12. Johannes dan Marselio.

2.4K 322 57
                                    

Sore ini Hanan sedang sibuk berkutat di dapur untuk membantu sang bunda membuat kue pesanan yang sedang ramai-ramainya. Sudah pernah Hanan jelaskan bukan kalau bunda ini suka menerima pesanan yang ibu-ibu komplek request padanya. Dan hari ini bunda mendapati pesanan 50 loyang kue brownies untuk acara pernikahan anak pak RT. Itu baru hari ini entah kalau besoknya lagi.

"Nan, kamu masih sama yang waktu itu?" Pertanyaan tiba-tiba dari ayah yang muncul entah darimana berhasil membuat Hanan mengalihkan atensinya.

"Masih yah, kenapa?"

"Kok gak pernah main ke rumah lagi?"

Hanan melirik sekilas ke arah dimana ayah berada, lalu kemudian dirinya fokus kembali mengocok adonan yang.. entah yang ke berapa kali ini.

"Lagi sibuk, dia kan udah mau magang."

Tak terdengar jawaban dari ayah, hal yang membuat Hanan bernapas lega, sebab dirinya juga bingung kalau banyak di tanya soal hubungannya dengan kekasihnya itu.

"Nanti kalo udah gak sibuk lagi suruh main ke rumah, ayah mau ngobrol."

"Iya yah."

"Siapa namanya?"

"Lio, Marselio."

Hanan melihat ayah mengangguk lalu setelahnya pemilik nama Johannes itu berlalu dengan notebook miliknya. Biasa urusan kantor, ayah kan pegawai kantor yang sibuknya luar biasa. Kembali pada Hanan yang saat ini pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal.

Kenapa ayah nya tiba-tiba ingin berbicara dengan kekasihnya itu? Apa kira-kira yang akan ayah bicarakan dengan Marselio? Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang terus berputar di kepala Hanan.

"Nan.. itu adonannya udah ngembang loh."

Teguran dari bunda berhasil membuat Hanan tersadar dari lamunan dan segala pikirannya. Hanan tak menjawab, ia lebih memilih mematikan mixer lalu menuangkan adonan pada loyang persegi empat yang terletak tak jauh darinya.

"Bun.."

Ten menoleh, melihat kearah sang anak yang diam sembari tatapan mata menatap lurus kearahnya.

"Apa Nan?"

"Ayah kenapa ya tiba-tiba nyuruh Kak Lio main kerumah?"

Bunda tersenyum tipis mendengar pertanyaan tersebut, "mungkin nyuruh pacar kamu itu buat serius."

Hanan mengernyitkan alisnya ketika mendengar kata 'serius' bunda ucapan. "Serius maksudnya?"

"Ya iya, serius yang ada di pikiran kamu." Bunda terkekeh di ujung kalimatnya. Sedang Hanan mendengus karenanya.

"Gak lucu, Bun. Duhh jadi takut."

Bunda lagi-lagi mengeluarkan tawanya, "takut kenapa? Ayah cuman mau ngobrol biasa aja, Nan. Bunda jamin gak akan ngobrolin yang macem-macem."

Hanan tak memberi respon, sampai akhirnya ia menarik napas lalu membuangnya secara perlahan, "iya deh, semoga aja."

"Emang kenapa, kamu kok kayak takut banget gitu?"

"Gapapa, was-was aja ayah nanya yang aneh-aneh sama Kak Lio."

Bunda tersenyum lembut setelah mendengar itu, tangannya kemudian terulur untuk mencubit pipi gembul milik sang anak. "Gak bakal, Bunda jamin deh."

Hanan mengangguk, ia balas tersenyum pula setelahnya, "makasih yaa Bun."

"Iyaa sayang, sama-sama. Nanti tolong anterin kue nya tempat pak RT ya, katanya tamu-tamu udah dateng, kue nya mau di ambil setengah dulu."

[END] It's Okay, Kak.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang