"Ku tahu dia? "
"Tahu, dia menakutkan"
"Kenapa ada orang seperti dia di dunia ini? "
"Lebih baik kita berdiam di rumah, sebelum orang itu datang dan bertamu"
*
*
*Aku hanya diam di rumah. Kata orang tuaku, aku tidak boleh ke mana-mana. Mereka bilang jika aku keluar, maka orang itu akan mati. Aku tidak paham dengan jalan pikir kedua orang tuaku. Mereka selalu menolak jika aku pergi bermain, menangkap capung, bermain layang-kayang, ataupun hanya sekedar sekolah.
Iya, aku tidak sekolah. Orang tuaku juga tidak memberiku pelajaran ataupun guru les. Aku hanya belajar dari buku-buku yang pembantu berika padaku diam-diam
"Ini, simpan buku ini baik-baik dan bacalah, " kata pembantu itu lembut. Aku mengangguk dan membacanya perlahan
"Aku lupa kau tidak bisa membaca atau menulis. Setiap jam 3 sore, aku akan datang ke kamarmu untuk mengajarimu membaca. Mama dan papa tidak ada di rumah ketika jam itu"
Setiap hari, hanya pembantu yang mengajariku. Karena senang, aku berani memanggilnya Mama. Dia seperti ibu, dia membantuku, menyuapiku, melindungiku, bahkan memberikan barang-barang bagus
"Aku ingin memiliki anak, tapi aku tidak bisa karena mandul. Jadi, aku akan mengangkatmu sebagai anak secara diam-diam. Jangan beritahu Mama dan Papa, ya"
*
*
*Berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun berlalu. Kini aku semakin dewasa. Semakin over protect padaku. Aku hanya bisa mendengar suara-suara dari luar
2 tahun belakangan ini aku sering mendengar suara tangisan bayi. Apakah itu adikku? Atau siapa? Dia selalu menangis, membuatku kesal sampai-sampai aku tidak bisa tidur. Setiap malam dia menangis seperti orang kelaparan, dan tenang ketika Mama berkata tenang. Entah apa yang ada di pikiran Mama dan Papa
Tapi dia tidak disingkirkan sepertiku
*
*
*Aku lelah! Benar-benar lelah! Aku ingin bebas seperti orang-orang. Aku ingin menikmati dunia seperti orang-orang
"Bibi, " panggil ku pelan, "bolehkah aku keluar sebentar saja?"
Bibi hanya terdiam. Menatapku -entah kasihan atau tidak-, lalu memelukku erat. Dia memberiku sebuah kunci dengan gantungan berbentuk hati kepadaku dan menunjuk pintu berwarna cokelat
"Ketika bibi keluar nanti, kamu hintung sampai 20, ya. Setelah itu buka pintu itu dengan kunci yang bibi beri tadi."Bibi keluar setelah berkata itu. Aku mulai menghitung
1
2
3
4
5
Di luar sana, terdengar ribuan suara. Berbagai jenis suara terdengar, mulai dari suara berat hingga tinggi. Teriakan terus keluar
6
7
8
9
10
Sebuah pisau masuk melalui sela-sela pintu. Aku segera mengambil pisau itu. Pisaunya sangat tajam, sangat cantik. Aku menyukai desain pisau itu. Ada gambar naga serta pulau kecil terukir disana
15
16
17
18
19
20
Aku segera berlari menuju pintu setelah angka 20. Segera ku masukkan kunci itu ke lubang kunci, membuka pintu itu perlahan. Aku melihat bibi terpaksa dengan penuh darah. Aku ingin menangis ketika melihat ini
"Ini konsekuensinya kau melepas anak setan itu, " ujar seseorang dengan wajah datar. Kulitnya penuh bekas luka seperti sehabis dicakar kucing
Dia melihatku dari atas ke bawah. Lalu maju mendekatiku
"Kau? Jadi kau sudah sebesar ini, " katanya. Dia mengelus rambutku lalu menjambaknya
"ANAK HARAM! ANAK YANG TIDAK TAHU DIUNTUNG! KENAPA KAU KELUAR DARI SANA?!" teriaknya kencang. Aku meringis kesakitan karena tarikan di rambutku
"LEBIH BAIK KAU MATI DARIPADA--"
Perkataannya terhenti. Dia menatapku kaget, lalu jatuh ke bawah. Darah mulai keluar dari perut sebelah kanannya. Pisau itu tertancap di perutnya. Aku tidak peduli dan mencabut pisau itu
Aku berlari ke luar. Disana banyak orang sedang memasang pagar besi. Aku tidak peduli dan melayangkan pisau ku ke berbagai tempat. Aku mulai berhenti ketika teriakan-teriakan itu terhenti.
Dengan ini, semua berakhir
*
*
*Tok tok tok!
"Tolong semua tenang, " ujar hakim. Seketika semua terdiam dan menatap hakim itu
"Apakah ada saksi untuk kasus ini?" semua terdiam menengok ke kiri dan kanan. Mencari siapa yang ingin menjadi saksi
"Pembunuhan 1 keluarga dengan pisau daging. Tidak ada saksi dalam kasus ini. Para psikiater mendiagnosis tersangka dengan psychopastiche, yang artinya tersangka memiliki jiwa psikopat." Semua orang disana terkejut dengan pernyataan hakim. Aku hanya tersenyum kecil ketika mendengar penjelasan tersebut
"Tuan hakim, saya menyadari bahwa client saya menderita gangguan mental tersebut. Tapi apakah hukuman yang diberikan terlalu berat baginya? Bagaimana jika kita laksanakan mediasi atau rehabilitasi untuknya? Ini juga bukan salah pelaku. Keluarga dia juga menyekapnya seumur hidup," jawab pengacaraku. Aku kembali tersenyum senang
"Tapi menghilangkan 10 nyawa adalah kelakuan bejat! Dia lebih parah dari pelaku pelecehan disana!" Teriak seseorang. Pengacaraku memijit pelipisnya pusing
"Apakah aku sama seperti mereka? Bukannya aku hanya membunuh keluargaku saja?" Tanyaku ke hakim. Hakim membuka sebuah buku berwarna kuning
"Pelecehan ke 20 perempuan, pembunuhan dan perampokan bank XXX, 21 kasus tabrak lari, dan semua orang tewas. Apakah anda mau mengelak lagi?"
"Hahaha, anda benar. Aku tidak bisa mengelak lagi"
Semua orang berteriak kaget, lalu mengumpatku dengan berbagai cacian dan makian. Aku tidak peduli, aku hanya diam. Kemudian, aku berdiri menghadap mereka semua
"Anda semua adalah orang tua yang memiliki dan akan memiliki anak, bukan? Jadi, kalian ingin mendidik anak kalian dengan cara apa? Kalau orang tuaku, dengan toxic parenting. Kalian mau anak kalian menjadi pembunuh? Didiklah dengan cara itu"
"Tuan Kim Jongdae! Kembali duduk, " perintah hakim. Aku tersenyum menatap hakim itu
"Anak anda berusia 5 tahun, bukan? Anda dan istri Anda bercerai ketika dia masih berumur 1 tahun. Kemungkinan besar anak anda seperti saya karena anda mendidik anak anda--"
"DUDUK!" Beberapa polisi memaksaku duduk, lalu mengikat ku dengan tali
"Dengan ini, terdakwa Kim Jongdae dihukum mati dengan cara digantung. Sidang selesai"
Tok tok tok!
*
*
*Tiba-tiba aja keluar. Selamat menikmati di siang bolong, hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
WATCHIN (EXO Story)
HorreurOneshoot about EXO 90% Chen 10% other member Not real Cast : All member EXO