⠀⠀19. Makan Bersama

415 66 16
                                    

Ayudia merapatkan kedua kaki jenjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayudia merapatkan kedua kaki jenjangnya. Punggung menegak, berusaha menepis segala rasa malu dan keraguan yang sempat mengintip dibalik rasa berani. Kini namanya diseru oleh sang MC, tanda bahwa gadis itu harus keluar dan menampilkan diri kepada seluruh tamu undangan.

 Kini namanya diseru oleh sang MC, tanda bahwa gadis itu harus keluar dan menampilkan diri kepada seluruh tamu undangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepukan tangan meriah menyambut Ayudia. Gadis itu dibuat gemirang. Ia terus berjalan, sesekali lambaikan tangan pada khalayak yang juga ikut bahagia. Sampai di podium, Ayudia diberi rentetan pertanyaan dari MC. Acara ulang tahun itu berjalan sebagaimana mestinya, hingga tiba sesi pemotongan dan penyuapan kue ulang tahun.

Leeteuk berucap, "Ayudia, selain ibu kamu, adakah orang spesial yang pengen kamu suapin?"

"Hm...ada."

"Kalau begitu, silahkan panggil orang itu."

Dia jadi gugup. Bibirnya mengulum dan jemarinya beradu dengan dress panjang yang menutup sampai ke ujung kaki. "Boleh lebih dari satu gak?"

Leeteuk mengangguk. "Boleh banget dong, cantik."

Ayudia menghembuskan napas perlahan. Sempat maniknya melirik dan langsung menangkap tatapan dingin dari Maharani. Apakah ibu benar-benar bisa menebak siapa yang akan ia panggil? Tunggu, kenapa Maharani sekarang sudah berdiri di podium? Seharusnya ia duduk saja.

"Kenapa Ibu?"

Wanita paruh baya itu berbisik padanya dengan suara rendah, Ayudia juga turut menunduk sedikit. "Panggil bos kamu dan istrinya, pacar kamu itu, dan Rea."

"Rea siapa?" Tanya Ayudia langsung.

Maharani tersenyum. "Rea Rasi Bintang. Dia pengusaha besar yang bermitra sama Ibu. Panggil saja."

"O..oke."

"Jadi?"

Leeteuk memotong pembicaraan putri dan ibu itu. Ia menatap Ayudia dengan sedikit pelototan, seakan menyuarakan agar si gadis segera bertanya. "Siapa yang mau dipanggil?"

Ayudia lalu menghadapkan wajah menawannya pada semua tamu. Ia mendekatkan microphone ke bibir, pun berkata. "Sebagai bentuk terima kasihku yang sebesar-besarnya, aku minta dengan kerendahan hati, supaya orang-orang yang aku panggil ini bisa maju ke podium."

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang