28 ✓ Terima Kasih, Untuk Hari Ini

31 1 0
                                    

Malam itu, di teras rumahnya, Putri bergeming. Sembari mendengarkan lagu lewat earphone, dia terdiam memandangi bunga anggreknya yang akan mekar dalam waktu dekat. Mungkin dalam dua atau tiga hari lagi, gadis itu bisa menikmati keindahan bunga itu.

Lagu On The Road yang dinyanyikan oleh Baekhyun, menemaninya kala itu. Niat hati tidak ingin galau-galau klub malah tak sengaja terputar lagu yang cukup menguras hati tersebut. Padahal dia sudah berniat untuk tidak merana hari ini, meskipun pikiran dan perasaannya berkata sebaliknya.

Sejak pengakuannya pada Fandi sore tadi perasaannya menjadi tidak karuan. Di satu sisi ia merasa lega, di sisi lain ia merasa bersalah. Putri pikir meski tanpa perjanjian itupun ia tak seharusnya menyukai pembimbing PKL-nya sendiri. Tidak tau diri sekali. Jadi dia bilang begitu pada Fandi, semoga saja ini jadi jalan terbaik untuk mereka semua.

"Mbak, kenapa toh melamun terus dari pulang tadi." Seseorang menyeletuk, menyembul dari balik pintu.

"Eh, Gan. Mbak gak apa-apa, kok."

"Egan gak percaya. Biasanya kalau bilang gak apa-apa berarti ada apa-apa," bantah sang adik dengan cepat.

Putri mendengus akan bantahan yang dikatakan adiknya. "Terserah kamu, kalo gak percaya, ya sudah. Ada apa kamu nyamperin mbak? Ada maunya toh?"

Yang dituduh tak bisa berkutik. Regan menyengir kuda, menampilkan deretan giginya yang sebagian terkikis karena kebanyakan makan permen. "Hehe, tau aja, anterin Egan ke minimarket yuk, beli makanan kucing."

"Aduh, udah malem Gan, mbak mager!" seru Putri sambil menampakkan raut 4L + 1M, Lemah, Letih, Lesu, Loyo, Mletre.

"Mbak, ayolah. Kasihan kucingku nanti pada mati kalau gak makan."

"Puasa semalem gak bikin mereka mati, Gan."

Mendengar kalimat itu Regan bergeming, matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar, hampir menangis.

"Poknya anterin, kalau enggak nanti Egan bilang mamak!" seru Regan mengandalkan backingan ibunya.

Putri mendengus, adiknya ini memang kebiasaan merengek kalau tentang peliharaannya. Entah itu cupang, sekarang kucing, besok apa lagi? Kepompong, hamster, bebek atau ayam warna-warninya. Memang sih, Egan gak bisa dibantah, sesuai motonya SSR, Suka Suka Regan. Tapi mbok yo sing eling sitik, cita-citanya mau jadi peternak apa bagaimana?

"Bilang aja sana, mamak juga gak akan marahin mbak."

"Maaakkkkk....." Egan meraung kencang sambil menangis.

Kalau begini ceritanya, Putri tak punya pilihan lain daripada masalahnya semakin runyam. Bukannya takut diomelin sang ibu, melainkan Egan ini loh, kalau udah nangis, seakan dia yang paling teraniaya, yang ada Putri semula korban bisa-bisa dicap sebagai pelaku.

"Iya, iya, ayo. Mbak ambil jaket sama masker dulu."

Regan langsung menghentikan tangisannya, dan dengan polosnya dia bilang, "ayo cepet, keburu malem."

Putri menghela nafasnya, "Istighfar, sabar, lalu lempar batu bata."

***


Sesampainya di minimarket, sesuai dugaan Putri, adiknya itu langsung nyelonong ke rak jajanan yang dia inginkan. Seperti kata pepatah, ada udang dibalik bakwan- eh, dibalik batu maksudnya. Makanan kucing hanyalah alibi dari keinginan perutnya sendiri.

"Wes wes, jangan banyak-banyak toh Gan, nanti gak cukup buat beli makanan kucingnya."

"Halah, gampang, nanti kalau kurang, ditambahin sama mbak."

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang