"Anak gadis mamak ... enak banget ya jam segini lagi goleran."
Secara tiba-tiba, wanita paruh baya memasuki daerah kekuasaan Putri, kamarnya. Gadis itu jelas terkesiap, meskipun sapaan ibunya terdengar begitu lembut, namun tetap saja itu mengagetkan.
Aroma lavender menguar begitu kuat. Perlu diketahui, kamar Putri tidak seperti kamar anak perempuan pada umumnya, meskipun beberapa ornamen terkesan 'cewek banget', tapi sebenarnya dia tidak terlalu menyukainya. Hampir semua warna ada dalam kamarnya, mejikuhibiniu kalo dibilang mah. Namun favoritnya, tetap selimut biru dengan gambar Avengers disana. Soalnya karakter Hulk terpampang nyata.
Ia telah selesai membersihkan diri, tinggal menunggu alarm kelaparan berbunyi. Sembari menunggu Putri sejenak bermain ponsel, tak banyak yang berubah, notif pun paling hanya dari grup kelas. Tak berhenti dari aplikasi chat, Putri beralih ke Instagram men-scroll sesuatu yang menarik disana.
Hingga mamak datang, entah apa tujuannya kemari. Tidak biasanya. "Hehe, ada apa, Mak? Tumben ke sini."
"Makan dulu, sejak pulang mamak belum lihat kamu makan. Kasihan lah cacing di perutmu kelaparan," ujarnya.
Gadis itu menatap manik mata sang ibu, lantas tersenyum, "nanti Mak, Putri juga belum lapar kok."
"Bener?" Putri mengangguk yakin.
"Sudah sholat belum?" Sang ibunda bertanya lagi dengan tatapan menyelidik. Sorot matanya seakan berkata, awas aja kalau sampai belum.
"Sudah dong, komayang."
"Ya sudah. Oh iya, kalo kamu lagi gak ngapa-ngapain, nanti itu gantiin air akuarium ikan cupang-nya Egan. Udah kotor banget."
Putri mengalihkan posisinya menjadi terduduk, "emangnya Egan gak ganti, Mak?
Mamak menghela nafas panjang, "mana mau dia. Tau sendiri adik kamu itu kayak gimana. Dikasih makan tiap hari aja udah bersyukur itu cupang. Lagi-lagi mamak yang harus kasih makan."
Agaknya Putri kecewa, jadi percuma dong dibeliin cupang waktu itu kalau tidak dirawat dengan baik. Tapi sesaat mendengar ringikan sendu adiknya itu Putri jelas tidak tega. Waktu Putri pulang hanya membawa dua ekor cupang, sepasang —merah dan biru— Regan teramat senang. Bahkan Putri sempat salah fokus melihat binar netra adiknya itu.
Semenjak kematian Kimberly dan Kajol, mungkin Regan merasa kesepian. Saat ada mereka, ada banyak hal yang ia jadikan bahan obrolan. Meskipun dengan atau tanpa mereka pun, Regan tetap saja bicara sendiri. Mereka tidak bisa balas menanggapi. Melihat itu menjadi mood tersendiri bagi Putri.
Dari situ Putri jadi tau, ternyata tidak hanya sifat menyebalkan saja yang Regan miliki. Tapi kelucuan, kepolosan, dan kasih sayang kepada binatang membuat Putri sadar, Egan itu hanyalah adik kecil yang masih membutuhkan banyak perhatian. Sifat menyebalkannya itu semata-mata karena dia ingin diperhatikan.
"Malah bengong mbaknya, kamu ganti sana sekarang, mumpung adikmu udah tidur. Nanti kebangun tau ikan cupang-nya kamu kobok, marah anaknya." Mamak melangkahkan kakinya keluar dari kamar anak perempuannya.
Dengan piyama merah jambu, Putri berjalan gontai untuk mengganti air akuarium. Padahal ekspektasinya sudah di depan mata, ia akan bersantai sejenak, scroll sosmed, lalu makan malam, kemudian bergegas untuk menjelajahi alam mimpi. Eitss, tapi kenyataannya tidak semudah itu, sobat.
"Iya, Mak, iya."
Untungnya akuariumnya itu ukuran mini, ya sesuai lah, dengan ukuran ikannya. Kalau akuariumnya besar sedangkan ikannya secuil kan wagu.
Namun saat asyik mengganti air akuarium, Putri tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Ucapan Tusy tadi sore benar-benar membuatnya tidak nyaman.
Tusy menghela nafas panjang sebelum mulai berbicara. "Soal ... emm, entah ya cuma gue yang merasa atau lo juga nantinya. Mas Fatih itu di awal sama diakhir beda sikapnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BANK
Teen FictionEmeralda Saputri harus merasakan pahit manisnya PKL di masa pandemi Covid-19. Berbagai peristiwa tak terduga, mengharuskan dirinya menjalani masa PKL dengan seorang lelaki dari kelas tetangga. Di sebuah unit bank di daerah mereka, semua kisah ini be...