Part 16

355 56 1
                                    


Happy Reading

"Kenapa teleponnya ngga diangkat? Kalau penting bagaimana?" tanya Jeff sambil menyetir. Ia dan gadis di sebelahnya sedang menuju kawasan wisata di utara Jakarta.

"Males," jawab Chika cemberut. Ia letakkan kasar ponselnya yang sedang di charge di atas dashboard. Jeff memindahkannya ke holder. Pandangan mata Chika dibuang ke arah luar. Tak menghargai Jeff sebagai lawan bicara, padahal kesalahan yang membuat dia bete bukan Jeff.

"Boleh tau itu dari siapa?" tanya Jeff, coba mencari arah mata Chika. Tapi tetap dicuekin. Jeff dengan sabar membelai rambut Chika untuk mengembalikan moodnya.

"Ngga penting, Kak." Ekor mata Chika melirik ponselnya. Ada sebuah pesan lagi di Line, saat melihat siapa pengirimnya, Chika letakkan lagi dengan kasar di dashboard. Jeff penuh kesabaran memindahkannya lagi.

"Oh, oke." Jeff kemudian terdiam dan fokus menyetir. Ia tak bertanya apapun sama sekali dan tak mau memaksa Chika jika nanti anak itu malah akan tambah cemberut. Dan Jeff tak mengutak atik ponselnya

Selang lima belas menit, Chika menoleh sesaat memandangi Jeff. Tapi tidak bicara, alisnya menaut dan cemberut berharap Jeff mengerti serta memerhatikannya. Namun Jeff tetap menatap jalanan yang keadaannya sedang lancar dan butuh konsentrasi. Chika menyilangkan lagi tangannya di dada, arah mata dibuangnya ke kiri jalan.

Dan berselang setengah jam-an, mobil tetap sunyi. Sesekali Jeff melihat pesan yang masuk dari notifikasi. Ia yang sudah paham sifat Chika, jadi tak mengajak bicara gadis itu. Lagipula ia tak mau mood Chika makin hancur dan mereka sedang ingin berwisata ke pantai, yang notabene seharusnya bersenang - senang.

"Kak Jeff marah ya?" tanya Chika kemudian. Wajahnya cepat berubah dari cemberut menjadi sendu. Ia sampai melepas sear belt demi merubah arah duduk menghadap Jeff.

Jeff menatap Chika, "Engga. Kenapa?"

"Kok diem?" Tangan Chika mulai mengelus bahu Jeff.

"Memangnya kalau tadi aku tanya lagi, kamu mau jawab?" ucap Jeff menohok Chika.

Gadis itu menunduk dan wajahnya masam lagi, "Maaf."

"Udah mau sampai." Jeff menunjuk.

Mobil Jeff berkurang kecepatannya ketika memasuki gerbang tempat wisata itu. Pengunjung sudah lumayan banyak bisa terlihat dari antrian kendaraan yang mengular dan ramainya pejalan kaki di sana. Hal yang harus dimaklumi jika berkunjung ke tempat itu setiap akhir pekan. Setelah mendapat tempat parkir, Jeff yang membawa tas di jok belakang yang berisi pakaian ganti dan beberapa cemilan yang belum disentuh Chika selama perjalanan.

Chika menyambut tangan Jeff saat digenggam. Ada senyum tipis di wajahnya dan melangkah dengan ceria. Hatinya mulai plong melihat pantai, nau air laut dan deburan ombak. Chika membalas rangkulan Jeff di pinggangnya, ia dibawa ke sebuah tempat di sebuah cafe yang sudah ia booking sebelumnya. Ada dua buah kursi pantai tepat di bawah sebuah pohon yang rindang.

"Aku ke kamar mandi sebentar, mau ganti baju," ucap Chika.

"Aku pesenin makan ya, Chik?"

"Pesenin boba aja. Aku belum terlalu laper," tukas Chika, langsung beranjak ke kamar mandi di dalam cafe.

"Hmmm....ngga di pantai, di sekolah, di rusun, minumnya tetep boba," gumam Jeff heran.

Lima belas menit Chika kembali sudah memakai kaos hitam dan celana pendek. Ia kembali berbaring di kursi pantai sambil mengecek ponselnya, tak sampai semenit sudah dilempar begitu saja di meja bundar yanga da di antara kursi mereka.

"Mau disimpen sendiri?" sindir Jeff, memakai kacamata hitamnya dan melepas kemeja motif pantainya. Memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang atletis dan lengan yang berotot. Hasil work out berbulan - bulan sangat membawa perubahan bagi bentuk tubuhnya. Aroma parfum maskulin yang begitu menyegarkan menyeruak, dari kemeja dan tubuh Jeff. Wangi yang begitu Chika sukai salah satunya dari Jeff.

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang