Jam menunjukkan pukul delapan malam, seusai menjalankan tugas negara -mengganti air cupang kepunyaan adiknya tercinta, seperti biasa, saat-saat seperti ini Putri hanya menikmati waktu bersantai.
Kalau suasana hatinya sedang bagus, gadis itu akan melakukan banyak hal. Mulai dari membaca novel, mendengarkan lagu favoritnya, atau kalau energinya sedang penuh, dia akan konser dadakan di kamarnya sendiri. Dengan para hewan kecil macam semut, cicak, dan hewan lain di luar menjadi penontonnya.
Kelakuannya makin kesini semakin tidak jelas saja. Persis seperti bapaknya. Jika mamak mewarisi gen kepandaian, maka bapak hampir semua sifat Putri di dominasi bapak. Ke-random-an Putri, itu keturunan dari bapak. Parasnya juga dominan bapak. Namanya juga anaknya bapak, bukan anak tetangga.
Kali ini bukan bacaan yang menjadi temannya, bukan pula musik yang biasa menyumpal telinga. Apalagi konser dengan para serangga. Malam ini, di beranda kamar yang remang-remang, Putri akan menjalankan misi rahasia. Misi menyalin nomor yang ia temukan dibalik meja;
Nomor ponsel mas Fatih.
Kalau boleh jujur, Putri sendiri dilanda kegalauan. Disaat-saat seperti ini ingatannya benar-benar tidak membantu banyak. Sudah tau pelupa, masih saja memaksakan diri untuk mengingat.
Mencoba peruntungan pertama, gadis itu menyimpan nomor yang dia temukan dengan sebuah inisial yakni 'MF'. Sebuah singkatan dari 'Mas Fatih' atau Putri memelesetkannya sebagai 'My Future'. Hahaha. Gadis itu hanya bercanda kok.
Tak menunggu lama, nomor otomatis tersimpan pada daftar kontak dan langsung muncul pada aplikasi chatting.
Hingga saat gadis itu sibuk menelusuri, menggulir beberapa nama di kontaknya hingga ia menemukan inisial MF. Tapi-
"Loh, kok, foto profilnya pengantin?"
Saking terkejutnya dia tidak menyadari bahwa monolognya tadi mengundang banyak perhatian dari orang rumah.
***
Gadis yang tengah ia ajak bicara itu mengernyit, rautnya tidak lagi menunjukkan rasa penasaran, atau keheranan. Melainkan berubah menjadi raut prihatin.
"Lo yakin, itu nomornya Mas Fatih?" tanya Lia pada Putri.
Yang ditanya menggeleng lemah. Dirinya lesu setengah mati, setelah apa yang dia usahakan bak detektif dadakan itu gagal dengan telak. Semuanya sia-sia. "Gue ternyata salah nomor."
"Heh! Kok bisa?"
Lia berteriak tepat di samping telinga Putri. Bagaimana tidak terkejut anaknya. Praktis, ciki yang tengah ia santap bersama melayang ke arah sang sahabat.
"Ya bisa lah, lo pikir mengandalkan daya ingat doang akurat?"
Sekarang gantian, gadis berjilbab peach itu menggeleng polos. "Enggak sih."
"Berarti itu bukan nomor mas-mas pembimbing PKL lo, ya? Terus itu nomor siapa?" Tanyanya lagi.
"WO, Wedding Organizer," jawab Putri singkat, padat, tak jelas.
Kejadian kemarin benar-benar menguras emosi seorang Emeralda Saputri. Perasaannya dijungkir balik hanya dalam hitungan detik. Putri mengira, itu nomor mas Fatih, tentu disaat bersamaan dia terkejut bukan main saat tau status mas Fatih suami orang, sebab nomor yang dia simpan barusan foto profilnya sepasang pengantin.
Sontak ia telusuri lebih dalam, dan ternyata ... ia salah, saudara-saudara. Kontak yang ia ingat dengan sedemikan rupa itu kepunyaan WO alias Wedding Organizer.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BANK
Teen FictionEmeralda Saputri harus merasakan pahit manisnya PKL di masa pandemi Covid-19. Berbagai peristiwa tak terduga, mengharuskan dirinya menjalani masa PKL dengan seorang lelaki dari kelas tetangga. Di sebuah unit bank di daerah mereka, semua kisah ini be...