi.

20 menit sudah berlalu, dan sekarang Hanan sudah rapi, tapi pemuda itu hanya menggunakan kaos oblong juga celana kolor saja. Turun ke bawah untuk menyapa Bunda, sekedar memberitahukan bahwa anak bujang nya sudah bangun.

"Bundaaa.. pagiii!, waduh harum banget nih, masak apa tuchh." Ujarnya, Hanan melangkah mendekat hanya untuk mengintip di belakang pundak bunda, melihat apa yang memanjakan hidungnya pagi-pagi begini.

"Nan.. udah bangun? Pagi nak, Masak ikan kuah kuning nih." Jawab Bunda sembari tersenyum lembut kearah Hanan.

Mata bulat milik Hanan berbinar, ikan kuah kuning ya? Wahh ini yang Hanan suka, jujur saja, ikan kuah kuning masakan bunda memang yang ter the best rasanya. Enak nampol, top markotop lah pokoknya.

"Kamu gak kuliah?"

"Kuliah, nanti jam 8 Bun."

Bunda mengangguk setelah Hanan menjawab demikian, lalu setelahnya Hanan berlalu setelah menanyakan dimana Ayah berada.

Ah iya, Hanan belum mengenalkan Ayah juga Bunda Hanan, mungkin nanti, di akhir cerita yaa.

"Ayaahh."

Panggil Hanan ketika pemuda itu sudah sampai di halaman depan, melihat kearah Ayah yang saat ini sedang melihat kearah tanaman yang Bunda tanam. Ayah lantas menoleh dan tersenyum simpul menatap putra tunggalnya.

"Nan.."

"Liatin apa sih? Kek nya seru banget." Ujar Hanan, pemuda itu sudah ikut bergabung di samping sang ayah, gayanya bahkan sama persis, kedua tangan yang di letakkan di belakang tubuh.

"Gak ada sih, liatin tanaman Bunda yang udah kayak perkebunan."

Hanan lalu tertawa, ia kemudian berjalan mengambil selang yang berada di sisi kanan, dekat dengan dinding, menghidupkan keranan lalu mulai menyirami tanaman tersebut, Hanan memang ikut andil dalam merawat tanaman Bunda yang kata Ayah sudah seperti perkebunan itu.

"Daripada di liatin doang mending di kasih minum aja." Hanan tersenyum, lalu menyiram tanaman tersebut, dan Ayah sedikit menggeser tubuhnya agar Hanan bisa berdiri di tengah-tengah.

"Ayah kepikiran mau bikin kolam ikan, kecil aja sih, tapi panjang gitu, Nan."

Hanan menoleh, kemudian melihat kearah samping rumahnya." Disana?"

Ayah mengangguk, membenarkan hal tersebut. "Gimana, bagus gak ya kira-kira?"

"Buat aja, Yah. Bagus kok! Nanti di kasih ikan koi ya?"

Ayah mengangguk kembali, membenarkan lagi. Dan Hanan menganggukkan kepalanya lalu mematikan keranan air, keduanya kemudian masuk sebab Bunda sudah memanggil untuk sarapan bersama.



Tujuh lewat empat puluh lima menit Hanan sudah sampai di kampus, ia turun dari motor beat street kesayangannya, lalu melangkah dengan riang menuju kelasnya.

[END] It's Okay, Kak.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang