⠀⠀15. Hanya sedang Terpuruk

513 77 12
                                    

Kepulangannya disambut ala kadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepulangannya disambut ala kadar. Yera tampak tak ada di ruang tamu, pun seluruh penjuru tempat Juna memijakkan kedua kaki yang sudah tak beralaskan sepatu hitam kantornya.

"Yera?"

Lelaki itu sudah menutup pagar, memarkirkan mobil di garasi, menutup pintu ruang tamu, membuka sepatu, melonggarkan dasi, meminum air putih, lalu kini bergerak ke kamar putri-putrinya. Jam tiga sore mereka sudah pulang. Sekarang jam delapan, artinya Juna dapat melihat wajah anak berdua.

"Selamat malam!" Sapa ceria Juna lalu menelungkupkan wajahnya pada lipatan leher Natya, pun dibalas oleh tertawa kecil anak belia itu.

Ia lalu menjauhkan tubuhnya, menggendong Natya dan dibawa keluar ke kamar kakak sulungnya. Disana ada Tamara, bersilang kaki di atas lantai, sedang berkelana dengan kayu dan pernak-pernik kecil yang menggemaskan.

"Tamara lagi ngapain?"

"Kerjain tugas," balas singkat, tak berniat mendongakkan pandangannya pada sang papa. Hal itu membuat Juna akhirnya ikut duduk bersila disamping Tamara. Natya duduk pula dekat sana, berdiam menatap kakaknya bermuka kelewat serius itu, persis seperti mama.

"Sudah makan?"

Tamara mengangguk. "Sudah. Papa dan Natya ngapain kesini?"

"Mau lihat kakak doang," celetuk Natya yang kini menatap lurus pada pernak-pernik kepunyaan sang kakak. "Boleh kupinjam gak?" Tangannya mendekat, berniat mengambil benda cantik itu.

Tamara segera menahan tangan adiknya. "Gak boleh."

Meski mendapat tatapan dingin, Natya masih memberi senyum tipis lalu menjauhkan tubuhnya dari sana. Ia berlalu keluar, diikuti oleh mata Juna sampai di ambang pintu kamar Tamara.

"Kamu lihat mama gak?" Juna sudah berbalik lagi pada sang kakak, fokus dengan maksud kedatangannya.

"Pas aku sama Natya pulang sekolah, mama gak kunci pintu ruang tamu, jadi kita masuk aja abis itu tutup kayak biasa. Terus pas dicek ternyata mama ada di kasur. Meringkuk, bilangnya perut kayak ditikam gitu. Apa jangan-jangan mau lahirin dedek bayi yah?"

Juna tampak memijat tangannya sendiri. "Gak deh sayang, kandungan mama belum juga tiga bulan. Masa udah mau lahiran?"

"Coba papa cek sendiri. Aku sih saranin mama dibawa ke rumah sakit, takutnya ada hal-hal buruk," pungkas Tamara diikuti oleh bibirnya yang melipat ke dalam.

Juna bergerak terburu-buru keluar dari kamar Tamara. Ia berlari ke biliknya dan Yera lalu menggeser selimut hitam yang menutupi seisi kasur putih itu. Yera disana, meromok dengan wajah kepedihan dan kedua tangan tak lepas dari perutnya. Ia merintih kesakitan.

"Yera?"

Dikedipkan matanya berulang kali. Air muka sang istri tampak sedang susah hati. "Yera?"

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang