Haiiii, i'm back🦋🦋
Jangan lupa tinggalin jejak ya!
Vote dan coment sebanyak-banyaknya supaya aku lebih semangat nulisnya!
Yang belum vote di part sebelum-sebelumnya, mohon di vote dulu yuk!
Sesungguhnya votemen dari kalian itu berarti buat akuuuuuu💗💗
***
"Gimana ya caranya supaya gue bisa keluar dari tempat ini." Monolog Daisy.
"Ayoo Daisy, berpikir! Cari cara supaya lo bisa keluar dari sini." Sambungnya sembari melihat ke seluruh penjuru ruangan yang dia tempati.
Ceklek
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Daisy yang tadinya sedang melihat ke seluruh penjuru ruangan pun kini menjadi melihat ke arah pintu tersebut.
Daisy bernapas lega karena yang membuka pintu tadi adalah bi Ningsih, karena dia pikir yang membuka pintu tersebut adalah Jayden, cowo yang mengurung Daisy di neraka yang di buatnya.
"Permisi nona, maaf kalau sekiranya saya mengganggu waktu nona." Ujar bi Ningsih sembari tersenyum.
Melihat senyum wanita paruh baya itu, membuat Daisy teringat dengan sang mama, dia sangat merindukan mamanya itu.
Pasti saat ini keluarganya sedang mencarinya, dan mamanya pasti sedang bersedih saat ini, membayangkan itu membuat Daisy tanpa sadar menitikkan air matanya.
"Nona, nona kenapa? Kok nangis?" Tanya bi Ningsih panik, karena melihat Daisy mengeluarkan air matanya.
"Daisy gak papa bi, Daisy cuma kangen aja sama keluarga Daisy." Jawab Daisy seraya menghapus air matanya. "Keluarga Daisy pasti lagi sedih sekarang." Sambungnya sendu.
Mendengar jawaban dari Daisy, membuat hati pelayan tersebut pun tersentuh. Walau bagaimanapun, dia juga mempunyai keluarga, dia sangat tau apa yang sedang di rasakan oleh keluarga Daisy sekarang.
"Nona yang sabar ya, saya tau ini pasti berat banget buat nona." Tutur bi Ningsih sembari menatap Daisy dengan pandangan kasihan.
"Iya bi. Ngomong-ngomong bibi ngapain kesini?" Tanya Daisy karena teringat dengan kedatangan bi Ningsih yang tiba-tiba.
"Saya hampir lupa, jadi gini non, tadi saya di perintahkan oleh tuan muda Jayden buat mindahin nona ke ruangan yang baru." Jawab bi Ningsih.
Mendengar itu membuat Daisy sedikit bahagia, karena dia tidak akan duduk di kursi ini lagi dengan tangan dan kaki yang di borgol. Ternyata Jayden memenuhi janjinya.
Tunggu? Bi Ningsih tadi bilang bahwa dia akan di pindahin ke ruangan yang baru, kan? Berarti ini kesempatan untuknya agar bisa keluar dari rumah ini, karena pasti borgol yang ada di kaki dan tangannya ini pasti akan di buka untuk mempermudah kepindahannya ke ruangan yang baru. Membayangkan itu membuat Daisy semakin bahagia.
"Oh, oke bi." Ujar Daisy tanpa sadar tersenyum ke arah bi Ningsih.
"Nona sepertinya bahagia sekali ya karena ingin di pindahin ke ruangan yang baru."
"Gue bukan senang karena mau di pindahin ke ruangan yang baru, tapi gue senang karena akhirnya gue punya kesempatan buat bebas dari rumah terkutuk ini." Batin Daisy tersenyum miring.
"Iya bi, soalnya badan Daisy pegal semua karena posisi kayak gini terus." Bohong Daisy. Ya walaupun ada benarnya juga si.
"Maafin tuan muda Jayden ya non, maaf bibi gak bisa ngelakuin apa-apa. Jujur bibi gak tega melihat non seperti ini. Di satu sisi, bibi senang banget karena akhirnya tuan muda bisa mendapatkan kebahagiaannya, dan dia gak akan kesepian lagi.' jelas bi Ningsih, tersirat nada sedih dari omongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Jayden (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"kau hanya milikku Daisy." Ini tentang Jayden yang sangat mencintai Daisy, dan ingin sekali Daisy menjadi kekasihnya, Jayden yang selalu mengejar-ngejar Daisy, dan Jayden yang selalu marah apabila Daisy berdekatan dengan laki-laki lain. Jika Jayden...