Blue

966 152 19
                                    

Malam minggu kali ini sepertinya akan terasa sama seperti biasanya bagi Lay dan Chanyeol. Keduanya saat ini hanya mengguling-gulingkan tubuh mereka di atas karpet kamar Haowen. Si pemilik kamar ntah pergi kemana mengikuti daddynya sedari tadi, membuat Chanyeol dan Lay sedikit lega karena tidak perlu bermain dengan Haowen untuk beberapa saat. Keduanya sebenarnya memiliki apartemen masing-masing, namun keduanya lebih sering tinggal di rumah Sehun dari pada di apartemen masing-masing. Alasannya sederhana, pertama karena mereka kesepian dan kedua karena mereka tidak perlu mengeluarkan banyak uang karena Sehun akan membiayai keduanya jika berada di rumahnya.

Chanyeol menggerakkan tangan dan kakinya membuka dan menutup. Mata bulatnya menatap jam dinding dengan lamat, jam makan malam masih lumayan lama dan dirinya sudah mulai merasa lapar. Chanyeol bisa saja pergi ke dapur untuk memakan cemilan, namun tubuhnya terlalu malas untuk digerakkan.

"Aku lapar!" Lay menoleh melihat Chanyeol yang terlihat fokus menatap jam dinding dengan tangan yang mengusap perut pelan.

"Ambil cemilan di dapur kan banyak."

"Malas."

"Ya sudah, tunggu saja sampai jam makan tiba, biarkan cacing-cacing kesayanganmu itu konser di dalam sana," ucap Lay jengah melihat tingkah Chanyeol.

Chanyeol mendengus sebal. Ia membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap, menatap Lay dengan hanya berjarak beberapa cm. Lay melirik Chanyeol terkejut, memundurkan kepalanya sedikit menjauh dari Chanyeol, terasa horor jika terlalu dekat.

"Apa? Kenapa?" tanya Lay yang bingung karena Chanyeol terus menatapnya dengan lamat.

"Ayo menikah denganku!"

Lay membelalakan matanya terkejut bukan main mendengar ajakan Chanyeol yang terdengar sinting. "Kau gila?! Aku tidak mau!" pekik Lay keras. Pria yang lebih kecil itu segera mendudukkan tubuhnya, ia butuh posisi baru karena keterkejutannya.

Chanyeol mengikuti Lay, mendudukkan tubuhnya di depan Lay, keduanya saling berhadapan. "Apa kau tidak lelah sendiri, hyung? Bagaimana jika kita tidak akan memiliki pasangan sampai tua nanti?" Chanyeol tidak biasanya menyebut dirinya hyung, bahkan jika di paksa Chanyeol tetap tidak mau memanggil Lay dengan embel-embel hyung.

"Tidak akan! Sebenarnya banyak yang mengantri ingin berkencan denganku, hanya saja aku belum tertarik." Chanyeol mencebik mendengar jawaban Lay yang terdengar sedang menyombongkan diri.

"Itu karena kau masih terjebak dengan masa lalumu," celetuk Chanyeol asal. Beralibi jika dirinya tidak tertarik namun nyatanya pria itu masih terjebak dengan masa lalunya.

"Hey! Tolong mengaca," cibir Lay kali ini. Chanyeol tidak ada bedanya dengan dirinya, bahkan lebih parah dari Lay.

"Kau menjadi budak cinta si brengsek itu. Dia telah berselingkuh berapa kali, menguras hartamu berapa banyak tapi kau masih tetap mencintainya. Sadarlah Park Chanyeol, kau lebih bodoh dariku!"

"Aku tidak! Aku hanya terlalu baik, aku ini titisan malaikat!"

"Kau bodoh!"

"Kau juga bodoh!"

"Tapi kau lebih bodoh! Benar-benar bodoh!"

Chanyeol dan Lay, keduanya sama-sama tersulut emosi. Mengatai satu sama lain dengan sebutan bodoh dan budak cinta. Tidak ada kisah cinta sempurna bagi keduanya. Lay yang masih terjebak dengan masa lalunya dan Chanyeol yang terbuai dengan manisnya sang kekasih yang ternyata benar-benar brengsek.

Drrtt... Drrtt

Suara getar dari ponsel menghentikan pertengkaran keduanya. Lay dan Chanyeol meraba tubuh mereka masing-masing, mencari dari mana asalnya getaran tersebut. Setelah beberapa saat keduanya mencari, ternyata getaran tersebut berasal dari atas nakas. Keduanya mendengus. Lay berdiri berjalan ke arah nakas, ternyata ponsel miliknya yang berbunyi.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang