⠀⠀39. Move On

507 47 30
                                    

"Aku gak bakal nyesel pernah menikah sama kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku gak bakal nyesel pernah menikah sama kamu. Tapi tolong jelasin ke aku, kenapa kamu minta cerai?"

Yera menghembuskan napasnya perlahan. Mendengar ucapan Juna yang duduk di kursi meja makan sampingnya itu hanya membawanya kembali pada kenangan buruk masa lalu.

"Kita bisa bahas lain kali. Mending kamu fokus sama jalanan didepan."

Juna mengerang singkat. "Lain kali itu kapan? Kamu jelas-jelas udah kasi gugatan cerai ke pengadilan. Mungkin waktu lain kali itu pas kita udah duduk berdua di depan hakim yah? Gitu?"

"Jangan buat aku marah, Jun."

Lelaki itu melirik singkat istrinya dalam balutan piama hitam. Ia tersenyum singkat lalu menatap makanan di hadapannya yang masih utuh disitu. "Aku gak minta kamu buat marah. Aku minta penjelasan. Itu aja, gak lebih."

"Aku selingkuh."

Bagaikan saat pertama menemuinya.

Jantung yang berdegup kencang dan pipi yang memerah. Namun kali ini, karena alasan berbeda.

"Maksud kamu Yera?" Tanyanya dengan suara bergetar.

Perlahan tubuh perempuan itu tegak berdiri. Ditolehkan kepala kearah sang suami. Manik Juna tampak dibasahi oleh air mata yang belum mau keluar.

"Aku selingkuh--"

"Aku gak peduli! Aku gak peduli kamu pernah selingkuh sama Terala! Aku gak peduli kamu pernah tidur sama dia! Paham? Aku gak mau kita pisah."

Bibir Yera merapat. "Aku selingkuh, lagi."

"Aku selingkuh dengan pria lain!"

"Maaf."

Erangannya terhenti disitu.

Segala ucap yang baru akan dikumandangkan terputus di ujung lidah. Juna yang terlalu sabar itu akhirnya luluh juga. Tak segan mendekatkan diri dan langsung menampar pipi sang istri.

"BANGSAT!"

"Selama ini gue jaga perasaan lo, Yera!"

Air muka membludak.

Kedua alis bertautan, pun perlahan kembali lurus manakala kristal bening justru jatuh begitu saja.

Yera yang termundur dua langkah akibat tamparan keras di pipi kanannya itu bersuara rendah. "Aku berusaha cinta lagi sama kamu, Juna. Maaf, aku gak bisa. Aku udah sayang orang lain."

"GILA!"

"Lo gak mikirin perasaan gue? Gak gak!" Kepalanya terus menggeleng dengan siratan otak penuh dengan semua peristiwa tak mengenakkan. "Lo mikirn perasaan Tamara dan Natya gak sih? Mereka masih anak-anak." Dia kecam dengan begitu keras, sembari menunjuk dua kamar berdekatan arah kanan.

Diam menjadi perisainya untuk saat ini. Yera berdiri mematung dengan kedua tangan memegang sisi pipi yang ditampar, sedangkan Juna setia menyampingkan tubuh dan menatap langit-langit rumah.

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang