16# Sebuah Ancaman

47 12 7
                                    

[Teenage Love]




Dery: Aku udah di alfa nih



Eva tersenyum lebar lalu beranjak dari meja belajarnya dengan cepat, gadis itu menyambar tas lalu memakainya sambil berjalan ke pintu kamar dan membalas pesan.



Eva: Aku keluar sekarang

Dery: Oke, Cantik♡



Tepat di depan pintu, Eva tidak langsung membukanya dan malah menutup mulut dengan satu tangannya. Mata gadis itu berbinar membaca berkali-kali pesan terakhir yang Dery kirim, kata cantik yang pacarnya ketik itu terus diteriaki lewat batinnya.

Pipi Eva memanas, rasanya bahagia sudah dipuji cantik oleh pacar pagi-pagi. Gadis itu lalu mengantongi hape lalu membuka pintu, seketika jantungnya melompat dan hampir saja tubuhnya terjatuh ke belakang kalau seseorang yang ada di hadapannya tidak segera menarik bahu Eva untuk tetap berdiri.

"Pagi, Eva." Sapa Ali dengan senyum manisnya membuat Eva akhirnya menghembuskan nafas setelah beberapa detik ia tahan karena pengalihan dari rasa ingin teriaknya saat terkejut tadi, "kaget, ya, lihat orang ganteng udah di depan pintu?" katanya membuat Eva menghela nafas tak habis pikir.

"A' Ali ngagetin aja, aku pikir setan." Ucap Eva lalu mengibaskan tangannya menyuruh Ali untuk mundur, gadis itu lalu maju keluar kamar sambil menutup pintunya.

"Masa gue di samain sama setan? Udah jelas dong gantengan siapa," kata Ali dengan percaya dirinya seperti biasa.

Eva hanya menipiskan bibirnya tak menyela, tidak salah juga perkataan laki-laki itu. Dari segi mana sih Ali nggak ganteng? Kopian fisik Ayah Geri memang tidak main-main sempurnanya.

"A' Ali ngapain ke sini?" tanya Eva mengalihkan topik agar Ali berhenti sombong akan wajahnya itu.

"Jemput lo lah, apa lagi?"

Langkah Eva berhenti saat akan menginjakkan kaki di anak tangga, membuat Ali yang ternyata melangkah lebih dulu menuruni tangga lantas ikut terhenti untuk melihat reaksi wajah Eva yang pasti akan senang dengan niatnya.

Namun Ali mengernyit begitu melihat Eva yang terdiam melamun tiba-tiba, laki-laki itu panik seketika. 'Apa ini gejala-gejalanya Eva kumat?' ya, kira-kira begitu isi otaknya.

Ali menaiki anak tangga hingga tepat di satu tangga sebelum tangga yang Eva pijak, tentu dirinya panik bukan main dan segera menangkup pipi Eva sampai si gadis tersadar secara tiba-tiba.

"Lo nggak papa? Ada yang ganggu pikiran lo? Atau ada yang bikin lo nggak nyaman? Apa coba apa, bilang sama gue!" kata Ali dengan nada panik dari semua kalimatnya. Pernyataannya itu membuat Eva menarik tangan Ali dengan cepat lalu melangkah mundur dengan tatapan cemasnya, Ali semakin dibuat panik melihat respon itu.

Baru akan mendekat lagi, tiba-tiba Ali terpaku oleh ucapan Eva.

"A' Ali... A' Ali yang buat aku nggak nyaman..."

Ali membeku dengarnya, hatinya mencelos mendengar pernyataan itu. Apalagi ketika Eva menundukkan kepalanya seolah tak enak setelah memberitahu isi hatinya, Ali sadar sekarang, dengan sikap Eva yang seperti ini tentu menjelaskan seberapa bodohnya Ali tidak tahu apa-apa tentangnya.

"A' Ali... udah tahu, ya?" ucap Eva lagi membuat Ali mencoba menguasai diri. "A' Ali sama kayak Bang Gigi, perhatian berlebihan kalian yang tiba-tiba ini bikin aku nggak nyaman. Dulu setiap aku udah nyakitin diri aku sendiri, biasanya Bang Gigi kayak gini, nyamperin aku terus bersikap berlebihan. Kita semua tumbuh bareng-bareng, nggak mungkin kalau sikap Bang Gigi sama A' Ali semuanya beda."

teenage loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang