Happy ReadingDua minggu berlalu. Chika semakin dekat dan akrab dengan Jeff. Aya yang sudah pernah bertemu dengan Jeff pun terkesan dengan keramahan dan pesona Jeff yang cool, kalem, dan menyenangkan untuk diajak ngobrol cukup lama. Firasatnya sebagai seorang Ibu, bisa membaca bahwa pribadi Jeff adalah sosok yang baik dan tidak neko - neko. Ia bahkan merestui hubungan Chika dan Jeff. Chika tentu girang bukan main Mamanya seperti memberi jalan. Dan Aya memberi kepercayaan bagi Jeff untuk menjaga Chika, meski terbatas.
Sementara itu, hubungan Badrun dan Marsha semakin dekat dan lekat walau belum berpacaran. Badrun masih bimbang untuk memperbaiki hubungan persahabatannya dengan Chika tapi tidak ingin menyakiti Marsha. Chika memang cemburu pada Marsha, tapi tak pernah sekalipun Chika marah pada Marsha. Chika cukup sekedar tahu kedekatan mereka.
Hubungan Mirza dan Eve bak layangan yang selalu tertiup angin. Kadang mleyot ke bawah, kadang gagah di atas menerjang angin. Mirza yang masih menyukai Chika tapi sulit terlepas dari belenggu Eve yang agresif. Ia tak punya alasan untuk menjauhi Eve, karena dia sendiri yang awalnya bermain api. Menjauhi Eve pun tak serta merta akan mengembalikan hubungannya dengan Chika kembali baik.
°°°
"Kak Badrun! Kok bengong?" Marsha menepuk pundak Badrun yang sedari tadi tidak fokus dan cenderung diam sekilas, tidak konsentrasi mengajar gitar.
"Hah?" Badrun tersadar dari lamunan, "...maaf, Sha."
"Iya nih, Kak Badrun. Lagi ngga enak badan ya?" tanya Kathrin.
"Atau lagi...mikirin seseorang tuh!" timpal Ashel yang dibalas senggolan siku Marsha dan kedipan mata.
"Kak Badrun capek? Istirahat aja." Marsha mengusap rambut di kening Badrun dan menyeka keringat di pipi. Mata Ashel dan Kathrin menatap buas Marsha, tega - teganya bermesraan di hadapan sepasang bidadari jomblo.
"Marsha, awas ye tar gue pulangin ke khayangan lu!" Ashel membatin kesal.
"Tar Badrun gue pelet pake minyak bulus, baru rasa lu, Sha!" Kathrin tak kalah kesal. Tangannya mengepal kuat. Pengen tinju pohon pisang.
"Aku ngga apa - apa kok." Badrun juga menoleh ke Kathrin dan Ashel sebagai bentuk perhatian.
"Kalo capek, istirahat aja Kak Badrun. Masih ada hari esok berjumpa Marsha cahaya asia. Duuh, mesra bener dah ah," sindir Ashel geram melihat Marsha terus memanas - manasi menyisiri rambut Badrun dengan ruas jemarinya.
Badrun hanya gagal fokus. Pikirannya sedang terbang mencari keberadaan Chika dalam otaknya yang kian memudar dan tak terjangkau dirinya secara fisik. Praktis ia hanya bisa memandangi Chika di dalam kelas, tanpa bisa berbicara seperti dulu lagi. Chika makin berjarak, dan makin lekat dengan Om - Om.
"Aku nanti pulang sama Ashel aja, Kak, naik taksi online. Kasian Kak Badrun kejauhan nganterin aku," Marsha terlihat khawatir dengan kondisi Badrun yang malah pucat.
"Iya, Chik," sahut Badrun.
"Chik?" Marsha melongo.
"Nah lho!" ledek Ashel.
"Hwaduh..." Kathrin kaget.
Badrun tersadar salah ucap. Otaknya dipenuhi wajah dan nama Chika, yang lama sekali tidak berkabar dan mengirimkan foto terbarunya seperti biasa. Anak itu sedang kasmaran dengan orang lain, tentu saja tak akan memedulikan lagi Badrun.
"Sha, maaf," Badrun tertunduk lesu, ia pegang kedua tangan Marsha dan mengecup punggung tangannya.
"Kak Badrun kangen Kak Chika ya?" Marsha tiba - tiba menanyakan Chika.