Part 8

179 13 0
                                    

Sementara itu disebuah cafe ternama..

Silvia terlihat sedang hangout bareng Erik.

Dia dan papanya Silvia salah satu sponsor utama yang mensponsori tim balapnya Billar.

Keduanya sempat ngobrol usai makan malam..

"Kapan kamu akan mengenalkan aku sebagai calon suami kamu" tanya Erik.
"Nanti saja. Aku belum mau married. Ntar my sosial life bakal terganggu. Males amat"
"Kamu bisa lakukan apapun yang kamu mau. Aku akan beri apapun yang kamu mau"
"Aku lagi ngecengin Billar. Macho.. cakep. Bikin cewek-cewek klepek-klepek" kata Silvia dengan wajah berbunga-bunga.
"Apa kurangnya aku. Aku bisa beli apapun yang kamu mau"
"Ngga ada yg kurang dari diri kamu. Cuma kurang challenging aja. " Ucapnya sambil tersenyum nakal.
"Dan aku kamu anggap sebagai apa"
"Partner in crime.." kata Silvia iseng
"What should I do"
"Nothing. . Utk saat ini nothing dulu. Kita lagi nunggu kesempatan yg terbaik"
"Segitu saja."
" Sorry. Aku lagi bete banget"
"Ya sudah. Terserah kamu."

Silvia tersenyum sesaat..

"Aku cuma benci kalo ada orang yang sudah mengusik ketenangan hidupku" kata Silvia lagi.
"Kamu cari apa lagi sich. Kamu punya segalanya"
"Hanya butuh seseorang yang bisa bikin aku happy"
"Like me.."
"Ngarep.." kata Silvia sambil tergelak.

Dan bagi Silvia Erik dianggap cuma nyamuk semata..

Silvia yg setengah mabuk menarik Erik mendekatinya.

Tanpa ada rasa canggung Silvia mencium bibir Erik..

"Aku mungkin menganggap kamu seperti nyamuk saja. But you're a great kisser." Ucapnya sambil tersenyum.

Silvia yg mabuk terlihat sempoyongan keluar cafe menuju parkiran untuk mencari mobilnya.

Erik yg punya cafe tersebut memanggil satpamnya.

"Ya pak.. " tanyanya pada bosnya.
"Kamu jaga mobil saya. Nanti saya balik lagi"
"Baik pak bos"

Erik akhirnya mengantarkan Silvia sebentar.

Dan dirumah besar itu tampak beberapa mobil dan motor yang harganya cukup fantastis...

Silvia akhirnya diantar pulang oleh Erik.

"Makasih ya udah anterin adik gw." Kata Seno.
"It's ok. Kebetulan Silvia lagi hangout di cafe ku"
"Dia suka gitu kalo lagi galau"

Erik cuma tersenyum.

"Bokap lu ada. Sebenarnya banyak yg pengen gw omongin. Tapi Silvia selalu melarang gw. Padahal kan urusannya kan bisnis"
"Yg Lain juga ngga apa-apa. Gw lebih seneng Lo dekat sama Silvia daripada harus Deket sama Billar"
"Lu ngga suka sama Billar. Dia kan salah satu pembalap terbaik"
"Dia punya apa.. lu kan beda. "
"Justru Karena itu. Gw ngga bisa deketin Silvia. Dia bilang gw ngga sesuai dengan standar Silvia"
"Anak itu.. taunya cuma maen doang. Dah lah.. ntar gw ngobrol sama bokap"
"Ok. Gw balik lagi ke cafe"
"Gw anter. Sekalian ada perlu sebentar"
" Boleh.."

Gantian Seno yg antar Erik kembali ke cafenya..

Keduanya tidak tahu kalo diam-diam Silvia mengintip keduanya dari balik jendela kamarnya.

Ada rasa ragu yg diam-diam Silvia pendam..

Silvia terlihat menelpon seseorang..

"Ada apa ya mba" tanyanya dari seberang.
"Bagaimana keadaan ibunya Billar"
"Sudah membaik. Sepertinya bisa pulang lebih cepat"
"Dan perawat itu."
"Dia itu dulu muridnya ibu jadi mrk dekat Karena itu"
"Bkn karena hal lain"
"Ngga tau juga sich. Kecuali kalau mas Billar nya naksir sama mba Lesti"
"Namanya Lesti"
"Ya.."
"Ya sudah. Kau awasi saja.. beritahu kalau ada apa-apa"
"Baik mba" jawabnya.

Silvia terlihat menutup hpnya.

Ia memilih ganti baju utk kemudian tiduran.

Dia masih memikirkan tentang Lesti yg sangat dekat dg ibunya Billar..

Pernah tercetus satu perkataan bu Ratna yang mengagetkannya.

"Ibu lebih suka kamu jadi mantu ibu. Biar ada yg urus Billar." Pinta Bu Ratna suatu pagi.

Saat itu ibu Ratna sedang berjemur dan ditemani Lesti.

"Ngga mau. Ntar yg merawat ibu siapa. Aku mau merawat ibu saja.." ujar lesti manja.
"Boleh. Tapi nanti kalau ibu tidak ada yg merawat Billar siapa. Dia itu bayi gede yg kelihatannya aja sok seterong tapi masih manja banget"

Lesti terlihat tersenyum.

"Masa sih Bu" kata Lesti kepo.
"Mungkin Karena dia jauh dari ibu sejak mulai ABG. Sedang saat itu justru kamu yg lebih dekat dg ibu. Ibu sich happy dekat sama kamu tapi Billar ngiri lho"

Lesti terlihat ngakak.

"Masa sich Bu."
"Liat aja sebentar lagi.."

Billar yg muncul tidak lama kemudian terlihat segera menemui Bu Ratna..

ia membawa makanan untuk ibunya.

"Aku ngubek-ngubek cari tukang Bandros. Untunglah ada yg kasih tahu. Tapi ya itu.. hrs ngubek-ngubek jalan Krn nyasar" jelas Billar dg nada kesal.

Bayi besar itu beneran manyun.

Diam-diam Lesti geli sendiri.

"Bukannya ada google map" kata lesti.

Sebuah perdebatan pendek terjadi antara Lesti dan Billar.

"Aku rada gaptek"ucap Billar
sambil nyengir.
"Kan ada aplikasi ojek online"
"Ngga bisa pakai." Ucapnya sambil nyengir lagi.

Lesti cuma mesem..

Rasanya ia pengen jitak Pala Billar pake sendok yg ada di dekatnya.

Tapi..

"Tuch kan. Bener kan" ucap ibu Ratna.

Lesti akhirnya terkikik geli.

Disambut dengan senyum lembut Bu Ratna.

"Kalian lagi ngomongin aku ya" protes Billar.
"Tidak bukan kamu nak. Dah sini mana Bandros nya. Ibu mau" ucap Bu Ratna

Billar memberikan Bandros tersebut.

Ibu Ratna memakannya diikuti oleh Billar dan Lesti.

Dan kedekatan lesti dg keduanya membuat Silvia cemburu..

Dan rasa cemburu Silvia bisa membunuhnya secara perlahan .

Bersambung

*******


GURU KU IBU MERTUA KU (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang