⠀⠀07. Tangisan Pertama

703 90 5
                                    

Tatapan kosong ia sematkan pada rona biru yang menghiasi langit hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan kosong ia sematkan pada rona biru yang menghiasi langit hari itu. Kaca jendela kantor begitu besar sehingga Juna dapat melihat jelas pemandangan luar. Awan yang berkilauan ditambah hilir mudik kendaraan meramaikan suasana kota penuh tawa hampa.

"Jun, lo yakin curiga sama Rea?"

"Insting gue begitu, tapi gue mesti nyari buktinya. Ngomong tanpa dasar kuat malah buat gue sama Yera bertengkar, lagi."

Dion masih mencermati segala kalimat yang diucapkan Juna.

Wajar saja untuk curiga. Lagipula Juna tidak langsung menghardik Rea dan memukulnya sampai babak belur-alasan kuat mengapa ia melakukannya juga karena Rea sangat dekat dengannya, berbeda dengan Dion. Sehingga waktu curiga tentang Dion sebagai selingkuhan Yera, ia kebablasan dan berujung baku hantam.

Masih runyam pada pembicaraan yang terpotong pula karena Juna memilih bangkit berdiri dan menatap kaca jendela, deringan ponsel tiba-tiba berbunyi.

"Siapa?" Tanya Juna, melirik Dion yang memegangi ponsel.

Lelaki itu berdiam pada pertanyaan Juna dan langsung merespon panggilan yang ditujukan padanya itu. "Halo?"

"Di, tolong cari Juna. Penting."

"Penting?"

"Iya penting."

Tatapannya yang sempat disematkan ke lantai itu berpindah pada Juna. Lelaki itu balas melihat Dion dengan serius. "Juna, Yera mau ngomong sama lo."

Dion menjauhkan ponsel pun diberikan pada suami sahabatnya itu. Juna mengambil ponsel yang diserahkan Dion kepadanya. Benda tersebut lalu didekatkan ke telinga kiri, pun memulai dialog antara dia dan istri terkasih.

"Yera?"

"Juna, kamu tahu kan waktu hamil Tamara dan Natya, aku suka minta aneh-aneh?"

"Iya?"

Ini sungguh mungkin. Perasaan Juna sedikit aneh. Sepengetahuannya, Yera memang suka meminta hal-hal ganjil selama kehamilan. Demi seorang bayi di kandungan, tentu Juna akan melakukan segala hal. Dan ia sungguh berharap permintaan Yera akan sedikit masuk akal.

"Aku mau liat kamu nyuapin nasi goreng ke Tamara sama Natya di rumah. Kalau bisa nyuapnya pake sumpit. Itu aja. Sekarang yah, sebelum anak kamu tidur siang."

Mulutnya setengah menutup.

Apakah Juna sungguh mendengar permintaan pertama Yera saat kehamilan yang sama sekali tidak aneh di telinganya?

"Iya, aku pulang sekarang."

Panggilan ia matikan dan Juna pun mengembalikkan ponsel punya Dion.

"Yera ngomong apa?"

Juna berlarian mengambil tas laptop dan memasukkan benda itu kedalamnya, tak lupa ia tutup kembali semua jendela yang sempat dibuka, pula dengan dispenser air yang tadi dinyalakan untuk menyeduh minuman.

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang