Watson prihatin pada Jeremy. Tanda kemerahan bekas tamparan Hellen terlihat menyala di pipinya. Itulah akibat hobi menjahili. Kena tampar kan jadinya. Semoga Jeremy tobat dan berhenti usil di situasi jelek.
"Kalian klub detektif Madoka, benar? Waktunya tepat sekali. Aku butuh bantuan kalian berempat. Ah, pertama-tama aku akan memperkenalkan diri. Namaku Jerase Embersa. Tolong bantu aku mencari temanku."
"Teman?" Aiden dan Hellen bersitatap.
Watson hendak menolak permintaan Jeras, namun Jeremy menarik-nariknya, menunjuk Watson Dua alias si Laviene. "Sini, sini! Ada yang mau kutanyakan."
"Kenapa sih?"
"Kamu kenal Clemmie? Kenapa tidak bilang padaku?!" Jeremy memandang hina.
"Oh, gadis itu. Dia penggantiku." Watson menjawab pendek. Hubungan mereka tak lebih dari saling kenal.
"Pengganti apanya?"
"Aku menolak masuk ke Alteia dan menyerahkan peluang tersebut secara cuma-cuma pada Nona Laviene. Dia gadis yang berambisi dan pintar, namun latar belakangnya mempengaruhi poinnya." Watson mengecilkan suara, nanti yang diomongin menotis lagi.
"Jahatnya... Apa Akademi Alteia sesulit dan seketat itu dalam pemilihan murid?"
"Aku lebih terkejut kamu menyukai Nona Laviene. Apa karena dia cantik?"
"Dia memang cantik, namun tidak ada yang semanis Hellen. Apalagi saat dia memakai celemek pas memasak, manisnya nambah."
Watson melongo. Aiden berhenti berbicara. Hellen menatap tak mengerti. Sebenarnya Jeremy tidak bermaksud keceplosan, dia hanya lurus berkomentar. Duo sejoli yang bersangkutan canggung seketika.
"Kamu ketuanya, bukan?" Nasib baik ada Jeras yang mau mencairkan kecanggungan, memegang bahu Watson, berbinar-binar sarat akan harapan. "Tolong bantu aku. Temanku menghilang entah ke mana. Tidak ada yang mau membantuku."
"Maaf, Tuan, namun kami juga sedang menangani sebuah kasus. Kami belum bisa mengambil kasus lain, nanti tertumpuk." Watson menjawab datar. Bisa gawat otaknya dimasukkan masalah baru.
Di luar dugaan, Jeras berlutut di depan Watson, memegangi kedua telapak tangannya. Sungguh perbuatan yang membuat Watson tak nyaman.
"Kumohon, dia adalah sahabatku. Di saat aku terpuruk dia selalu ada untukku. Dia yang terbaik dibanding para sampah itu." Jeras menatap marah kru drama pentas.
"Apa yang terjadi pada teman Anda, Tuan?"
"Dunia melupakannya. Proyek drama musikal 'Romeo & Juliet' ini dicuri oleh mereka! Aku tidak bisa memaafkan tindakan para lalat itu!"
Menarik sih tapi tidak. Watson melepaskan pegangan Jeras, bersiteguh pada pendirian. "Maaf, Tuan Jeras, aku tidak bisa mengambil kasusmu..."
"Kalau tidak salah kamu menyukai Sherlock Holmes, kan?" Watson mengernyit demi melihat Jeras terburu-buru mengeluarkan ponselnya. "Sekretaris Je? Aku butuh bantuanmu. Bisakah kamu ke Inggris dan membelikan 12 jilid novel Holmes? Segera kirimkan begitu novelnya ada di tanganmu."
Telinga Watson tegak. 12 jilid buku Sherlock Holmes terbitan langsung dari Inggris?
"Terima kasih, Sekretaris Je." Jeras menutup panggilan, sekali lagi memohon. "Tolong... Kumohon tolong bantu temanku... Aku akan membayarmu dengan novel kesukaanmu."
Sedikit informasi, sebenarnya Watson tidak gembel-gembel amat. Salahkan dirinya yang tidak bisa berhemat dan memboros ratusan dolar. Beaufort yang jengkel dengan kejam membekukan ATM-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hellen Stern - Penguntit Monokrom
Mystery / ThrillerPertama kali penguntit monokrom muncul di kehidupan Hellen saat pemakaman teman masa kecilnya, Rokko Romeron. Orang misterius itu selalu memakai jaket hujan berwarna kuning, menghantui Hellen bertahun-tahun. Hellen tidak bisa digentayangi seperti i...