Blue

1K 159 24
                                    

Seoul, 20:37 KST

Suho baru saja menutup berkas terakhirnya. Melihat arloji menunjukkan pukul 08:37 PM. Ia berniat untuk lembur malam ini, namun pekerjaannya telah selesai semua. Suho melonggarkan lingkaran dasi di lehernya yang terasa mencekik, melempar dasi itu dengan sembarang. Suho terdiam beberapa saat, pikirannya berkelana ntah kemana, jam-jam malam memang jam yang tepat untuk berpikir.

Suho bangun dari meja kerjanya, berjalan menuju sofa panjang yang berada di ruangannya. Mengeluarkan dompet dan ponselnya dari saku celana sebelum merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Menghembuskan napas lega saat merasakan otot-otot pada tubuhnya merenggang.

Suho membuka ponselnya. Banyak email yang masuk dari sekretarisnya, mungkin ia akan membukanya nanti. Pria itu lalu membuka aplikasi pesan antar makanan, menggulirkan layar ponselnya mencari-cari makanan yang sekiranya akan menggugah seleranya malam ini. Setelah beberapa menit menjelajahi aplikasi tersebut, akhrinya Suho memilih ayam goreng tepung saus pedas sebagai makan malamnya, mungkin makanan pedas akan menambah semangatnya.

Suho menutup aplikasi pesan antar tersebut dan segera membuka aplikasi chat. Ia lupa belum mengabari orang rumah jika ia akan lembur atau bahkan tidak akan pulang ke rumah hari ini. Suho baru saja akan mematikan kembali layar ponselnya setelah mengirim pesan pada kedua orangtuanya sebelum mengingat adiknya. Perbedaan waktu antara Seoul dan Paris tentu membuat keduanya menjadi jarak berinteraksi. Suho menghitung jam berapa sekarang di Paris, masih siang mungkin tidak akan mengganggu adiknya jika ia menelponnya.

Suho mencoba menelpon Jongin, menunggu sampai beberapa detik sebelum panggilannya terhubung.

"Hai, Suho hyung!" sapa Jongin dari seberang sana dengan ceria membuat Suho menghela napas lega.

"Hai, Jongin!"

"Kau sedang apa? Apa aku mengganggumu?" Terdengar suara kekehan dari seberang sana. Mungkin Jongin saat ini tengah menertawakan Suho yang terdengar canggung.

"Aku tidak sedang melakukan apapun, hyung tidak mengganggu sama sekali. Aku hanya menunggu temanku datang dengan makan siang kami. Suho hyung sedang apa?"

"Aku juga sedang menunggu pesanan makananku datang," jawab Suho pelan. Pria itu melirik jam dinding yang tergantung di dindingnya. Sudah dua puluh menit berlalu namun pesanannya belum juga datang.

"Apa ibu ada di sana?"

"Tidak. Aku masih di kantor saat ini, berniat untuk lembur atau mungkin menginap di sini."

"Hyung tidak takut? Mungkin ada hantu yang akan mendatangi hyung nanti." Suho menahan tawanya mendengar nada bicara Jongin yang seolah-olah sedang menakut-nakutinya.

"Kau sudah percaya hantu sekarang?"

"Tidak. Aku masih berpegang teguh jika hantu itu tidak ada dan-" ucapan Jongin terpotong tiba-tiba oleh Suho.

"Alien itu ada(?). Hahaha adikku yang manis ini benar-benar menggemaskan." Suho tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia yakin saat ini Jongin tengah memajukan bibirnya karena ucapan dirinya. Sedari kecil Jongin tidak percaya dengan hantu, jika pria tan itu merasa takut maka bukan hantulah yang membuatnya takut, namun alien.

"Hyung diam, jangan menggodaku!" Pekikan Jongin terdengar begitu jelas hingga Suho haru menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Hati-hati Jongin. Aku dengar ada konspirasi yang mengatakan jika banyak alien yang menyamar menjadi manusia di sana." Suho semakin mengeraskan tawanya saat mendengar rengekan Jongin di seberang yang terdengar menggemaskan. Ah, ia merindukan adik kecil manisnya itu.

"Jika hyung masih ingin menggodaku lebih baik aku matikan panggilannya." Jongin saat ini merajuk dan sedang mengancam Suho.

"Ya ya, maafkan aku. Ha ha ha," tawa Suho di ujung kalimatnya yang sudah tak senyaring tadi.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang