Ini peringatan.
Hellen tahu penyerangan ini adalah peringatan untuknya agar tidak berurusan dengan Romeo Grandham. Atau tidak dia akan melukai Jeremy.
Oleh karena itu, Klub Detektif Madoka tidak boleh terlibat. Hellen sendiri lah yang akan menangkap pembunuh Rokko dan melemparnya ke penjara.
Jeremy bisa dikelabui dengan mudah. Aiden lebih-lebih, tinggal disuap asupan.
Masalah terbesarnya adalah Watson. Dia yang paling berbahaya. Hellen tak yakin bisa mengakali cowok itu. Watson tidak punya celah lalai sedikit pun, selalu memperhatikan sekeliling. Hellen perlu situasi dimana hanya ada dia dan Watson.
Mendapatkan momentum yang pas, Hellen berhasil mencuri obat tidur di dalam tas Watson, berpura-pura masih pingsan sementara tangannya menyiapkan jarum.
Kelemahan Watson adalah memikatnya dengan kasus. Hellen tidak sembarang menceritakan kematian Rokko, dia mengatakan yang sebenarnya. Selagi perhatian Watson teralihkan, itulah saatnya membuatnya tidur.
"Ouch." Watson merasakan pedih menjalar di punggung tangan, menatap Hellen tak percaya. "Seriously?"
"Aku minta maaf, Watson, namun aku harus menyelesaikannya sendiri. Aku tidak mau kalian terluka, terutama Jeremy. Aku berhutang banyak padanya."
"Kamu tidak bisa menanganinya seorang diri, Stern. Lawanmu pembunuh, dan kutebak dia seorang maniak."
"Aku tidak mau kamu ikut campur, Wat!" Hellen mengeram. "Kamu menginginkan musim gugur yang damai, kan? Akan kuberikan itu padamu. Lagian kamu bukan tipe yang pedulian. Jadi berhenti mempertahankan pencitraan karaktermu."
"Stern." Watson jelas tersinggung. "Kamu tidak salah karena kamu menilai baik kepribadianku. Tetapi, kamu temanku. Aku tidak bisa berpangku tangan terhadap kasus yang seserius ini. Aku akan menolongmu."
"Aku tak butuh bantuanmu, Watson. Ini masalahku. Harus aku yang mengakhirinya."
"Aku tidak mau menyombong, namun aku berpengalaman sekarat berkali-kali. Kamu hanya perlu mengkhawatirkan Bari dan Aiden. Aku sudah terlanjur mengambil kasus Romeo Grandham. Kamu tidak bisa menghentikannya. Bekerja sama lah."
"Kenapa kamu tidak mengerti juga, Watson?! Aku tidak mau kalian terkena imbasnya."
"Aku tidak tahu apa masalahnya... Yang jelas sekarang aku mengantuk... Anggap ini hutang telah membuatmu pingsan..."
Dan Watson pun terlengar.
Hellen menendang bangku depan, menggigit bibir. Dia tidak bisa melarikan diri. Watson mencegahnya mengurus kasus Rokko sendirian.
-
"Ada apa dengan Dan? Dia belum mulai beranalisis lho, kenapa sudah tidur? Aku curiga narkolepsi-nya memburuk."
Hellen membuka mulut, mendesah, mengangkat bahu dan menggelengkan kepala. Tidak bijak menceritakan perselisihan tadi. Biarkan jadi rahasia mereka berdua.
"Apa yang kalian dapatkan?"
"Mereka tidak ingat. Benar-benar tidak mengingat punya putra. Romeo Grandham terhapus dari memori keluarganya secara ajaib. Ah, aku tidak percaya sihir."
Aiden menoleh. "Aku percaya sihir."
"Tidak ada yang namanya sihir, Aiden. Yang ada cuma teknologi, ilmuwan, dan eksperimen biologi. Dunia terlalu canggih untuk mempercayai takhayul."
"Kamu lama-kelamaan mirip Dan deh. Menyangkal hal-hal berbau mistis. Siapa tahu dunia paralel itu betulan ada."
Jeremy mengernyit. "Kamu terpengaruh karena menonton Spider-Man yang tayang minggu lalu? Astaga, Aiden! Polos ada batasnya. Itu hanya film. Settingan dan efek dari kamera. Mereka berakting."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hellen Stern - Penguntit Monokrom
Misteri / ThrillerPertama kali penguntit monokrom muncul di kehidupan Hellen saat pemakaman teman masa kecilnya, Rokko Romeron. Orang misterius itu selalu memakai jaket hujan berwarna kuning, menghantui Hellen bertahun-tahun. Hellen tidak bisa digentayangi seperti i...