Part 21

1.3K 72 1
                                    

Happy Reading

Satu tahun berlalu begitu cepat.

Badrun berhasil naik kelas dengan nilai yang nyaris di tepi jurang. Tidak mengecewakan berkat kerja keras dan motivasi belajarnya bersama Chika selama ini membuahkan hasil. Mirza juga sangat cemerlang, nilainya memuaskan dan bisa ia banggakan di depan orang tuanya. Nilai hanyalah sebuah angka. Orang tua Mirza menilai dari semangatnya untuk memperbaiki dan membalik keadaan.

Chika, sudah bisa ditebak. Anak itu tetap meraih nilai terbaik tertinggi satu sekolah dengan nilai nyaris sempurna. Dibalik itu, Chika tetaplah anak yang manja, dan terkadang mau menang sendiri. Satu tahun perlahan hatinya mulai didominasi Mirza yang berhasil merebut hati Chika. Namun Mirza sama sekali tidak menyingkirkan Jeff. Ia tetap membantu Chika mencari Jeff dan pria itu tetap menjadi misteri.

Hari itu Chika dan Mirza di sekolah bergandengan tangan menyaksikan murid Badrun, Kathrina, Marsha, dan Ashel mendemonstrasikan bermain gitar dan bernyanyi di sebuah ruangan kelas. Hasil kerja keras belajar kurang lebih selama satu tahun belakangan. Konsistensi mereka membuahkan hasil, meski ada konflik dan halangan membuat mereka tetap bertekad belajar.

"Kamu ngga kepengen belajar main gitar, Mir?"

"Udah sih belajar, tapi bukan main gitar."

"MaFiA?"

"Belajar mencintai kamu dan memahami hati kamu," Mirza lalu ngakak.

"Apaan sih ih!" Chika tersipu, menyenggol Mirza dengan bahunya.

Lagu akustik yang dimainkan trio bidadari pun mengalun dengan syahdu. Iringan gitar mereka begitu kompak dan harmonisasi antar personelnya terjalin cukup baik. Petikan gitar mereka terlihat lihat dan permainan jari mereka di kunci gitar pun rapi. Apresiasi penuh diberikan berupa tepuk tangan keras dari para siswa yang menontonnya. Badrun sendiri terlihat tegang, takut di antara mereka bertiga masih ada yang belum lancar.

Mirza dan Chika bernyanyi mengikuti lirik lagu yang dimainkan ketiga adik kelasnya. Tangan mereka saling menggenggam, berayun, dan bibir mereka bersenandung pelan.

Indah semua cerita
Yang t'lah terlewati dalam satu cinta
Kita yang pernah bermimpi
Jalani semua, hanya ada kita

°°°

Setiap duduk di hadapan Chika dimana pun tak pernah bisa membuat Mirza merasa tenang. Jantungnya selalu dibuatnya berdebar dengan desiran darah yang mengalir cepat. Ada saja tingkah Chika yang menyebabkan matanya sulit mengerjap sebentar saja. Rambut yang sudah terkuncir seadanya, ia gerai lagi dengan kibasan yang menebar pesona.

Dibiarkannya jatuh lantas bibirnya terus saja berceloteh berbagai kalimat yang merangkai sebuah cerita. Sesaat saja, rambut itu dikibas lagi lalu Chika raih dan kuncir lagi dengan jepitan badai. Mengikatnya cepat sambil tetap menceritakan apapun yang ada di dalam benaknya. Tak sehat rasanya bagi jantung Mirza.

"Kenapa sih ngeliatin terus?" tanya Chika, kedua alisnya menaut keheranan. Matanya memicing mengarah tajam ke Mirza.

"Kena pelet Yessica Tamara. Nempel terus ini mata," jawab Mirza sekenanya.

Chika terkekeh, "Ya salah sendiri sayang sama aku. Wleeee!"

Sudah dijulurkan lidah, dikedip sebelah mata pula. Makin tidak sehat bagi hati, sesak penuh memori tentang Chika, "Tingkah kamu yang bikin sayang tau ngga."

"Idiiih, nyalahin aku."

"Kamu itu sempurna. Mana bisa salah, Chik."

"Cakeeeep..." tukas Chika.

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang