11 ✓ Gagal Stalking

98 47 13
                                    

Minggu pagi kali ini Putri melakukan hal yang berbeda. Bukan hanya merebahkan diri diatas kasur yang posesif. Atau bersembunyi ria dibalik selimut bergambar Hulk favoritnya. Kali ini, Putri justru bersemangat untuk joging bersama Lia.

Entah semangat dari mana, tapi kalo Putri sudah berkata ingin maka tak ada alasan lain.

"Lo mau rasa apa?" tanya Putri.

"Vanila aja."

"Oke, rasa vanila satu, cokelat satu ya, pak."

Lelah berkeliling taman sebagaimana spot mereka joging kali ini, mereka memutuskan membeli es krim. Sekedar menghilangkan lelah dan dahaga yang mereka tahan sedari tadi.

"Eh eh, lanjutin dong cerita yang tadi," pinta Lia pada sahabatnya.

Seorang gadis yang bersama Putri, secara penampilan tidak jauh berbeda. Namun secara sikap bagai langit dan bumi. Lia yang berperangai sangat anggun, berbanding terbalik dengan Putri yang bersikap apa adanya. Tidak feminim tidak juga tomboi. Ya ... antara pecicilan dan petakilan gitu lah.

"Gak ah, malu!"

Mau bagaimanapun Putri tetaplah Putri, meskipun di depan teman dekatnya, orang tuanya, gadis itu terkesan malu-maluin. Lain halnya sama orang baru, malu-malu meong dia mah.

"Gak kayak biasanya, malu-malu begitu. Padahal lagi seru ceritanya. Bikin penasaran aja," ujar Lia sedikit kesal. Rasa penasarannya sudah pada stadium akhir, bisa jadi Lia yang terkenal kalem akan sangat menyeramkan setelah ini.

"Abis lo dapetin nomornya terus gimana?" tanya Lia melanjutkan. Putri sangat tahu, sahabatnya ini tidak akan berhenti bertanya sebelum rasa penasarannya terjawab tuntas.

Putri menyeruput es krim yang hampir mencair, lantas tersenyum kecut menanggapi ucapan Lia, "boro-boro dapet nomornya ...."

"Lah, gimana?"

Sebenarnya Putri sangat muak untuk menceritakan ini kepada orang lain. Orang mana coba yang berkenan menceritakan pengalaman yang paling memalukan sekaligus membagongkan dalam hidupnya. Nambah malu-maluin diri sendiri aja.

Namun karena ini Lia yang meminta, mana bisa Putri menolak untuk bercerita.


***



Saat terjadi kegaduhan, pikiran Putri seperti tidak berada ditempatnya. Sempat-sempatnya dia terbengong cukup lama bahkan setelah kegaduhan selesai beberapa menit yang lalu. Kegaduhan yang dibuat oleh seorang penggemar.

Siapa lagi kalau bukan penggemar mas Fatih. Datang-datang memanggil nama mas Fatih dengan bar-bar, membuat semua orang yang sedang sibuk mengurusi urusan masing-masing mengalihkan perhatian mereka. Termasuk dua anak yang sedang bertugas disana. Penasaran, dua anak itu sengaja melongok keluar, menghampiri pak Jo yang belum juga usai memberitahu wanita tadi.

Wanita pertengahan tiga puluhan itu datang dengan penampilan cukup nyentrik dan dandanan super duper aduhai bak biduan dangdut hendak menemui pangerannya. Namun sayang, sang pangeran tak kunjung datang juga. Kasihan. Padahal sudah diberitahu secara baik-baik, hari ini mas Fatih sedang bertugas di unit lain, namun wanita ini ... jangankan nurut, tidak ngeyel pun sudah Alhamdulillah.

Ada kalanya Putri ingin bertanya banyak hal, mengungkapkan rasa penasarannya tentang wanita barusan. Namun rasa penasaran itu alangkah baiknya cukup dipendam saja, sebab kata mamak tidak semua rasa dapat diterima bila diungkapkan.

"Lo mau sampai kapan melamun di depan pintu? Orangnya udah pergi." Lelaki berperawakan jangkung itu menyeletuk sembari menatap sinis ke arah Putri.

Tanpa membalas perkataan Fandi, Putri mengekor kembali ke tempat bertugas.

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang