Ketika sudah sampai di hadapan Renald, Daisy pun mengatur jantungnya yang berdetak tak karuan. "Cari saya ya kak?" Tanya Daisy gugup seraya meremas rok nya hingga kusut.
"Lo Daisy ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Daisy, Renald malah balik bertanya.
"Iya kak, saya Daisy." Jawabnya sopan.
"Maaf kalau gue ganggu waktu Lo sebentar, gue kesini cuma mau nyampein perintah dari bu Karin, beliau nyuruh lo untuk ke ruangan nya nanti setelah pulang sekolah." Ucap Renald memberi tau.
"Emangnya ada apa ya kak, kalau saya boleh tau?" Tanya Daisy heran.
"Gue juga gak tau kenapa." Jawab Renald seraya tersenyum.
"Kalau gitu gue pergi dulu ya." Pamitnya lalu melengos pergi. Meninggalkan Daisy yang mematung seraya memegangi dada nya.
"Itu tadi kak Renald senyum sama gue? Beneran sama gue? Aghhhhh, gue senang bangett, anjirr!" Teriaknya histeris, tidak tahu saja kalau semua orang pada melihat ke arahnya.
"Gue harus pamer sama temen-temen gue pokoknya!" Sambungnya lagi, lalu masuk ke dalam kelas untuk menemui teman-temannya.
Tidak tau saja kalau ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua di balik tembok sedari tadi, dengan tangan yang mengepal.
***
"Guyssss, lo semua harus tau kabar gembira pokoknya!!!" Ucap Daisy kepada teman-temannya
"Kabar gembira apasih, anjir?" Tanya Iren penasaran.
"Tebak dulu dong!" Tantang Daisy.
"Oh, gue tau." Mendengar Ucapan Grisel, membuat mereka bertiga menatap ke arahnya.
"Apa coba?" Tanya Daisy menunggu jawaban, tidak jauh berbeda dengan Nara dan Iren yang sedang menunggu jawaban Grisel.
"Kucing tetangga lo melahirkan ya?" Jawab
Ucapan Grisel membuat Daisy mendengus kesal. "Bukan, Grisel!!"
"Terus apa dong?" Ujar Grisel seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Tadi itu, gue--- di senyumin sama kak Renald, huaaaaa!!" Ucap nya histeris.
"Kok bisa?" Sembur Iren penasaran
"Bisa dong, Daisy gitu loh." Ucap nya bangga.
"Ck, songong!" Ucap Nara kesal.
"Tapi, tadi kak Renald ngapain nyariin lo?" Tanya Grisel tiba-tiba.
"Katanya, gue di suruh ke ruangan bu Karin nanti setelah pulang sekolah."
"Emangnya ada apa? Lo buat kesalahan ya?" Tanya Iren.
"Gak ada, ah. Mana mungkin lah orang sebaik gue ngelakuin kesalahan." Ucapnya dengan percaya diri.
"Dih, orang baik dari mana?"
"Iri Lo?"
"Eng-" ucapan Iren terputus karena Nara.
"Udah ada guru datang tu, gausah debat!" Sembur Nara ketus.
***
"Ren, temenin gue ke toilet yuk! Kebelet pipis ni gue." Bisik Daisy kepada Iren di sebelahnya, kebetulan mereka duduk berdua
"Ok, tapi Lo yang izin ke ibu ya!." Ucap Iren seraya berbisik juga.
"Iya-iya."
"Bu, kita berdua permisi ke toilet ya, bu." Izin Daisy kepada guru yang mengajar.
"Satu orang saja!" Ujar guru tersebut seraya membetulkan kacamata nya.
"Tapi bu-"
"Satu orang atau tidak sama sekali." Ancam nya
"Udalah sendiri aja, dari pada Lo pipis di sini." Bisik Iren.
"Yaudah deh, bu. Saya permisi ya." Ucapnya yang akhirnya mengalah.
Ceklek
Suara pintu terkunci, mengalihkan perhatian Daisy yang sedang mencuci tangan.
"Hai, sayang." Sapa orang yang tadi mengunci pintu seraya tersenyum mengerikan.
"Jayden." Lirih Daisy.
"Ada apa, sayang?"
"Ngapain lo di sini? Ini toilet perempuan, gimana kalau ada yang lihat!"
"Ternyata kamu perhatian sama aku ya? Tenang aja, babe. Aku udah atur semuanya, lagian aku juga gak peduli kalau aku ketahuan. Kan kalau aku ketahuan, kamu juga ketahuan. Karena orang pikir, kita lagi ngelakuin hal yang macam-macam." Ucapnya tepat di telinga Daisy.
"Lo gila, Jay! Lo gila!"
"Yes, i know, itu semua karena kamu." Ujar Jayden seraya ingin mengelus pipi Daisy, tetapi Daisy menghindari nya.
"Oh sayang, mengapa menghindar? Ada apa?" Tanya Jayden pura-pura terkejut.
"Ada apa lo bilang, ha? Lo masih nanyak kenapa? Harusnya lo tau, gue gak sudi di sentuh samaa lo!" Teriak Daisy seraya beringsut mundur ke belakang.
"Ah, sakitnya hati ku." Ucap Jayden seraya maju mendekat ke arah Daisy.
"Jangan mendekat!" Ancam Daisy kepada Jayden, tetapi tidak di dengar oleh Jayden. Bahkan dia semakin mendekat ke arah Daisy. Dan mengurung Daisy di dalam kukungannya.
"Ngomong-ngomong sayang, kenapa kamu berbicara dengan laki-laki lain tadi?" Tanya Jayden dingin.
Terkadang Daisy aneh melihat Jayden, sifatnya selalu berubah dengan cepat.
"Bukan urusan oo!" Ketus Daisy.
"Jelas itu urusan aku sayang, kamu itu milikku!" Ucap Jayden.
"Atau jangan-jangan kamu ingin berselingkuh di belakang ku ya?" Tanya nya dengan berpura-pura sedih.
"Kita gak pacaran! Jadi jangan bertingkah seolah-olah kita pacaran!"
"Oh, kamu memberi kode ingin berpacaran denganku ya?" Tanya Jayden lagi seraya terkekeh.
"Lo benar-benar gila! Kayaknya Lo harus masuk rumah sakit jiwa!" Marah Daisy.
"Awas, gue mau keluar!" Sambungnya sembari berusaha keluar dari kukungan Jayden.
"Jauhi laki-laki itu! Atau dia mati perlahan-lahan." Ancam Jayden lalu melongos pergi.
Selamat bermalam Minggu bestiee🖤
Guys, bantu ramein cerita ini dong! Kalau perlu kasih tau ke teman-temen kalian juga.
Ohiya, jangan lupa tinggalin vote+coment nya ya! Biar aku makin semangat update nya.❤️
See u next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Jayden (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"kau hanya milikku Daisy." Ini tentang Jayden yang sangat mencintai Daisy, dan ingin sekali Daisy menjadi kekasihnya, Jayden yang selalu mengejar-ngejar Daisy, dan Jayden yang selalu marah apabila Daisy berdekatan dengan laki-laki lain. Jika Jayden...