Blue

1.2K 191 16
                                    

"Nah, Haowen duduk di sini terlebih dahulu, oke?"

"Oke!" pekik Haowen lucu membuat Jongin terkekeh.

Haowen duduk dengan santai di atas sofa ruang tamu Jongin. Keduanya kini berada di apartemen Jongin setelah puas bermain di taman. Ya, hanya berdua karena Lay tiba-tiba mengatakan Haowen ikut dengan Jongin dan pria itu langsung pergi. Bukan ulah Lay sepenuhnya juga, Haowen memang tidak ingin pulang dan berpisah dengan Jongin, itu sebabnya Lay menitipkan Haowen padanya.

Jongin pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya yang sudah bau keringat. Setelah selesai membersihkan tubuh dan memakai pakaian sehari-harinya, Jongin kembali ke ruang tamu melihat Haowen yang masih asik menonton kartun.

"Hai," ucap Jongin membuat Haowen mengalihkan atensinya kepada Jongin. Haowen tersenyum melihat Jongin yang terlihat lebih segar dari sebelumya. Ia melambaikan tangannya dan menepuk tempat di sampingnya, memberi kode keada Jongin untuk duduk di sampingnya. Jongin mendekat dan duduk di samping Haowen membiarkan bocah itu menyandarkan tubuhnya pada lengan Jongin.

"Haowen lelah?" tanya Jongin sembari mengelus rambut Haowen lembut.

Haowen menggeleng dan mendongak menatap Jongin. "Mommy wangi, Haowen suka," puji Haowen dan tersenyum manis.

"Tentu. Tidak seperti Haowen yang bau," ucap Jongin dengan jahil membuat bayi itu merengut tidak suka.

Haowen berdiri di atas sofa dan berdiri di hadapan Jongin, membiarkan dirinya berada di atas pangkuan Jongin. Haowen memeluk leher Jongin erat lalu kembali mengecup bibir Jongin dan tersenyum manis menatap Jongin. "Haowen wangi, hanya saja Mommy lebih wangi dari Haowen."

"Ya, Haowen wangi matahari." Jongin menjulurkan lidahnya menggoda Haowen. Si bayi mengerucutkan bibirnya lucu lalu berbalik memunggungi Jongin, membuat si tan terkekeh dengan tingkah gemasnya.

Keduanya terdiam. Kini Haowen telah kembali menatap layar televisi, sibuk menonton kartun kesukaannya. Haowen menyandarkan punggungnya ke tubuh bagian depan Jongin, membiarkan Jongin menyisir rambutnya yang sedikit berantakan.

"Haowen lapar? Biar uncle masakkan ses-" ucapan Jongin terputus saat tiba-tiba Haowen menatapnya tajam.

"Mommy," koreksi Haowen.

Jongin merutuk di dalam hati. Benar-benar terasa aneh jika memanggil dirinya sendiri dengan sebutan mommy. Jongin masih lajang, belum pernah mempunyai anak dan saat ini dia di paksa untuk menyebut dirinya sendiri mommy oleh anak dari seorang duda. Jongin merasa seperti menjadi kekasih dari seorang duda anak satu.

"Ah, maaf mom lupa," bohong Jongin.

Haowen mengangguk dan tersenyum tipis. "Hihi. Mom seperti Uncle Lay, pelupa," ejek Haowen membuat Jongin tersenyum tipis.

"Haowen lapar."

"Ingin makan apa?"

"Hmm..., terserah mom. Haowen makan apa saja yang mom masak." Jongin bersyukur Haowen bukan termasuk anak rewel.

"Baiklah. Duduk di sini, mom buatkan kimbab tidak apa-apa?"

Haowen menggeleng pelan. "It's okay!"

Jongin tersenyum sembari mengusap pucuk kepala Haowen lalu pergi menuju dapur. Mulai menyiapkan beberapa bahan untuk membuat kimbab. Hanya masakan praktis, Jongin tidak ingin membuat Haowen menunggu lama dan sebentar lagi waktunya makan siang. Setelah selesai membuat kimbab dan menyiapkannya di dalam piring kecil dan besar, Jongin membawanya ke meja makan.

"Haowen kemari," teriak Jongin sembari menuangkan air ke dalam gelas.

Haowen terlihat sedikit berlari menghampirinya. Perut buncit dan lemak-lemak yang bergelayut manja pada tubuhnya ikut bergetar. Jongin tertawa pelan melihat gumpalan lemak yang menghampirinya. Menangkap dan mengangkatnya lalu mendudukkan Haowen di atas kursi yang sengaja Jongin rancang lebih tinggi agar Haowen lebih mudah.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang