Happy Reading..
Theo mengerutkan dahinya, keringat membasahi kening dan jatuh ke pelipis, nafasnya naik turun terasa berat serta tubuhnya bergetar. Beberapa detik kemudian ia membuka matanya dan langsung terduduk. Matanya langsung menoleh ke kiri dan kanan bahwa yang barusan ia lihat tidak benar benar nyata.
Mimpi, sudah beberapankali Theo memimpikan hal yang sama.
Ia pun menutup mata sebarih mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskanya kembali, ia meyakinkan dirinya itu hanya mimpi, kenapa juga ia harus memimpikan hal itu. Untuk sejenak Theo terdiam menatap lurus, seluruh kamarnya gelap, tapi dibalik tirai yang menutupi jendela kamarnya, matahari sudah terlihat terang ingin menembusnya. Mata Theo melirik jam diatas nakas, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 8.
"Ah sial." Ia mengumpat dan langsung bangkit dari ranjang bergegas ke kamar mandi.
Setelah berpakaian rapih, ia berjalan terburu-buru menuruni tangga menuju ruang makan.
"Theo.." suara lembut ibunya terdengar dari arah ruang makan.
"Aku tahu, aku terlambat." Theo menarik kursi makan dan langsung duduk di tempatnya dengan wajah dibuat setenang mungkin.
Athena yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya melirik kearah Leonard yang seakan tidak peduli, ia menerima makanan yang di sodorkan Athena dan langsung mengambil alat makan tanpa berkata apa-apa.
Athena bingung mau mulai dari mana menghadapi situasi ini, suaminya yang bodo amatan alias tidak peduli, dan anak yang seenaknya saja.
Ia pun melihat pada Leonard terlebih dulu, "Apa kau tidak akan bertanya apapun pada anakmu Leonard?" tanya Athena pelan dengan suara lembut.
Leonard berhenti sejenak sambil mengangkat alisnya, melirik pada Athena di sela makannya, setelah itu ia kembali fokus pada makanan di depannya, "Tidak ada yang perlu aku tanyakan." jawab Leonard santai.
"Kalau begitu biarkan aku yang akan bertanya", Mata Athena beralih dari Leonard pada Theo di depannya. "Darimana kau selalu pulang larut malam selama beberapa hari ini Theo?" Tanya Athena dengan nada dibuat biasa.
Theo yang sedang mengoleskan selai pada rotinya memasang wajah datar tanpa menoleh, "Main." Jawabnya.
"Kemana?"
Theo menaruh makanan ditangannya ke atas piring dan melihat lurus pada Athena di sisi lain meja makan. "Untuk apa mommy bertanya, selama ini mommy tidak pernah bertanya padaku." ungkap Theo dengan mata tajam.
"Theo, mommy tidak bertanya bukannya tidak perduli tapi kau sendiri tidak mau menceritakan apapun pada mommy." balas Athena.
"Tenang saja, Yang jelas kalian tidak perlu mengkhawatirkanku, aku tidak akan mempermalukan kalian." lanjut Theo melihat pada orang tuanya bergantian.
Leonard menaruh alat makan diatas meja dengan suara bantingan yang cukup keras. otomatis Theo dan Athena menoleh cepat padanya. Mata Leonard melihat tajam kearah Theo yang sedang kaget. "Sekali lagi kau berkata dengan nada tinggi pada ibumu, lihat apa yang akan ku lakukan padamu Theo de La gardie!" peringat Leonard dengan wajah mengintimidasi.
Athena takut Leonard memarahi Theo, ia akhirnya menenangkan suaminya, "Sayang tenanglah." ujar Athena dengan wajah khawatir.
Entah apa yang merasuki Theo, anak itu tidak pernah melawan ayahnya, tapi pagi ini dia memperlihatkan sikap membangkang. "Ok Fine!" Teriak Theo, ia bangkit dari kursinya dan berbalik akan pergi. Nafsu makannya sudah hilang sekarang.
Tapi Leonard kembali berteriak, "Kembali ke tempat dudukmu Theo!"
Theo diam sejenak, tangannya mengerat saat memegang kepala kursi, sebelum kembali duduk ke tempatnya menuruti perintah ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Get Divorce, Husband!
Romance"Olivia maukah kau menikah denganku?" lamar Theo. Theo De La Gardie jatuh cinta pada pandangan pertama pada Olivia yang tidak sengaja ia temui di sebuah acara amal dan ia melamar wanita berparas cantik itu tidak lama kemudian. Tapi di malam pernika...