09# Keributan Depan Rumah

108 20 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kalau gitu bayangin rasa ketakutan itu saat lo lagi berusaha menyakiti diri lo sendiri."

Jantung Eva berdegup cukup keras, rasa gugup mulai menyelimutinya, cewek itu mengerjap tak paham. Tapi tangan kirinya perlahan ke belakang punggungnya untuk bersembunyi, gerakan itu jelas terekam oleh mata Dery.

"Hm?"

"Pas lo akan menyakiti diri lo sendiri, coba berusaha untuk sadar dan lo merem kayak barusan buat bayangin rasanya lo dikurung sendirian di tempat yang kayak gini. Rasain ketakutannya, sampai lo buka mata dan yang lo pikirkan akhirnya---lo nggak akan menyakiti diri lo sendiri lagi." ucap Dery tersenyum lembut pada Eva, "Gua tau itu nggak mudah, tapi nggak ada salahnya lo mencoba saran gua." katanya lalu membalikkan badannya menyandarkan dadanya ke tembok pembatas dan melipat tangannya di atas pembatas dengan manis.

Eva meneguk ludahnya sebelum akhirnya mengikuti yang Dery lakukan, keduanya diam memandangi jalan di depan gedung kosong ini yang banyak kendaraan berlalu lalang di sana.

"Kok lo tau?" tanya Eva pada akhirnya bersuara, tanpa menoleh Dery terkekeh.

"Pas gua pegang tangan lo, kerasa banget luka sayatannya baru kering. Entah tadi malam atau malam kemarin, apa gua bener?" kata Dery menoleh untuk melihat respon Eva, cewek itu juga reflek menoleh pada Dery lalu mengangguk.

"Gue nggak bisa kontrol sendiri, biasanya bakal ada Bang Gigi yang nahan gue. Tapi pas tadi malam kan kita ada si rumah masing-masing, Bang Gigi juga pasti lagi istirahat jadinya nggak tau gue lagi lepas kontrol lagi." kata Eva menjelaskan, mendengarnya Dery mengernyit.

"Bang Gigi? Ketos?" tanyanya dan Eva mengangguk untuk menjawabnya, "Lo deket banget sama dia?" tanya Dery lagi.

"Banget. Bukan sama Bang Gigi aja, ada A' Ali sama Rulla juga, kami tetangga dan Rulla sodara gue." jawab Eva membuat Dery mengangguk paham.

"Pantes ngeselinnya sama," ucap Dery menyinggung sikap Eva dan Rulla, Eva berdecak paham maksudnya lalu memukul pelan lengan Dery. "Cantik," pujinya tiba-tiba sambil menatap Eva dalam.

Eva melebarkan matanya, "Hah?"

Dery mengalihkan wajahnya kembali menatap kendaraan yang sibuk lewat di bawah sana, "Elo cantik, cantikan lo lagi daripada si Rulla." katanya membuat Eva diam tak paham maksud dan tujuan Dery memujinya untuk apa, "Cuman sayang aja, kecantikan yang lo punya buat dijadiin penutup keburukan asli lo yang nggak mencintai diri lo sendiri. Buat apa jadi cantik kalau lo rusak?" lanjutnya membuat Eva terkejut mendapat teguran itu.

"Jangan gitu," lirih Eva sambil menundukkan kepalanya, hatinya teriris begitu saja mendengar celetukan Dery yang asal namun benar.

"Makanya, jangan dirusak. Katanya yang gua baca di internet, cara ngatasin tangan lo biar nggak di sayat-sayatin lagi itu di gambarin. Gambar apa aja yang lo suka, kupu-kupu kek, bunga kek, kepala Upin Ipin kek, atau kalau lo niat juga gambar sekalian muka semua orang-orang yang lo sayang biar ngefeel kalau lo nyakitin diri lo sendiri itu nyakitin mereka juga." ucap Dery kemudian menoleh dan meraih tangan kiri Eva untuk memperjelas luka-luka goresan yang disebabkan cewek itu sendiri.

teenage loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang