1

744 194 26
                                    

Tidak ingin melakukan apa pun.
Tidak ingin ikut campur peristiwa apa pun.
Tidak ingin terlibat kasus mana pun.
Tidak ingin mencari masalah.

Watson menghentikan langkahnya, mendongak menatap dedaunan pohon yang gugur ke bawah ditiup angin sepoi-sepoi. Dia menghela napas pendek. "Kenapa hari berlalu begitu cepat? Rasanya baru kemarin aku dihipnotis Mupsi, dimasukkannya ke koper, dilempar ke laut, lalu ditolong Klub Detektif Uinate, dan terpaksa ikut serta mengurus masalah kakak Aiden."

Sedang asyik-asyiknya menikmati guguran daun, bermonolog, Watson teringat undangan Aiden beberapa hari lalu. Raut wajahnya seketika berubah.

Pesta halloween.

Sebenarnya Watson bisa saja menerima undangan Aiden waktu itu. Toh, cuman pesta jack-o’-lantern biasa. Tetapi yah ... entah kenapa, firasat Watson tidak baik. Dia merasa kalau kehadirannya akan memicu sebuah kasus di sana atau kasus itulah yang akan mendatangi Watson.

Ck, kasus sudah seperti sebuah puzzle yang menuntut para orang yang memainkannya agar cepat menyusun kepingan-kepingan. Watson tidak suka fakta itu. Makanya dia berinisiatif musim gugur tahun ini tidak mau apa-apa. Watson sudah bilang berkali-kali sampai dia dicap cerewet.

Watson ingin istirahat dari dunia detektif!

"Aku jadi tak enak dengan Aiden. Dia pasti marah padaku. Tapi demi musim gugur damai, biarlah aku sedikit egois. Aku tidak mau bertemu kasus baru."

Sayang sekali, bukan Watson yang memutuskannya. Baru tiba di sekolah, di ruang klub, Hellen sudah menyambut kedatangannya dengan wajah panik.

"Ini gawat, Watson! Aiden tidak menjawab telepon dan tidak membalas pesanku!" serunya mondar-mandir seperti setrikaan. Jeremy sampai pusing dan menjitak kepalanya. Hellen melotot. "Hei, kamu kan tidak perlu sampai memukulku!"

"Bedakan jitak dengan pukul." Jeremy balik melotot. Enak saja dia dipelototin. "Lagian ya, kamu tidak bisa tenang? Kamu membuatku pusing."

"Kalau begitu jangan lihat dong."

"Bagaimana cara aku tidak lihat kamu mondar-mandir persis di hadapanku." Jeremy tidak mau kalah, terkekeh puas melihat Hellen gregetan.

Srup, srup!

Dua oknum itu menoleh ke suara seruput barusan, mendapati Watson asyik menonton pertengkaran mereka sambil minum susu kotak. "Ayo gelut. Aku tak suka lihat kalian rukun," katanya mengadu domba.

"Kamu tahu, Watson, sesekali kami ingin melemparmu dari atap sekolah. Terjun dan patah tulang begitu tiba di tanah. Tapi nanti Aiden mengamuk pangerannya diapa-apain."

"Diapa-apain kepalamu botak. Aku bahkan tak mengerti pangeran apa maksudmu—" Tiba-tiba Jeremy membogem pipi Watson sampai cowok itu tersungkur ke lantai, menatap kaget seraya menyentuh pipinya.

Sementara itu Hellen mengirim pesan suara. "Aiden? Jeremy berkelahi dengan Watson karena berselisih pendapat dan Watson dipukul. Kamu yakin tidak datang sekolah?"

Dua detik kemudian, Aiden yang tadinya tidak merespon panggilan Hellen, langsung menghubungi. Wajah Hellen terlihat pasrah.

[JEREMY! KALAU SAMPAI DAN TERLUKA, KAMU MATI KUGORENG! AKU AKAN KE SANA SEKARANG JUGA! BERHARAPLAH KAMU BISA BERTAHAN HIDUP SETELAHNYA, JEREMY!]

Tuut, tuut! Sambungan telepon terputus.

Lima belas menit kemudian. Brak! Aiden masuk menggebrak pintu ruangan. Dia masih sempat-sempatnya menghiasi rambut. Kombinasi pigtails dengan kuncir setengah dan mengenakan dua mainan rambut berbentuk daun maple.

[END] Hellen Stern - Penguntit MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang