Aiden duduk gemas sembari menggigit bibir. Sial, ternyata sangat mudah menyogok Watson. Aiden lupa cowok itu menggemari Sherlock. Tahu 'gitu Aiden sogok dengan mainan Sherlock supaya Watson ikut pesta halloween di rumahnya.
Yang tengah dibicarakan, sibuk memandangi lekat-lekat buku novel pemberian Lora. Sejak tadi Watson tak melepas pandangan dari benda tersebut. Ya ampun, dia mendadak fetisisme.
"Nama lengkapku Tolora Mydrede," Lora memperkenalkan partnernya. "Temanku ini Karala Karoztya. Sebenarnya kami mempunyai satu sahabat lagi." Gestur tubuh Lora berubah. Suaranya sendu, air mukanya sedih.
Hellen dan Jeremy saling tatap. "Memangnya apa yang terjadi pada teman kalian?"
"Namanya Romeo Grandham. Ketika kami piknik ke Gunung Pinelea dan berkemah di sana, besoknya dia sudah menghilang. Kami tidak tahu ke mana Romeo pergi."
Deg! Adrenalin Hellen terpicu. Napasnya memburu tak beraturan. Keringat dingin mengalir. Rasanya ruangan klub pengap.
"Stern." Watson menepuk bahu Hellen membuat gadis itu tersentak. "Kamu baik-baik saja?"
"A-ah, iya. Aku baik-baik saja," sahut Hellen gelagapan, menyeka wajah.
Jeremy diam, bersemedi di pikirannya.
Aiden menghela napas. "Apa kalian sudah menghubungi jagawana? Kalau dia menghilang di gunung, kemungkinan dia tersesat karena salah mengambil rute."
Lora menggeleng. "Kami tidak bisa melapor. Mereka takkan mau menolong orang miskin. Keluarga kami bertiga golongan fakir. Buku novel itu, kami butuh perjuangan dua hari untuk membelinya. Bekerja ke sana-sini, membantu banyak warga, dan sebagainya."
Aduh, aku jadi tak enak. Watson mengusap bagian belakang leher.
"Bisa kalian jelaskan kronologinya?"
Lora dan Kara saling tatap. "Kami bertiga kabur dari rumah. Seharusnya hanya aku yang pergi karena tidak tahan masalah di keluargaku, namun Kara dan Romeo menemaniku. Mereka bilang rasanya tidak lengkap jika tidak ada aku. Awalnya kami menjalani hari yang seru mendaki gunung, tetapi malamnya, situasi berubah drastis. Romeo sudah tidak ada setelah kami bangun."
Aiden dan Jeremy bersitatap bingung. Menghilang begitu saja?
"Apa kalian sudah cek ke sekitar?"
Lora mengangguk. "Kami sempat berpikir Romeo jatuh ke sungai, namun malam itu volume airnya amat rendah semata kaki."
"Bagaimana dengan barang-barangnya?"
"Itulah yang membuat kami bingung. Tas Romeo menghilang. Barang-barang milik Romeo di ranselku dan Kara lenyap. Kami panik, spontan pulang ke rumahnya. Klimaksnya, orangtua Romeo tidak kenal siapa Romeo."
Oke, masalah ini terdengar serius. Bagaimana mungkin keluarga korban melupakan dirinya? Teknik "hipnotis" secara alami menyusup ke kepala Aiden dan Jeremy.
"Bagaimana kalau sekolah? Teman-teman kalian?" Watson menggali info.
"Sayangnya kami tidak mempunyai banyak teman di sekolah. Kara bahkan dilupakan oleh anggota kelasnya sendiri. Guru tidak mempedulikan kami. Tapi aku sempat memastikan keanehan menghilangnya Romeo, dan benar saja, buku-buku Romeo di lokernya raib entah ke mana."
Senyap sejenak.
Humuh-humuh, menarik nih. Aku tak yakin bisa selesai beberapa hari. Watson manggut-manggut, mengusap-usap lembut sampul novel sakti.
"Tolong bantu kami! Tolong temukan teman kami Romeo! Hanya kalian satu-satunya yang bisa membantunya..."
Tanpa persetujuan Watson, Hellen lebih dulu mengangguk semangat. "Jangan khawatir! Kami akan mencari Romeo dan memulangkannya pada kalian. Dia pasti kesusahan saat ini karena kedua sahabatnya tidak bersamanya. Ketua kami adalah detektif yang bisa diandalkan. Kalian tak usah cemas."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hellen Stern - Penguntit Monokrom
Mystère / ThrillerPertama kali penguntit monokrom muncul di kehidupan Hellen saat pemakaman teman masa kecilnya, Rokko Romeron. Orang misterius itu selalu memakai jaket hujan berwarna kuning, menghantui Hellen bertahun-tahun. Hellen tidak bisa digentayangi seperti i...