2 ✓ Awal Jumpa

281 90 108
                                    

"Langsung ke kantor unit nih, kita?"

Pembekalan telah usai dilaksanakan. Putri terbengong melalui jalanan yang ditapakinya. Bibirnya bergeming tak jelas. Tatapannya kosong melompong, seakan ada sesuatu serius yang menggelayuti pikiran. Bahkan pertanyaan dari lawan bicaranya pun tak ia hiraukan.

"Mikirin apa?" Tanyanya sekali lagi, namun tak kunjung ada respon dari Putri.

Gadis itu berjengit kaget saat lelaki di depannya berhenti dan berbalik secara mendadak. Membuat dirinya hampir saja menabrak dada bidang orang itu.

"Lo melamun?" tanyanya.

Ucapan lelaki yang sedari tadi berjalan di sampingnya sontak membuyarkan lamunan Putri, praktis ia menggeleng, seraya berkata, "enggak, gue cuma ngerasa belum siap PKL aja sih, deg-degan banget tau gue. Lo juga gak?"

"Apa?"

"Ngerasain hal yang sama kayak yang gue rasain."

Lelaki berseragam putih abu-abu itu mendadak memutar bola matanya malas. Dalam diam dirinya menelisik lebih jauh sang lawan bicara, apakah dia begitu polosnya menanyakan hal yang ambigu seperti itu? Ia sendiri sampai kehilangan kata-kata untuk membalasnya.

"Apaan banget pertanyaan lo," jawabnya dengan nada datar, lantas berbalik melanjutkan perjalanannya.

Putri mendadak linglung, emang apa yang dia tanyakan barusan hingga mendapat jawaban menyebalkan seperti itu. "Eh, emang gue nanya gimana tadi?"

"Gak gimana-gimana."

"Fan! Fandi! Ih, jangan ngeselin kenapa sih?" teriak Putri, masih mengekor pada Fandi yang berjalan mendahului ke arah parkiran.

Langkah Fandi terhenti saat ia sampai di sebelah kendaraannya. Ia terdiam sementara, mengamati gadis di sampingnya dengan lamat-lamat, agaknya heran dengan sikap Putri yang sedikit—banyak cerewet. Lantas dalam kepalanya bertanya-tanya, apakah dia mampu bertahan satu tempat PKL dengan gadis aneh semacam ini?

"Apa?!"

"KOK NGEGAS!"

"Lo juga ngegas btw."

"Santai dong, gue cuma mau nanya, abis ini banget ke kantor unit?"

Dari awal juga gue nanya gitu. Tapi belum lu jawab. Dasar aneh! batin lelaki itu. "Terserah lo maunya kapan," singkatnya.

Fandi hanya tak ingin salah menilai kesan pertamanya dengan Putri. Meskipun sudah lama di sekolah yang sama, paling mentok hanya tau nama saja. Fandi tidak tau bagaimana sifat Putri di kesehariannya, Putri pun sama tidak tahunya. Mereka tidak pernah satu kelas dari kelas 10. Itu artinya baru kali ini mereka leluasa ngobrol berdua.

Hari ini menjadi awal baru Fandi bersama seorang gadis aneh yang baru dikenalnya, dan sayangnya ... dia harus terjebak bersama Putri—si gadis aneh—selama kurang lebih satu bulan lamanya.

"Seriusan?"

"Ya abis ini lah, kalau lo mau PKL-nya tahun depan ya udah terima gak naik kelas aja, biar bisa PKL tahun depan," sarkas lelaki bernama lengkap Arfandi Narayyan Mangkubumi itu.

"Ih, lu mah, gue serius tau!"

"Gue juga serius."

Tanpa menghiraukan Fandi lagi, Putri bergegas menyalakan mesin Si Putih, mengendarai motornya dengan perasaan dongkol. "Lo duluan, gue dibelakang lo," ujar Fandi.

"Lo aja sana duluan!"

"Oke," tukasnya singkat.

Putri yang tengah dilanda kekesalan mendadak mendapatkan kekesalan baru. Dimana dia baru tau, kalau Fandi ternyata secepat itu mengendarai motornya. Hilang sudah predikat pembalap melekat pada dirinya. Pembalap apa, mulainya sama-sama aja bisa ditinggal. 'Pembalap siput!' kalau kata mamak.

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang