26 ✓ Dicegat Begal

22 1 0
                                    


"Ayangnya ditungguin dek, jangan ditinggal-tinggal mulu."

Celetukan mas Agus terdengar begitu Putri hendak mengambil tasnya di dalam loker. Pria itu sedang sibuk mencuci piring dari arah dapur, kebetulan dapur dan loker hanya berjarak satu sekat saja. Eksistensi mas Agus memang jarang, tapi sekalinya ada, dapat dipastikan dia tak akan melewatkan waktu untuk menggoda Putri.

"Iya mas Agus, ini juga lagi ditungguin," jawab Putri apa adanya.

"Tumben gak ada pengelakkan kayak biasanya. Udah jadian ya?"

"Bener tuh, kalo udah begini memang udah ada apa-apa berarti," sahut pak Andreas tau-tau datang tanpa diundang, langsung menyahut dengan tampang sok tahunya itu.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, menghela napas pasrah "Kalaupun saya bilang, Fandi itu bukan ayangnya saya, mas Agus sama pak Andreas gak bakal percaya kan? Setiap harinya juga gitu. Jadi, ya udah, terserah kepercayaan masing-masing aja. Saya capek, ngejelasin hal yang sama berulang kali."

Boleh tidak sih, kalau Putri bilang sudah muak dengan semuanya. Bukan ia ingin cepat-cepat PKL ini selesai, tapi siapa coba yang tahan dengan segala macam godaan yang ada. Terutama mas Fatih sih, dia harus mati-matian menjaga profesional diatas kasus romansa yang hinggap dalam dadanya.

"Hayo, mas Agus, ngambek anaknya!"

"Eh, jangan ngambek gitu, dek. Nanti dibeliin ciki sama pak Andre," timpal mas Agus menenangkan amarah Putri dengan candaan tidak lucunya itu.

"Kok, jadi pak Andre?!" Yang disebut namanya menimpali dengan tidak suka.

"Saya gak suka ciki."

Lucu, ketika melihat pak Andreas dan mas Agus kelimpungan saat melihat anak yang dijailinya ngambek. Sebenarnya Putri juga tak berniat buat ngambek beneran, dia hanya pura-pura kok. Meski dongkol, Putri juga paham untuk tidak membesar-besarkan masalah sepele. Semenjak PKL, gadis itu belajar tentang banyak hal, seperti memahami situasi, interaksi antar pegawai, juga memaklumi karakter setiap orangnya. Jadi ketika mereka melontarkan candaan dengan Putri, gadis itu juga bisa bercanda dengan mereka. Meskipun caranya tidak sama.

"Yupi sekotak?" tawar Pak Andre.

"Deal," jawab Putri, diiringi gelak tawa recehnya, dia meraih uluran tangan Pak Andreas.

"Receh banget marahnya selesai cuma karena yupi sekotak." Pak Andreas ikut tertawa.

Dari kejauhan mas Fatih datang untuk mengambil minuman. Lelaki itu mengayunkan langkah ke arah Putri dengan cengiran khas-nya. "Kok, belum pulang, Put? Kayaknya kamu udah pamit dari tadi."

"Iya mas, ini lagi nungguin Fandi dulu."

"Kalian pulang bareng?" Pertanyaan mas Fatih hanya diangguki Putri sebagai jawaban.

Mas Fatih hanya ber-oh-ria, bertepatan dengan itu ponsel mas Fatih berdering, seseorang meneleponnya.

"Halo, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wa barakaatuh."

"Tumben nelfon, ada apa?"

"Hehe, kabar lo gimana, Tih?"

"Alhamdulillah gue sehat, lo sendiri?"

"Aman sehat sentosa. Btw, gue gak mau banyak basa-basi sih."

"Tau nih tau, mau ngajak ketemuan kan?"

"Yoih, sore ini free gak?"

"Sore ini? Bisa bisa, paling setengah jam lagi gue balik ngantor."

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang