Di apartemen pukul sebelas malam.
"Dan, kamu sudah tahu apa yang terjadi pada romeo-romeo itu, kan? Ayo cepat beritahu kami!" Dari tadi Aiden mendesak sembari mondar-mandir bak cacing kepanasan. Jeremy jadi gemas hendak melempar bantal.
Watson menghela napas. "Mereka berbohong. Semuanya. Demi uang mereka rela melakukan apa pun, termasuk mengkhianati teman/keluarga."
"Demi uang?" ulang mereka bertiga mengernyit.
Watson mengangguk. Menghitung kasus Rokko, tak pelak lagi pelaku mengincar mereka yang berasal dari keluarga miskin. Dengan mengiming-imingi kekayaan, pelaku mengendalikan penuh pikiran orang-orang yang mengenal korban, memerintahkan supaya melenyapkan segala tentang Romeo.
Itulah mengapa keluarga Romeo Grandham pindah ke perumahan elit, sebab mereka menukar putranya dengan rumah mewah. Itulah mengapa teman-teman kerja Reland Romeo Cromdor sepakat melupakannya karena ditawari finansial nan memadai.
Karala Karoztya sempat bertahan tidak tergoda akan umpan pelaku, namun hasratnya menolak bekerjasama. Jadilah dia mengiyakan tawaran pelaku dan menghilangkan Romeo Grandham dari memorinya. Semua itu demi uang.
"Ironisnya..."
"Jahat. Mereka sungguh jahat. Persahabatan dibeli oleh uang? Aku tidak percaya ada orang seperti itu. Keterlaluan." Hellen mengepalkan tangan.
"Inilah permainan kehidupan, Stern. Kita tak berdaya mengubahnya."
"Apa ini juga yang terjadi pada Rokko?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Kecuali kalau Stern menceritakan detail."
"Aku rasa aku sudah memberitahu apa yang kamu butuhkan, Watson." Hellen tersinggung.
"Terlalu cetek, Stern. Oke baiklah. Kamu sudah mengatakan sudut pandangmu, aku takkan memaksa. Tetapi jika kamu mengingat sesuatu, jangan sungkan memberitahuku."
Hellen mendesah panjang, berpikir sejenak, kemudian mengangguk. Syukurlah.
"Tunggu sebentar, apakah kasus Romeo berhubungan dengan Penguntit Monokrom? Dia muncul setelah kematian Rokko, kan? Jangan-jangan dia pelakunya." Aiden mengangkat tangan, bertanya.
"Hei, itu tuduhan yang serius. Kalaupun dia pelakunya, untuk apa dia membuntuti Hellen?"
"Mana kutahu. Boleh jadi kan dia tersangka."
Penguntit Monokrom, huh? Watson menoleh ke jendela, memandang lama bangunan-bangunan pencakar langit. Datang setelah Rokko Romeron tewas, hanya menyerang Hellen. Apa yang dia incar? Lagian Watson buta petunjuk. Sudah berapa warga sipil bernama Romeo yang menghilang diculik/dibunuh, Watson tidak tahu.
Haruskah meminta bantuan Deon? Tidak usah deh. Inspektur satu itu terlihat menyimpan dendam kesumat pada Watson. Mukanya selalu terlipat, selalu jengkel berkepanjangan ketika bersama Watson.
Tidak ada pilihan. Di saat seperti ini, hanya orang itu yang bisa membantu. Teman Watson, tak lain tak bukan Violetta Amblecrown.
Hehehe, bukan Stern doang yang punya teman masa kecil. Watson menekan tombol 'panggil', menunggu beberapa saat. Yang lain sedang membereskan kasur, bersiap-siap tidur. Hari semakin larut.
"Vi, apa kamu sibuk?"
[Aku selalu sibuk, Wat. Lima menit, hanya itu waktu istirahatku. Bahkan mereka tidak mengizinkanku mengambil sereal.]
"Bukan salahku," jawab Watson cuek. "Aku sudah merekomendasikan hobi, namun kamu yang memilih jadi informan."
[Shut up, just tell what you want.]
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hellen Stern - Penguntit Monokrom
Mistério / SuspensePertama kali penguntit monokrom muncul di kehidupan Hellen saat pemakaman teman masa kecilnya, Rokko Romeron. Orang misterius itu selalu memakai jaket hujan berwarna kuning, menghantui Hellen bertahun-tahun. Hellen tidak bisa digentayangi seperti i...