18

3K 195 12
                                    

Hiiiiiiiii❤️

Jangan lupa votmennya yaaa!!

Kalau gak rame, aku mau hiatus duluuuu.




***



"Jadi yang nyulik Daisy itu Renald, om?" Tanya Jayden kepada papa dari Daisy.

"Iya." Jawab Bram dengan sendu.

Saat ini Jayden sedang berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk mama dari Daisy itu. Yap, setelah kejadian kemarin, Rina masuk ke rumah sakit, itu di sebabkan karena dia tidak mau makan, dan tidur kurang teratur, dia selalu memikirkan Daisy, putrinya. Wajar saja Rina seperti itu, ibu mana yang tidak hancur setelah mengetahui bahwa anaknya di culik dan belum di temukan sampai sekarang.

Dan bukan tanpa sebab Jayden menjenguk Rina. Dia hanya ingin memainkan perannya agar semua orang tidak mencurigainya. Kalau saja bukan karena itu, dia tidak mau capek-capek untuk menjenguk Rina, ayolah! Jayden itu tidak punya rasa empati, selain kepada Daisy. Inilah dia, Jayden, laki-laki bertopeng, yang pandai memanipulasi orang-orang.

"Kurang ajar." Gumam Jayden, tapi dapat di dengar oleh Bram.

"Kamu temannya Daisy kan?" Tanya Bram.

"Iya, om. Saya temannya Daisy. Kami berdua dekat banget." Jawab Jayden.

"Saya tau. Bahkan saya tau kalau kamu sering main ke rumah saya. Istri saya sering bercerita tentang kamu kepada saya." Ujar Bram dengan senyuman tipisnya.

"Benar kata istri saya, kamu laki-laki baik dan sopan, pantas saja istri saya selalu menjodoh-jodohkan putri saya denganmu." Lanjutnya.

Mendengar itu membuat Jayden diam-diam menyeringai. "Saya gak sebaik itu kok, om." Ucap Jayden bercanda. Walau terkesan bercanda, tapi itu benar adanya, Jayden tidak sebaik itu.

"Saya rindu dengan putri saya, saya juga kasian sama istri saya. Tapi saya bingung, di mana saya bisa mencari Daisy? Kabar dari polisi saja belum saya dapatkan." Kata Bram sembari memijat keningnya.

"Om tenang aja, saya janji, saya bakal bantu om buat nyari Daisy. Saya juga sedih dengar kabar kalau Daisy hilang, saya juga rindu dengan Daisy, om." Tutur Jayden.

"Terima kasih, nak. Saya semakin yakin kamu orang baik, dan punya hati yang tulus." Ujar Bram dan hanya di jawab senyuman tipis oleh Jayden.


***



Di lain tempat, dan di waktu yang sama. Seorang gadis yang tak lain adalah Daisy, sedang tidur dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.

Perlahan mata itu pun terbuka. Kemudian mengerjap pelan.

"Ssh." Ringisan itu keluar dari mulut gadis itu.

"Sialan, sakit banget badan gue semuanya." Sambungnya sembari bergerak gelisah, walaupun susah.

"Gue lebih baik mati, dari pada harus terkurung di neraka sialan ini."

Ceklek

"Daisy, waktunya makan malam." Ujar bi Ningsih yang baru saja masuk ke dalam kamar yang di tempati Daisy. Bi Ningsih juga membawa sebuah nampan yang berisi nasi beserta lauk pauknya, dan juga minuman untuk Daisy.

Kemudian wanita paruh baya itu menaruh nampan yang dia bawa tadi di meja samping tempat tidur Daisy.

"Em--bi, sebelum itu, Daisy pengen buang air besar dulu, boleh kan bi? Soalnya perut Daisy sakit banget." Tanya Daisy.

"Tentu saja, Daisy. Biar saya ambilkan dulu kursi roda untuk kamu, Daisy." Jawab bi Ningsih.

"Duh bi, jangan pakai kursi roda dong. Kan susah nanti, gimana kalau bibi lepasin borgolannya?" Ujar Daisy yang tak nyerah membujuk bi Ningsih.

"Tapi--" perkataan dari bi Ningsih dipotong oleh Daisy.

"Ayolah bi! Kan nanti bisa di pasang lagi. Daisy yakin Jayden pasti bisa ngertiin."

Menghela napas pelan, setelah itu bi Ningsih pun mengangguk, walaupun tersirat nada ragu, khawatir, dan takut di matanya.

"Tunggu sebentar! Saya ambilkan kuncinya dulu." Ucap bi Ningsih sebelum melenggang pergi.

Yap, bi Ningsih memang mengetahui di mana kunci borgol itu berada, kunci borgol itu ada dua, satu di bawa oleh Jayden, dan satunya lagi di simpan oleh bi Ningsih, dan itu Jayden yang memerintahnya.

"Yesss." Batin Daisy bersorak.

5 menit pun berlalu, bertepatan dengan bi Ningsih yang datang sembari membawa kunci di tangannya.

Setelah itu wanita paruh baya itu pun membukakan borgol itu dengan kunci yang dia bawa tadi.

Tak menunggu lama, borgol yang ada di tangan dan kaki Daisy pun terbuka, dan itu membuat Daisy bukan senang mainnya.

"Makasih bik." Seru Daisy dengan senyumannya.

"Iya, Daisy. Tapi jangan lama-lama ya! Nanti keburu tuan muda Jayden pulang." Balas bi Ningsih.

"Bibi tenang aja, Daisy gak lama kok." Tutur Daisy. "Yaudah kalau gitu Daisy masuk dulu ya, bi." Sambungnya.

"Iya, Daisy." Jawab bi Ningsih.

Kemudian Daisy pun masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar itu.

"Gimana ya caranya, gue gak mau nyia-nyiain kesempatan ini." Ujar Daisy sembari memandangin penjuru kamar mandi.

Dan yap, dia menemukan sesuatu agar dia bisa keluar dari neraka ini.

Jendela.

Untung saja jendela itu tidak terlalu tinggi, jendela itu bisa di gapai dengan cara Daisy naik di atas closet.

Hei! Kebebasan ada di depan matanya sekarang.

Perlahan tapi pasti, Daisy pun naik ke atas closet.

Kemudian gadis itu menaikkan satu kakinya ke atas jendela.

Percobaan pertama gagal. Tapi gadis itu tak nyerah.

Percobaan kedua pun sama, dia tetap gagal.

Hingga kini percobaan yang ketiga, dan yap. Gadis itu berhasil naik di atas jendela.

Gadis itu menghela nafas sembari tersenyum senang.

Setelah itu Daisy pun melihat ke arah bawah, dan bersyukur karena tidak terlalu tinggi.

Kemudian dengan berhati-hati Daisy pun meloncat ke bawah.

Dan ya, dia pun berhasil mendarat. Walaupun merasakan sedikit sakit di kakinya.

"Aww, sakit." Ucapnya meringis.

"Gak papa, gue pasti bisa." Monolognya menyemangati diri sendiri.

"Ayo Daisy! Lo pasti bisa!"

"Gue harus pergi sekarang." Ujarnya sembari melangkahkan kakinya ka arah pintu gerbang.

Daisy pun berlari dengan pincang.

Dia berlari sembari melihat ke arah sekitarnya.

Dan ketika dia berlari sembari melihat ke belakang.

Dia tidak mengetahu bahwa ada sebuah mobil melaju di hadapannya, sehingga ketika dia melihat ke arah depan, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain berteriak.

"Aaaaaaaaaaa." Teriaknya.

Sedangkan seseorang di dalam mobil itu mengerem mendadak mobilnya.












Jangan lupa tinggalin jejak, pren!!

See u🍌

Obsesi Jayden (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang