20 ✓ Just Us Two

43 11 15
                                    

Dua minggu lebih berselang, nampaknya Putri semakin nyaman saja berada di unit bank ini. Selain karyawannya yang ramah —meski tak jarang ada yang menyebalkan— Bank juga tidak akan lengkap kalau tidak ada nasabah.

Beberapa hari belakangan ada banyak sekali nasabah yang berkunjung ke bank. Untuk sekedar menabung, mengambil tabungan, membayar angsuran, lalu mengurusi utang piutang, dan lain sebagainya. Semuanya masih begitu rumit di kepala Putri.

Namun berbicara tentang nasabah, ada sesuatu yang begitu menarik perhatiannya. Lama di sini membuat Putri sadar, ternyata dia terlalu lama menjadi katak dalam tempurung. Tidak banyak melihat dunia luar, atau sekedar mengetahui tentang banyaknya variasi perilaku di setiap kepala, yang kadang di luar nalar.

Mbak Suli, contohnya. Fans garis keras mas Fatih itu bukan sekali dua kali datang ke bank hanya untuk sekedar menyapa idolanya. Memang rahasia umum kalau mas Fatih itu banyak fans-nya, rata-rata ibu-ibu pula. Bukan tanpa alasan, kenyataan itu juga selaras dengan perkataan Mbak Alda tempo lalu, "Ibu-ibu mana sih yang gak ngiler jadiin mas Fatih menantunya? Masih muda, udah mapan, kerjanya cekatan, udah gitu perhatian lagi. Sopan banget sama orang yang lebih tua. Bahkan sama mbak Alda dan mbak Dewi, dia tuh udah kayak adik sendiri. Idaman banget!"

Namun selain Suli, ada juga nasabah yang lebih di luar nalar. Mari Putri ulas satu persatu.

Menurut pengamatan Putri sejauh ini, normalnya nasabah datang langsung mengambil antrean, atau bertanya pada pak Jo- selaku satpam yang berjaga. Kemudian menunggu panggilan oleh bagian customer service atau teller. Itu yang normal, ada juga yang upnormal seperti; datang-datang menyelonong langsung duduk di kursi pelayanan, padahal daftar saja belum. Ada yang celingak-celinguk mencurigakan, ada yang cengengesan tidak jelas, ada yang tampang sangar hati Hello Kitty disamping istrinya.

Ada yang berpenampilan sangat rapi, mengenakan jas, atau ibu-ibu berpenampilan nyentrik, dengan dandanan super menor, ingin berhutang. Ada juga yang tampilannya biasa saja, bisa dibilang kurang meyakinkan tapi tabungannya jutaan. Ada yang datang sendirian, ditemani pacar, atau bersama keluarga besar. Putri rasa sangat banyak variasi perilaku manusia yang sedikit banyak belum bisa Putri pahami.

Di antara banyaknya perilaku ada juga satu dua nasabah galak yang semena-mena menyalahkan pegawai. Seperti sekarang ini, Putri mati-matian menahan air matanya terus-menerus disalahkan oleh salah satu nasabah paruh baya.

"Bagaimana ini? Kok tidak bisa-bisa!"

"Sebentar ya pak, ini lagi loading," jelas Putri sehalus mungkin.

Jadi pria paruh baya itu meminta dibuatkan akun mobile banking. Ketika sudah dibuatkan oleh mas Fatih, ia meminta bantuan Putri untuk membantu bapak itu login ke akunnya. Akan tetapi ada sedikit kendala yang tak terduga.

Hari ini Putri hanya berdua dengan mas Fatih. Baru Putri ketahui kalau mbak Dewi tidak berangkat karena sakit, dan Mbak Alda juga ada jadwal check-up rutin yang harus ia jalani. Bagian teller kini dipegang oleh orang yang sama yang kemarin menggantikan mbak Dewi. Sedangkan bagian customer service hanya ada mas Fatih dan putri seorang.

Fandi tidak terlihat batang hidungnya hari ini. Putri rasa ia sedang menunggui ibunya. Entah bagaimana kabarnya Bu Ratri. Semoga beliau baik-baik saja.

"Sudah sudah. Kalau gak bisa bilang, gak usah dipaksa!" Bapak-bapak tadi langsung menyahut sewot. "Kasih mas-nya aja, gak mau saya sama yang gak bisa!"

Putri hanya mengangguk ragu, kemudian memasrahkannya pada mas Fatih. "Mas, maaf. Dari tadi sudah saya coba tapi loading terus."

Mas Fatih yang tengah sibuk dengan nasabah lain, mengalihkan atensinya untuk membantu Putri. "Oh ya? Username dan sandinya udah benar belum?"

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang