Jangan lupa votmennya!
***
Mata yang sedari tertutup, kini perlahan mata itu pun terbuka. Yang mempunyai mata tersebut adalah Daisy. Sudah sekitar 2 jam dia menutup matanya, karena pengaruh obat bius yang di berikan oleh Jayden.
Setelah kesadarannya sudah benar-benar kembali, gadis itu pun memandangin seluruh ruangan. Sedih, itulah yang dia rasakan sekarang, karena dia gagal keluar dari neraka yang di buat Jayden, dan berakhir kembali di kamar yang sebelumnya tempat pengurungan dia.
"Gue gagal." Katanya sendu sembari memandang nanar tangan dan kakinya yang sudah terbogol kembali.
Daisy pun menghela nafas pelan. "Gue pengen pulang, gue pengen bebas."
"Papa, mama, abang. Daisy rindu kalian." Ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Ceklek
"Daisy?" Panggil bi Ningsih di ambang pintu, sembari membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman untuk Daisy.
Bi Ningsih pun melangkahkan kakinya ke arah Daisy.
Setelah sudah sampai di hadapan gadis itu, bi Ningsih pun menaruh nampan yang di bawa tadi di atas nakas samping ranjang Daisy.
"Kamu makan ya! Kalau tidak, pasti tuan muda akan semakin marah padamu." Pinta bi Ningsih sembari memandang kasihan ke arah Daisy.
Daisy menggeleng.
"Aku gak mau makan, aku mau pulang." Katanya sembari terisak. "Aku rindu sama keluarga aku, aku rindu sama teman-teman aku. Aku rindu kebebasan." Lanjutnya.
"Daisy, jangan seperti ini! Nanti kalau tuan muda dengar, kamu bisa di marah." Peringat bi Ningsih sembari mengelus lembut rambut Daisy.
"Aku gak peduli, bi. Mau dia bunuh aku sekalipun aku gak peduli! Justru aku lebih bersyukur di bunuh sama dia, di bandingkan aku harus terkurung di sini, di buat jauh sama orang-orang yang aku sayangin." Tutur Daisy.
"Jangan bicara seperti itu, Daisy! tuan muda tidak mungkin membunuhmu. Tuan muda juga pasti punya alasan melakukan semua ini padamu, Daisy."
"Apa alasannya, bi? Karena sayang sama aku? Cinta sama aku? Sumpah! Itu beneran alasan yang gak masuk akal! Dia malah buat aku jadi gila, atau mungkin buat aku mati secara perlahan." Teriak Daisy sembari menjauhkan kepalanya dari tangan bi Ningsih, sehingga elusan di rambut gadis itupun berhenti.
"Percuma juga aku cerita sama bibi, bibi gak bisa ngertiin aku, bibi juga pasti buka di pihak aku, bibi ada di pihak laki-laki iblis itu." Sambungnya dengan lirih.
"Bukan begitu, Daisy. Saya ngertiin kamu. Tapi percayalah pada saya, Daisy. Perlahan kamu pasti bisa mengerti apa maksud tuan muda Jayden melakukan ini semua padamu, dan perlahan juga kamu pasti akan bisa menerima tuan muda di hidup kamu." Balas bi Ningsih.
"Sampai kapan pun aku gak bakal sudi nerima dia di hidup aku." Kata Daisy dengan datar.
"Mendingan bibi sekarang keluar! Aku pengen sendiri." Pintanya sembari menunjuk ke arah pintu.
"Baik, saya akan keluar. Tapi kamu jangan lupa makan ya! Saya tidak mau kenapa-kenapa. Saya juga tidak mau tuan muda semakin marah padamu, Daisy." Ucap bi Ningsih memperingati.
Daisy diam. Tidak membalas perkataan wanita paruh baya itu. Dan memilih membuang pandangannya ke arah lain.
Mendengar keterdiaman Daisy, bi Ningsih pun merasa bersalah. Dan lebih memilih beranjak pergi dari kamar ini, memberi ruang untuk Daisy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Jayden (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja"kau hanya milikku Daisy." Ini tentang Jayden yang sangat mencintai Daisy, dan ingin sekali Daisy menjadi kekasihnya, Jayden yang selalu mengejar-ngejar Daisy, dan Jayden yang selalu marah apabila Daisy berdekatan dengan laki-laki lain. Jika Jayden...