Happy ReadingHari keenam Badrun mengajar gitar ketiga adik kelasnya, Chika merasa ada perubahan pada diri Badrun. Sahabatnya itu tak lagi minta dibawakan bekal makanan. Setiap jam istirahat, Badrun sudah menghilang entah kemana. Chika tak mau mengekang Badrun, karena setiap orang memiliki privasinya sendiri. Yang Chika sedih, chat Badrun terkesan basa basi menanyakan kabar. Tak ada lagi tawa dan canda.
Chika memang sibuk setiap hari. Sepulang sekolah masih harus ikut ekskul atau mengajar les privat di apartemen Mirza. Sore hari, ia lanjutkan part time di cafe jika masih ada tenaga. Baru malamnya ia sempatkan beristirahat sejenak sebelum tengah malam menemani Mamanya ke pasar.
Chika yang ceria dan penuh tawa, tak lagi terlihat. Badrun berubah. Tak lagi menggoda, tak lagi usil. Sahabatnya seperti gelisah, selalu menunggu jam istirahat dan pulang.
"Kamu mau kemana?" tanya Chika lesu. Jam istirahat berbunyi, Badrun beranjak keluar.
"Ke bawah sebentar, Chik. Boleh ya?"
Chika mengangguk lemah, Badrun melangkah pergi setelah mengacak - acak rambut di kepala Chika. Makanan yang Chika bawa terasa sia - sia. Ia sengaja membawa lebih, barangkali Badrun ingin makan bareng. Ternyata tidak. Bekalnya tak ia makan semua, sisanya hanya jadi diaduk - aduk dengan sendoknya.
Di sebuah kelas, Badrun duduk di sebuah kursi barisan depan. Ia memetik gitar memainkan lagu yang ringan. Di sebelahnya ada Marsha yang juga memegang gitar, sambil menirukan setiap petikan senar Badrun. Mereka begitu ceria dan penuh tawa. Tak jauh dari mereka Kathrin dan Ashel juga berlatih gitar di kelas. Di atas meja Marsha, tergeletak sebuah kotak makan berisi dim sum. Sesekali Marsha menyuapi Badrun di sela jeda main gitar.
"Kak Badrun suka lagu lama dari kapan?" tanya Marsha.
"Kebiasaan ortu sih suka denger lagu itu. Karena hampir tiap hari denger, jadi suka."
"Tapi sama lagu KPop, pop Amerika, jejepangan suka juga?" tanya Marsha lagi sambil menyuapi Badrun.
"Tertentu aja. Tapi lebih suka oldies gitu. Kamu?"
"Marsha, ya sama. Dari temen sih. Penasaran waktu itu lagu apa sih kok keren, enak gitu buat dance. Enerjik. Terus ya gitu. Nyari lagi yang lain, eh tambah suka."
"Tapi ada lagu yang harusnya aku sama kamu suka," sahut Badrun.
"Apa, Kak?"
"Lagu pengiring waktu kita melangkah ke pelaminan. Hahaha!"
Marsha ikutan ngakak. Ia mendorong bahu Badrun refleks karena gemas dengan Kakak kelasnya itu.
"Woooo! Marshaaa! Peje peje!" teriak Ashel rusuh dari kursi belakang.
Juluran lidah Marsha jadi balasan ledekan Ashel.
"Sha, aku ganti nama kamu ya?" lontar Badrun.
"Apa, Kak? Pasti aneh - aneh."
"Marshayang..." Badrun menyingkap rambut Marsha ke belakang dan selipkan di belakang telinga. Marsha menunduk malu.
Marsha menoleh sekilas ke Ashel dan Kathrin, takut dua temannya itu dengar. "Kak Badrun ih." Ia malu dilihat Badrun, mukanya memerah kayak kepiting kukus.
"Sha, mau ikut ke kantin ngga?" tanya Kathrin.
"Aku bawa ini." Marsha menunjukkan kotak makannya.
"Aku ke bawah dulu ya?" ujar Ashel, menggamit tangan Kathrin keluar kelas.
Selepas dua sahabat Marsha pergi, Badrun makin berani. Dengan kedua tangannya ia usap pipi Marsha dan menegakkan kepala gadis cantik itu. Perlahan bibir Badrun mendekat dan mencium bibir Marsha lembut. Gadis dihadapan Badrun itu memejamkan matanya. Meresapi ciuman hangat Badrun yang gentle. Tak sampai melumat atau mencumbu mesra. Marsha lalu membuka mata dan tersenyum manis.
