24

2.3K 127 8
                                    

"Bercanda sayang." Bohong Jayden. Yang nyatanya, ucapannya semenit yang lalu itu adalah sebuah kebenaran.

Benar, dialah yang membunuh kedua orang tuanya.

"Mau makan?" Tanya Jayden mengalihkan pembicaraan.

Daisy menggeleng. "Aku belum lapar, lagian bukannya tadi sebelum pergi aku udah makan?" Ujarnya.

Jayden menyelipkan anak rambut Daisy ke belakang telinga. "Kan itu tadi pagi, sayang. Makan siangnya belum." Ucap Jayden sembari mengecup kening Daisy.

"Kita makan ya!" Perintahnya mutlak, seraya menarik Daisy ke arah sebuah meja makan yang memang sudah di siapkan sebelum mereka datang.

Sesampainya mereka di meja makan, Jayden pun langsung menggiring Daisy untuk duduk di kursi tersebut, setelah itu di susul pulak oleh Jayden yang duduk di hadapan gadis itu.

Prok prok prok

Suara tepuk tangan milik Jayden menggema di pulau itu. Dan itu membuat Daisy kebingungan, pasalnya tiba-tiba saja laki-laki di depannya ini bertepuk tangan.

Tak lama suara tepukan tangan Jayden berhenti, tiba-tiba saja muncullah 5 orang berpenampilan seperti chef datang, tak lupa pula kelimanya membawa berbagai makanan dan minuman dengan cara menggunakan troli.

Kelimanya pun menyusun makanan tersebut secara merata di meja yang sudah di isi oleh Jayden dan Daisy.

Setelah tersusun rapih, kemudian kelimanya pun meminta izin mengundurkan diri.

"Aku sengaja nyewa para chef terkenal di negara ini untuk menyiapkan makanan untuk kita selama di pulau ini." Celetuk Jayden seakan menjawab kebingungan Daisy.

"Tapi di mana mereka masaknya?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Daisy membuat Jayden terkekeh.

"Kamu tidak perlu tau, sayang. Lebih baik mari kita makan!" Jawab Jayden sembari tersenyum.

"Tunggu Jayden!" Kata Jingga.

Jayden menaikkan sebelah alisnya bingung. "Ada apa, sayang?" Tanyanya.

"Bukannya ini semua berlebihan. Maksudku, kamu gak perlu lah sampai nyewa chef terkenal di negara kita cuma untuk makan siang disini. Kalau kamu butuh makanan untuk disini, bukannya lebih baik kita bawa dari rumah aja tadi?" Cerocos Daisy panjang lebar. "Jay, aku tau kamu orang kaya. Tapi bukan berarti kamu bisa ngehambur-hamburin uang kamu seenaknya, kamu harus belajar hemat!" Lanjutnya menasehati Jayden.

Jayden menghembuskan nafas pelan. "Oke, aku minta maaf. Lain kali aku bakalan belajar hemat demi kamu." Ujarnya sembari menggengam tangan Daisy, kemudian menciumnya.

Daisy tersenyum. "Bukan demi aku aja, tapi demi diri kamu sendiri juga." Ujarnya.

"Iya-iya sayangku."

Kemudian mereka pun memulai acara makan siangnya dengan tenang, sesekali mereka saling menatap satu sama lain.



***


Hari berganti. Di hari ini lah Jayden akan berangkat ke London untuk menemui sang kakek.

Saat ini keduanya sudah sampai di bandara. Yap, Daisy memaksa Jayden agar dirinya ikut mengantarkan laki-laki itu sampai bandara.

"Ingat pesan aku! Jangan pernah mencoba untuk kabur!" Katanya dengan menatap tajam Daisy.

Daisy memutar bola matanya malas. "Iya, aku ingat. Lagian kamu udah berapa kali coba, ngomong itu mulu dari tadi." Ujarnya kesal.

Jayden terkekeh. "Yaudah-yaudah, maaf deh." Ucap Jayden sembari mengusap kepala Daisy dengan lembut.

Seseorang datang dengan napas tak beraturan. "Tuan muda, pesawatnya akan take off sebentar lagi." Ujar salah satu bodyguard yang bekerja dengan Jayden memberitahu.

Obsesi Jayden (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang