27 ✓ You Hit Me in My Chest, I'm Hurt in My Heart

19 1 0
                                    

"Maaf, kalau apa yang akan gue omongin bakal mengejutkan lo."

"Ngomong aja."

Di bawah kaki langit yang hampir berubah warna menjadi jingga, gadis itu menghela nafas panjangnya.

"Huhhh, bentar dong, gue deg-degan tau. Masa tadi suasananya menyenangkan banget berubah jadi menegangkan gini. Tau gitu diomongin lain kali aja," gerutu Putri pada dirinya sendiri.

"Gak apa-apa, kalau yang akan lo omongin bakal hancurin mood gue, gue akan berusaha mengembalikannya dengan cara apapun," ujar Fandi menenangkan gadis itu.

Putri menarik napasnya dalam-dalam, lalu perlahan menghembuskannya ke udara. "Oke."

"Gue ... gak bermaksud menyembunyikan ini dari lo, toh apa untungnya. Tapi ... gue selalu gak punya kesempatan yang tepat buat ngomong, dan gue harap lo mengerti," kata Putri.

Pria di hadapannya tak mengalihkan sedikit pun pandangannya dari lawan bicara. Bermenit-menit lalu, dia sudah menyiapkan diri untuk mendengarkan semua pengakuan Putri padanya. Fandi, lelaki itu bahkan sudah bisa menebak apa yang akan Putri bicarakan. Ini pasti tentang—

"Tentang mas Fatih." Dengan seksama Fandi mendengarkan tanpa berusaha mengusiknya. "Seperti yang lo bilang, gue suka sama mas Fatih, itu fakta."

Kan, sudah bisa ditebak. Hanya mas Fatih yang bisa membuat seorang Putri rela pulang terlambat demi membahas tentang sebuah perasaan seperti halnya membahas kasus persengketaan. Sepenting itu kah? Kenapa harus pada Fandi, Putri mengungkapkan semuanya, bukan pada mas Fatih langsung?

Tapi mendengar ungkapan itu, hatinya mencelos. Entah, seperti seketika ada yang menancapkan belati dengan sengaja. Mengalir darah tak kasat mata yang hanya bisa dirasakan olehnya.

"Tujuannya lo bilang ini ke gue apa?" ucapnya datar.

Putri menghela nafas gusar, mengungkapkan sebuah perasaan tak sesederhana kelihatannya. Ini belum sama orangnya langsung lho, Putri sudah gelagapan tak jelas. Apalagi confess langsung ke mas Fatih, bisa-bisa ia pingsan di tempat.

"Ya mohon maap pak, gue gak bermaksud buat kucing-kucingan gini sama lo. Seperti perjanjian kita di awal, kita harus bersikap profesional waktu PKL, tanpa ada drama jatuh hati sedikitpun. Tapi lo tau sendiri, mustahil rasanya gak jatuh sama pesonanya mas Fatih," ujar gadis itu.

Dengan pasrah ia berkata sejujurnya. Pikirnya sudah tidak ada yang perlu ditutupi lagi, sebab Fandi sudah tau bahkan jauh sebelum ia mengungkapkan semuanya.

"Bentar, perjanjian yang mana?"

"Gimana sih, lo yang buat, lo sendiri juga yang lupa!" seru gadis itu.

Putri bergegas menggulir room chat-nya dengan Fandi, kebetulan tidak banyak percakapan di sana. Jadi dengan mudah gadis itu menemukan apa yang ia cari.

"Nih!" Ujarnya sembari menyodorkan beberapa gelembung pesan, percakapan mereka berdua sebelum mulai masa PKL.

"Oh, gue kira ini udah gak berlaku sejak awal," celetukan Fandi begitu mengejutkan Putri. Gadis itu sampai cengo dibuatnya.

"Hah?"

Lelaki itu menyeringai, menatap Putri remeh, "tanpa lo kasih tau pun, gue juga tau kali, lo suka sama mas Fatih udah dari lama. Bahkan dari awal pertama masuk aja tatapan lo ke dia udah beda."

"Huft! Apa sih yang bisa gue tutupin dari lo?!" Gadis itu kesal hingga menghentakkan sepatunya di atas paving gardu pandang sore itu. "Gini aja deh, gue mohon maaf banget sama lo. Pertama, maaf, karena udah bohongin lo. Kedua, maaf, karena gue melanggar perjanjian itu. Terakhir, maaf, karena gue gak tau, kalau perasaan gue bakal ngerepotin lo."

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang