15# Tahun Baru, Semangat Baru dan Rahasia Baru

38 13 8
                                    

[Teenage Love]




"Gue harus ngobrol sama Rulla secepatnya," ucap Eva membuat Dery menoleh padanya, sesuai yang di rencanakan, mereka berdua tahun baruan bersama.

Bukan Dery yang jemput ke rumah Eva dong jelas, tapi Dery menyuruh Dera. Berbeda dengan yang di Bandung, Eva dengan Dery menikmati tahun baruan ini di loteng rumah Dery sambil duduk di balkon saja. Melihat pesta kembang api di mana-mana sambil healing, katanya.

Nggak lupa ada secangkir kopi dan juga susu cokelat panas.

"Lo udah ngerasa ini waktu yang tepat?" tanya Dery membuat Eva diam. "Jangan sampe karena kesabaran lo abis tapi menjadikan waktu yang tepat ini alasan. Pikir lagi lebih bijak, pasti ada cara lain buat Rulla peka sama perasaan lo." katanya.

"Gue capek, Dery." keluh Eva membuat Dery tersenyum, "Gue mau deket juga sama Rulla, gue mau main sama Rulla, gue mau punya baju couple sama dia, gue mau banyak cerita tentang cowok-cowok ganteng di sekolah sama dia. Banyak hal yang pengen gue lakukan sama dia, tapi susah."

"Tapi jangan pake cara ngobrol bareng dia di waktu-waktu dekat sekarang, Eva. Nanti dia kaget, dia bakalan merasa jadi orang yang paling goblok sedunia. Urusannya ke mental lagi yang kena." kata Dery.

"Terus gue harus apa?" lirih Eva menundukkan kepalanya bersamaan dengan air matanya yang jatuh, "Bahkan liat deketnya lo sekarang sama Rulla bikin gue takut, Der, gue takut lo kayak Bang Gigi." lanjutnya.

"Suka sama Rulla?" tanya Dery sambil menatap wajah Eva dari samping yang sedang menunduk dan menangis itu, anggukan kepala Eva membuat Dery tersenyum lebih lebar. "Gua bahkan nggak pernah dianggap teman sama dia, Eva. Suka sama dia itu berlebihan." katanya membuat Eva semakin terisak.

"Tapi tingkah lo mencirikan lo suka sama dia," ucap Eva membuat Dery tertawa renyah.

"Terus kenapa kalau semisal gua suka sama dia?" tanya Dery membuat Eva diam lagi, "Kalau alasannya lo suka sama gua, bagus, berarti gua ada peluang."

Eva melebarkan matanya lalu menoleh pada Dery yang tersenyum manis padanya, "Peluang apa?"

"Peluang untuk memperjuangkan lo." jawab Dery tanpa ragu, "Menjadikan lo orang yang selalu merasakan bahagia, mengajarkan lo untuk bersyukur dan nggak iri-irian sama orang lain, lalu mengklaim lo sebagai cewek gua." lanjutnya.

"Dery,"

"Gua nggak suka Rulla, Va, gua sukanya lo."

Hening setelah itu, ucapan Dery membuat Eva benar-benar diam kaku bingung harus merespon apa. Kemudian Dery meraih tangan Eva untuk di genggamnya, serta ibu jarinya yang mengusap lembut tangan yang lebih kecil darinya itu.

"Lo cuma kasian sama gue, Der." lirih Eva lalu membuang muka, wajahnya memanas dan perlahan dirinya malu karena mendengar fakta dirinya disukai.

"Kalau kasian, gua nggak bakal seberubah ini, Eva. Inget pertama kali kita ketemu? Di rumah ini, tapi di bawah dan malam itu gua anterin lo balik. Lo tau sendiri gua secuek apa saat itu, tapi pas udah ketemu lo, gua rela jadi badut asal lo nggak akan lagi merasa sedih." ucap Dery meyakinkan Eva untuk percaya padanya.

"Dery, jangan begitu." lirih Eva lagi membuat Dery tersenyum.

"Eva," panggil Dery membuat Eva menoleh padanya dengan tatapan yang penuh binar. "Jadi pacarku mau?" katanya membuat mata Eva melebar.

Sebuah kalimat yang tidak Eva sangka akan keluar dari mulut Dery, kalimat yang justru Eva tunggu-tunggu dari Ali atau Gigi. Belum lagi serangan dari senyum manis Dery ditambah cahaya yang tidak begitu terang karena di malam hari membuatnya lebih tampan berkali-kali lipat, benar di mata Eva bertambah bercampur dengan ledakan-ledakan kembang api yang menggambarkan detak jantungnya yang ikut meledak sekarang.

teenage loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang