Part. 10

214 12 0
                                    

Hari itu Bu Ratna sudah bisa pulang.

Keadaannya sudah membaik.

Ia terlihat sangat cantik dengan gamis yg warnanya senada dg bergo warna hijau pemberian Lesti.

Dan gamis itu sendiri sebenarnya Billar pesan via online shop dg bantuan Lesti tentu saja.

"Kamu tidak pernah belanja online" tanya Lesti.
"Tidak pernah. Selalu nyuruh. Google map juga mesti belajar banyak."
"Lihat hpnya.."

Billar memperlihatkan hpnya. Memang bukan hp keluaran terbaru tapi masih banyak fitur yang belum digunakan oleh Billar.

"Aku lebih banyak ditolong sama temanku. Aku rada males ribet tau"
"Lahh.. katanya kamu kuliah malah udah wisuda masa gaptek"
"Suerr.. kalo laptop sih lumayan lah. Buktinya bisa bikin skripsi" ujarnya dg bangga.

Lesti cuma nyengir..

Ada-ada aja yaa..

Ya sudah... disela kesibukan Lesti ia mengajari Billar soal aplikasi hp.

Malah ia baru tahu kalau IG Billar isinya cuma satu foto saja..

"Ngga main Ig." Tanya Lesti kemudian.
"Itu kerjaan bagian publikasi,"
"Ya udah bikin status apa kek. Anyep banget.."

Billar cuma nyengir.

Tapi yg dia posting adalah foto ibu dan Lesti tempo hari.

Dg sedikit diblur.

Foto saat Lesti dan ibu berpelukan.

Caption nya cukup menggelitik.

"My Dear Mood boosters"

"Kok foto yg itu sich" protes Lesti.
"Kamu tidak suka"
"Bukan begitu. Tapi aku juga jarang posting foto terbaru. Aku lebih suka posting gambar pemandangan. Terutama saat disini"
"Kurang kiyut ya.."

Lesti terlihat tersenyum.

Tahu-tahu Billar meraih tangan Lesti.

Lesti menatap Billar..

"Kamu tahu kenapa aku memanggil kamu mood booster nya aku. Karena kamu yg bisa bikin aku happy. Terutama ibuku tentunya" jelas Billar.

Untuk sesaat Lesti tak berani menatap Billar.

Tangan Billar masih menggenggam erat tangan Lesti.

"Setiap Orang memiliki mood booster masing-masing." Kata Lesti kemudian.
"Terus kamu.." Billar balik nanya.
"Aku cuma berusaha untuk tetap bersyukur saja" ujar lesti sambil tersenyum.
"Dan aku bersyukur Karena telah mengenalmu. Cukup lihat ibu bahagia aja bikin aku bahagia. Dan aku tahu.. cuma kamu orang yang akan menyayangi ibuku dg tulus."

Lesti terlihat melepaskan tangannya.

"Jangan... kalau cuma mau main-main saja lebih baik tidak usah Deket-deket. Krn aku lebih nyaman sendiri dari pada berharap cuma pada akhirnya hanya untuk kecewa saja" jelas Lesti kemudian.
"Bagaimana kalau aku sungguh-sungguh. Aku tidak mau main-main lagi. Aku hanya ingin lihat ibuku bahagia."
"Cuma buat ibumu?" Lesti balik nanya.

Billar terlihat tersenyum.

"Kalau ibu bahagia itu bonus. Tentu saja aku happy dulu Yach" kata Billar kemudian.
"Tetep ya.."

Lesti terlihat melepaskan diri.

"Dah ahh. Aku juga harus memikirkan ayahku dan kak Ridwan" kata Lesti lagi.
"Aku ntar mampir deh. Harus lihat ibu sehat dulu"
"Aku tunggu.."

Ya....

Lesti memang tidak ingin kecewa lagi.

Ia lebih berhati-hati..

Terlebih ia sudah pernah kecewa untuk kesekian kalinya.

Ia tidak berani berharap terlalu jauh .

Ia tidak berani mendekati Billar lebih jauh.

Terlebih ada kabar ayah Billar meninggalkan harta yg cukup banyak...

Sudahlah..

Apa lagi saat ia harus bertemu dengan Silvia..

Saat itu ia pasien Dr. Ibnu...

"Jadi kamu perawat itu ya"

Ia masuk IGD Krn radang lambung.

"Ya.. saya seorang perawat"
"Perawat yg sedang pansos seorang crosser ternama."

Ohh..

Lesti cuma tersenyum.

Ia membetulkan infusan yg menempel di tangan kanan Silvia.

"Terserah apapun yang anda inginkan. Saya sibuk untuk sekedar pansos. Saya bukan artis.  Saya cuma tenaga kesehatan. Tidak lebih.."
"Kalau begitu bantu aku supaya bisa lebih dekat dengan Billar. Setidaknya dg mamanya. Kamu aja bisa gampang Deket sama mamanya masa aku tidak bisa"
"Maaf ya mba. Jauh sebelumnya saya sudah kenal dg mamanya Billar. Bahkan saya lebih kenal mamanya ketimbang dg Billar. Beliau adalah guru IPA sekaligus wali kelas di SMP Al Hidayah. Ah maaf.. sekolahnya sudah tidak ada. Sekarang jadi yayasan pendidikan Islam Al Hidayah"
Jelas lesti.
"Kamu punya apa sih yang bikin Billar betah sama kamu. Jauh dari kata ideal."
"Terserah.. saya mau keliling lagi" ucapnya Lesti cuek.

Masih punya banyak kerjaan daripada melayani cewek yg kena radang lambung.

Terlebih ditemukan kadar alkohol yang cukup tinggi didalam darahnya.

Silvia sedang mabuk..

Dan omongan Silvia ngelantur..
Tak ada gunanya didengar..

Walaupun kejujuran kadang menyakitkan..

Sebuah pesan WhatsApp dari Billar muncul..

[Jangan lupa di makan ya. Aku pesan nasi goreng sosis sama capuccino panas. Assalamu'alaikum]
            [Waalaikum salam]
            [Makasih ya]

Lesti memakannya sendiri ditengah waktu istirahatnya.

Ia sengaja tidak keluar dari ruang IGD tempat ia jaga malam itu.

Malam itu selalu jadi malam yg berat setiap dapat tugas di sana..

Tapi itu adalah kewajiban..

Seperti yang dulu ibunya lakukan..

Tiba-tiba saja ia rindu sama ibunya..

Beliau selalu menjalankan tugasnya dengan senang hati.

Penuh dedikasi dan rasa tanggung jawab yg tinggi.

Walaupun hari itu ia mendapat kabar kalau mobil jemputan yg akan membawa ibunya pulang ditabrak sebuah mobil sedan yg ngebut..

Dan pagi itu saat ia dalam perjalanan pulang.

Lesti yg sempat tertidur pulas di mobil jemputan terbangun tiba-tiba..

Ia ingat ibunya.

Astaghfirullah.

Ibu...

"Kamu tidak apa-apa" tanya ibu Halimah salah satu perawat senior.

"Ya Bu. Hanya mimpi buruk saja" jelas Lesti.
"Kamu rindu sama ibumu ya.." kata Bu Halimah.
" Ya. Tiba-tiba saja ibu muncul dalam mimpiku"
"Jangan kuatir. Ibu juga bisa jadi ibumu."
"Makasih ya Bu.."

Bu Halimah memeluknya erat..

Ibu...
Lesti kangen ibu..

Setitik air mata menetes dari pelupuk matanya..

Bersambung..

*******

GURU KU IBU MERTUA KU (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang