5. Lebih dekat.

2.5K 359 64
                                    

Hari terus berganti, tak terasa sudah satu bulan terlewati. Hari ini Hanan dengan wajah ceria miliknya terus berjalan kearah gedung Teknik Komputer, gedung yang sebulan penuh ini selalu ia kunjungi. Tak lain dan tak bukan hanya untuk mengantarkan bekal berupa Chicken Wrap, menu sarapan sederhana di pagi hari ini.

Bahkan anak-anak Tekkom sudah hapal dengan eksistensi Hanan sendiri. Nanti ada saja seseorang yang menyapanya di sepanjang koridor menuju tujuan Hanan; gazebo dimana tempat Marselio biasa berkumpul.

"Haii Hanan, ya ampun, bawain bekel buat Marselio lagi ya?"

Hanan mengangguk singkat, lalu tersenyum menatap Yora- yang Hanan tahu adalah teman satu kelas dari Marselio sendiri.

"Duluan ya kak, Yor. Sebentar lagi Hanan masuk kelas soalnya."

Yora mengangguk, setelahnya Hanan segera berlalu sedangkan Yora, perempuan itu masih diam di tempat, menatap punggung Hanan dengan tatapan nelangsa miliknya.

'Lo emang brengsek banget Marsel!'

Kata-kata yang Yora ucapkan dalam hati, jujur ia tidak tega melihat Hanan diperlakukan seperti itu, mungkin Hanan memang bukan siapa-siapanya tapi, bagaimana Hanan yang selalu ceria bahkan tidak tahu apa yang terjadi dibelakangnya membuat Yora iba, ia yang merasa tersakiti malah, dan jujur saja Yora sudah menganggap Hanan seperti adiknya sendiri.

"Kak Lio!!"

Seperti biasa, seruan tersebut Hanan gunakan untuk memanggil Marselio yang asik merokok dengan nikmatnya, yang mana hal tersebut berhasil membuat Hanan memberut seketika.

"Ihhh kan Hanan udah bilang, jangan ngerokok kak! Nanti jadi kaya om nya Hanan, paru-parunya kotor, terus nanti lehernya di bolongin, terus nanti jad tinggal nama deh!" Sudah seperti bebek, nyerocos tanpa henti. Hal yang membuat Marselio tersenyum maklum saja.

"Iya, ini di matiin."

Belum juga reda kesalnya karena Hanan tahu Marselio tidak mungkin baru satu batang di pagi ini.

"Udah berapa?"

"Dua."

"Ini yang ketiga dong?!!"

Marselio hanya menyengir sebagai responnya, hal yang membuat Hanan mendengus kembali.

"Iya tuh marahin aja Nan, ngotorin tempat aja, kita-kita nih yang jadi perokok pasif, lebih bahaya!" Luvi menatap Hanan, mengompori agar Marselio dimarahi habis-habisan oleh Hanan. Namun sayangnya, Hanan ya Hanan! Mana bisa dia marah dengan kesayangannya ini?!

"Aku tuh bawel gini demi kebaikan loh kak, kamu bandel banget jadi orang." Hanan mengatakan hal tersebut tentu saja tidak lupa dengan bawaanya, ia menyodorkan Tote bag berwarna hitam yang biasa ia gunakan untuk membawakan bekal untuk Marselio sendiri. Marselio meringis, kalau Hanan sudah serius begini alamat pundung seharian ini anak. Jadi dengan rayuan mematikan miliknya Marselio beraksi.

"Iya maaf Hanan kuu, janji gak akan ngerokok lagi. " Marselio mengangkat jari tengah juga telunjuknya. Gestur bahwa ia berjanji tidak akan merokok lagi setelah ini.

Hanan mendengus, sudah hapal dia dengan akal bulus seorang Marselio Vernando ini, "udahlah kak, Minggu kemarin juga ngomongnya gitu kok, tapi mana? Masih aja tuh." Hanan dengan segala ceplosannya. Dan sekarang Marselio bisa apa? Ya hanya bisa pasrah ketika Hanan mengomelinya panjang kali lebar sama dengan volume, sambil di suapi bekal bawaan Hanan tentu saja.

Jadi Hanan menyuapi Marselio dengan mengomel panjang lebar. Bayangkan bagaimana pengangnya telinga Marselio saat ini.

"Jangan ngambek dong." Bujuk Marselio, tangannya terulur untuk mencubit pipi tembam milik Hanan sendiri.

[END] It's Okay, Kak.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang