4. Beneran di bawain?!

3.2K 393 78
                                    

Kesambet maunggg

Sekali lagiii selamat membacaaaaa~

.

.

Seperti biasa, sudah tahu kan di jam berapa Hanan bangun tidur? 6 pagi.. betul sekali. Kalau biasanya Hanan akan mandi lalu menyiram tanaman, kali ini berbeda. Yang Hanan lakukan adalah menyiapkan bekal untuk sang pujaan hati.

Siapa lagi kalau bukan Marselio Vernando orangnya.

Hanya membuat nasi goreng biasa, ala Hanan sendiri dan sedikit tambahan dari resep Bunda tentu saja, Hanan mengambil satu sendok makan untuk mempersilahkan Bunda mencicipi masakannya yang ia buat dengan sepenuh hati, jiwa dan raga.

"Gimana Bun? Enak gak?"

Bunda mengunyah nasi goreng tersebut dengan wajah berseri, kepalanya bahkan mengangguk-angguk, Hanan cukup tau bahwa reaksi yang bunda berikan sudah pasti memuaskan.

"Enak banget, anak Bunda emang gak pernah bikin kecewa." Bunda tersenyum, mengusap pelan kepala belakang Hanan sebagai bentuk bangganya pada putra tunggalnya itu.

"Nih, Hanan udah siapin buat Bunda sama Ayah. Yang ini buat Kak Lio." Hanan tersenyum ceria, sudah seperti membuat bekal untuk mas pacar saja.

"Kak Lio?" Tanya Bunda, merasa tak asing dengan nama yang disebutnya.

Hanan jelas mengangguk, "iya, Kak Lio. Yang sering aku ceritain itu loh Bun." Jelas Hanan sekali lagi, setelah menutup bekal berupa nasi goreng tersebut, Hanan langsung saja menuju kamar miliknya, mandi lalu bersiap untuk pergi kuliah. Hal yang ia tunggu-tunggu tentu saja memberikan bekal nasi goreng tersebut untuk Marselio sendiri.

"Kenapa tuh? Kayaknya happy banget." Ayah yang baru saja masuk menatap Hanan yang berjalan dengan riang, sambil bersenandung pula itu anak, terlihat sekali kan bahwa pagi Hanan hari ini begitu terasa bahagia.

"Lagi berbunga-bunga tuh kek nya, Yah. Mungkin udah pdktan sama crushnya." Bunda terkekeh, ia lalu menyodorkan satu piring nasi goreng buatan sang anak kepada suaminya sendiri.

"Hanan yang masak?"

"Iya, sekalian masakin yang pacarnya tadi."

Ayah mengangguk, mencebikkan bibirnya, tiba-tiba merasa dongkol dan tersaingi, cemburu rupanya ayah satu anak ini.

"Tumbenan banget, kadang kalo aku yang minta masakin 5 menit kemudian baru gerak."

Bunda lantas tertawa, lucu melihat sang suami cemburu dengan gebetan anaknya sendiri. "Beda, Yah. Nama juga anak muda, biarin ah, jangan cemburu kan Ayah punya Bunda."

Ayah mendengus, lalu mengangguk sebagai jawabannya, yang mana hal tersebut membuat Bunda geleng-geleng kepala, rasanya seperti mengurus dua bayi dalam satu rumah saja.



Sesampainya di kampus Hanan langsung memarkirkan motornya di halaman parkir jurusan Teknik Komputer, membawa Tote bag berwarna hitam miliknya yang mana isinya adalah nasi goreng untuk Marselio tersebut. Langkah kaki yang riang membawanya menuju ke dalam gedung, sok tahu memang, padahal Marselio belum memberitahu pemuda itu ada di mana.

Sudah jauh kakinya melangkah, ia baru menyadari bahwa dirinya tidak ada tujuan, tujuannya tidaklah jelas. Alhasil Hanan berhenti, menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri.

"Iihhh gue dimana?" Tanyanya pada diri sendiri, celingak-celinguk bagai anak hilang di tengah pasar.

"Ehh Hanan!"

[END] It's Okay, Kak.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang