Part 1

3.8K 161 15
                                    


Happy Reading

"Adeeek, bangun sayang." Aya membelai rambut anaknya yang masih terlelap. Padahal jam digital di nakas sudah berbunyi kencang.

"Aaaaaaahhh....Mamaaaaaaa!" Chika menggeliat, menarik selimut menutupi wajahnya dan terlelap lagi.

"Kan udah Mama bilang ngga usah ikut ke pasar. Ngantuk kan?" Aya dengan sabar menyingkap lagi selimut dan mengangkat tubuh Chika hingga duduk tegak, walau kepalanya masih terkulai dan menunduk sambil tertidur.

Chika membuka matanya sebelah, melirik Mamanya, "Aku takut di rumah sendirian."

"Takut apa sih? Rumah kecil begini?" Aya menggelengkan kepalanya.

Tubuh Chika bergidik, "Takut Papa muncul trus ngomong...adeeek main yuk."

"Kamu ih! Ngga boleh gitu sama almarhum Papa!" Aya menepuk bahu Chika, pelan padahal. Chika ambruk lagi ke bantal sambil tertawa.

"Ya kan takut, Mah."

"Mandi sana! Nanti Pak Sukimin dateng kamu belum selesai."

"Masakan Mama udah dibawa belum?" tanya Chika, ia bangun lagi.

"Kamu masih tidur, Mama juga udah selesai masak, Dek. Udah dibawa Tante semua dari tadi," sindir Aya.

"Yah, Chika disisain ngga?" keluh Chika.

Aya beranjak dari tempat tidur Chika, "Ada. Tenang. Sesendok cukup kan?" Ia pun berlalu meninggalkan anaknya yang misuh - misuh.

"Ih, Mama! Sebel!" Bibir Chika manyun. Ia pun segera meraih handuknya dan mandi.

Hampir setiap malam Chika selalu ikut Aya ke pasar untuk berbelanja bahan - bahan masakan untuk jualannya. Selepas belanja, Aya tidak tidur. Ia langsung mengolah semuanya menjadi beberapa jenis masakan sampai menjelang matahari terbit. Semua masakan itu akan dijualnya di sebuah kios kecil di lantai bawah rumah susun yang mereka tempati.

Warung makan Aya bisa dibilang cukup memiliki banyak pelanggan para penghuni rusun. Selain murah, masakan Aya adalah masakan rumahan yang menyediakan berbagai macam menu. Di saat beberapa resto yang ada di lantai bawah belum buka, Aya sudah membuka kiosnya sebelum pukul enam pagi. Pelanggannya kebanyakan mereka yang hendak berangkat kerja untuk bekal sarapan di tempat bekerja.

°°°

"Makasih, Pak Kimin." Chika mencium punggung tangan orang tua yang selalu mengantarnya ke sekolah.

Tin tiiiin...

Chika terkejut ketika melintas di halaman sekolah diklakson sebuah mobil. Ia segera menyingkir dan dahinya berkerut. Ia perhatikan mobil itu dikendarai seorang cowok yang ia tidak kenal. Mobil mewah berlogo putih biru itu melaju menuju tempat parkir.

"Dih, jalan lebar juga, tan tin tan tin!" rutuk Chika mengumpat. Ia melanjutkan langkah ke kelasnya sambil mengikat rambutnya menjadi pony tail.

Jedug

Chika melempar tasnya ke atas meja. Ia menjatuhkan keningnya ke meja, lalu menoleh ke arah tembok dan memejamkan mata. Kedua lengannya lalu disilangkan di meja jadi bantal kepalanya. Ia tidur tidur ayam sampai bel masuk berbunyi.

"Pinjem tugas fisika!" sahut seorang cowok yang baru saja datang. Ia tak berani menyentuh tubuh Chika.

"Hmmm...." gumam Chika, tetap tertidur.

"Ooh di tas." Badrun, nama cowok yang sedang mengambil buku dari dalam tas Chika. Ia lekas menyalin semua tugas fisika hari itu, "...banyak banget tugasnya!"

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang