9. First Date?

2.6K 317 14
                                    

Hari ini, sore ini akan Hanan simpan baik-baik di dalam ingatannya, salah satu hari bahagia bersama dengan Marselio, kekasihnya saat ini. Duduk berdua di rumah pohon, Hanan yang saat ini duduk di samping Marselio kini menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh Marselio.

"Hanan."

Ketika namanya di panggil Hanan mendongak, menatap kearah Marselio yang memandang lurus objek di depan mereka.

"Kamu kenapa suka sama kakak?"

Hanan menggelengkan kepalanya, namun beberapa menit setelahnya Hanan menjawab pertanyaan tersebut, "hmm mungkin karena kakak ganteng." Hanan terkekeh, memang iya kan? Marselio itu tampan, wajah campuran yang Hanan kira itu begitu rupawan Tuhan ciptakan.

Hanan tidak munafik kok, memang Marselio itu tampan!

Iya deh Hanan! Pacarmu emang guanteng polll!!

"Berarti kalo aku gak ganteng, kamu gak mau?"

"Mau."

Marselio bingung dibuatnya, tadi bilangnya karena ganteng, tapi pas ditanya kalau dirinya tidak ganteng mau juga.

"Ohh kamu suka kakak, karena kakak kaya ya?"

Hanan kembali terkekeh, "idihh, bukan laki-laki kayak modelan begitu, lagian yang kaya bukannya orang tua kamu ya, kak?"

Sekarang Marselio yang terkekeh, bener juga. Yang kaya itu orang tuanya, bukan dirinya. Dirinya ini apa? Mungkin cuman beban orang tua. Tapi kalau dipikir-pikir, mana ada orang tuanya menganggapnya beban? Bahkan Papa Marselio sendiri bingung sudah mau letakkan uang dimana lagi.

"Terus kenapa bisa suka?"

Hanan lagi menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu. Kenapa ya dirinya ini suka dengan pemuda di sampingnya ini? Modelan begini juga?

"Emang kalo suka harus ada alasan ya, kak? Bagiku alasan apapun gak bisa di pakek kalo soal perasaan. Jadi intinya aku gak tahu kenapa bisa suka sama kamu, juga.. kenapa aku suka sama orang kayak kamu. Kalo bisa milih, aku mau suka sama orang yang baik-baik aja."

Marselio tertegun, seburuk itu ya dirinya ini? Iya dirasa, dirinya memang seburuk itu di mata Hanan, bahkan semua orang pun begitu. Tidak masalah, mereka memang benar mengatakan sebuah fakta.

Lantas sebelah tangan kiri Marselio ia bawa untuk merangkul pundak sempit Hanan. "Nyaman banget kek nya."

"Iyalah, pundak paling nyaman itu pundak ayah, tapi kalo soal pundak orang yang di suka gak kalah nyaman juga." Hanan tersenyum, memang benar-benar nyaman pundak milik Marselio ini. Dan selanjutnya sebuah pertanyaan di dalam kepala Hanan bersuara. Menerka-nerka siapa saja yang sudah merasakan nyamannya pundak kokoh ini? Sudah berapa kepala yang menyandar dengan manjanya di sini?

Hanan mendengus, dengusan kecil yang membuat Marselio teralih atensinya pada Hanan sendiri.

"Kak, kakak ini ada blasterannya ya?" Pernyataan yang Hanan layangkan berikutnya. Pertanyaan yang tadi biar dia simpan di dalam kepala saja.

"Ada, papa keturunan Kanada."

Hanan ber-oh-ria, kan benar dugaanya. Pantas saja wajah Marselio tercetak sempurna begini, ada keturunan baratnya ternyata.

"Oh iya, kenapa kakak putus sama Kak Catherine?"

Marselio tak langsung menjawab, mood nya sedikit turun.. ehmm atau bahkan sedari tadi tidak pernah naik. Hanya menyesuaikan diri pada sosok pemuda baik di sampingnya ini, pemuda yang menjadi kekasihnya.

"Gak tau, mungkin emang gak cocok lagi."

Hanan mengangguk saja sebagai responnya, ia tahu dari raut wajah Marselio, pemuda itu enggan membahas lebih jauh tentang hubungannya yang telah berakhir dengan kakak tingkat cantik jurusan design itu.

[END] It's Okay, Kak.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang