"Sudahlah ... Kumohon hentikan kegilaanmu ini, Tante Zenle. Kamu tidak dapat merubah takdir. Apa kamu pikir melakukan ini semua bisa memperbaiki rumah tanggamu yang palsu itu?"
"TIDAK!" Tiba-tiba saja Mazenle muncul di belakang Hellen, mencekiknya dan mendorongnya ke dinding. "Kamu anak sialan yang merampas semuanya! Kenapa kamu harus lahir?! INI SEMUA SALAH IBUMU! CYNTHIA BRENGSEK YANG MENCURI KEKASIHKU!"
Hellen meraba-raba apa saja yang bisa dijadikan senjata. Ketika mendapatkan semacam kayu, Mazenle menjambak rambutnya, menyeretnya ke suatu tempat seperti studio penyiaran.
"Sekarang kamu juga akan merasakan apa yang kurasakan. Sebuah neraka dimana orang kesayanganmu lagi-lagi tewas di depanmu," ocehnya tertawa keras. Mazenle sudah kehilangan kewarasannya. "Dimulai dari temanmu!"
Tirai merah di panggung tersibak. Lampu menyorot tribune. Hellen terbelalak. Di sana, Aiden tergantung oleh rantai. Yang menyambut di bawahnya adalah lubang jebol entah sedalam apa.
"HENTIKAN! Kumohon Tante, Aiden tidak ada hubungannya! Jangan tambah lagi dosamu ... Sudah cukup!"
Plak! Itu tamparan yang keras. Hellen sampai pusing dibuatnya, namun dia jaga kesadarannya. Hellen mengusap-usap telapak tangan. "Kumohon, jangan bunuh temanku. Tolong jangan lakukan ini."
Mazenle terkekeh. "Bagus. Mengemis lah seperti itu. Kamu sangat menghibur."
"Kamu tak usah mengkhawatirkanku, Hellen!" seru Aiden di depan sana. Bergelantungan. "Aku akan baik-baik saja. Kalahkan tante kesepian itu!" Si Aiden bodoh. Dia malah memprovokasi musuh.
"Hoo? Bisa-bisanya kamu menggertak. Kamu pikir aku tak bisa melakukannya? Aku bahkan membunuh anakku dengan tanganku sendiri. Menyingkirkan kalian hanyalah hal sepele."
Hellen tertegun, menatap Mazenle tegang. "Barusan ... Anda bilang apa?"
"Apa kamu penasaran siapa membunuh Rokko? Oke, akan kuberitahu. Tetapi mari kita lakukan dulu eksekusinya!"
Mazenle pun menarik tuas yang menjadi kontrol rantai di tubuh Aiden. Rantai itu terlepas. Kehilangan pegangan, Aiden jatuh terjun ke dalam lubang.
"AIDEN!!!!" Hellen menjerit.
Mazenle tertawa keras yang lama-kelamaan tawanya terdengar seperti orang sakit jiwa.
Dasar lubang itu jauh sekali, tampaknya mencapai rubanah. Tak perlu hitungan dari ahli matematika, Aiden bisa patah tulang serius begitu tiba di permukaan tanah. Peluang hidup hanya lima persen, tergantung keberuntungan.
"Aku akan mati! Aku akan mati! Aku akan mati!" Aiden menutup mata. Kalaupun dia tewas hari ini, setidaknya Aiden meninggal secara hormat karena berhasil mengetahui identitas pelaku.
Tersisa beberapa senti lagi dari tanah, seseorang melesat menangkap tubuh Aiden ala bridal style ala menangkap bidadari jatuh dari langit. Mengerjap pelan, gadis itu tertegun yang dilihatnya adalah Watson.
Watson mendongak. Rahangnya mengeras. "Dasar wanita gila. Dia benar-benar tidak waras. Menjatuhkan seseorang dari tempat setinggi itu? Dasar sinting."
"Kyaa! Betulan Dan yang menyelamatkanku!" pekik Aiden semangat. Astaga. Cewek itu sudah lupa dia nyaris bertemu maut barusan.
Bagaimana dia tidak terpekik coba. Kita membicarakan Watson lho, si manusia dingin minim moral. Dari mana dia datang?
Watson mendengus. "Ayo cepat turun."
Aiden menggeleng. "Cium dulu."
Tanda jengkel hinggap di kening Watson. Dikasih hati minta jantung. Tanpa belas kasih Watson melepaskan gendongannya, alhasil gadis itu pun jatuh. Bokongnya menghantam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hellen Stern - Penguntit Monokrom
Misterio / SuspensoPertama kali penguntit monokrom muncul di kehidupan Hellen saat pemakaman teman masa kecilnya, Rokko Romeron. Orang misterius itu selalu memakai jaket hujan berwarna kuning, menghantui Hellen bertahun-tahun. Hellen tidak bisa digentayangi seperti i...